Rabu, 18 Januari 2023

CAPRES 2024 HARUS MENCERMINKAN ASPEK PEMBANGUNAN DAN PERTAHANAN

7/11/2022

CAPRES 2024 HARUS MENCERMINKAN ASPEK PEMBANGUNAN DAN PERTAHANAN

Penulis : Andi Salim

Banyak yang berharap dari idealnya suatu kepemimpinan, kemauan kita seperti ini tentu sah-sah saja untuk disampaikan. Tapi segala faktor penentunya tidak cukup dengan hanya meninggikan keinginan rakyat semata. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam menyatakan korelasi politik yang tentu saja seseorang tidak boleh baperan dan harus mampu menerima, merespon dan menangkap segala kemungkinan yang akan terjadi. Termasuk wacana dalam mengusung Ganjar Prabowo sebagai Presiden. Tapi harus di ingat bahwa fakta dari apa yang dialami JKW tentu tidak akan sama dengan apa yang dilalui oleh pak Ganjar.

Kita harus akui bahwa relasi keadaan dari apa yang akan dialami oleh Ganjar Pranowo tentu tidak akan serupa dengan apa yang dialami Jokowi ketika dicalonkan sebagai Presiden. Meskipun nanti hasilnya bisa saja menyerupai. Ada skenario lain yang melandasi kepentingan yang berbeda dari sekedar harapan kita semua. Mendukung Ganjar pun termasuk dalam opsi bagi naiknya sikap bertoleransi ditengah himpitan dan tekanan nasional kearah intoleransi yang kita rasakan. Oleh karena beliau mampu mengajak banyak elemen masyarakat untuk menerapkan sikap toleransi kepada suasana berbangsa dan bernegara khususnya diwilayah Pemprov. Jawa Tengah.

Namun pada peristiwa lain, kita pun harus ingat pula, bahwa apa yang dilakukan oleh Jendral Dudung Abdurahman merupakan fakta bahwa unsur TNI mampu melakukan tekanan penyeimbang terhadap kelompok intoleransi itu. Hingga kesadaran berpikir kita semakin realistis menangkap persoalan ini. Apalagi gerakan intoleransi pun masih merebak justru ditengah dukungan publik yang menguat kearah JKW hingga 70%. Artinya, Jokowi tetap saja dinilai kurang berhasil dibalik isu islamofobia yang sengaja mereka angkat, yang tak lain tujuannya adalah agar pemerintah melonggarkan gerakan mereka jika tidak ingin dianggap memberangus kelompok islam meski mereka bukan dari golongan NU dan Muhamadiyah.

Memang kita memiliki pengalaman yang kurang sedap atas Dwi fungsi ABRI yang terjadi dimasa lampau. Namun kebutuhan akan hal itu pun menjadi hal yang tak terhindarkan pula, bahwa kita masih memerlukan tangan kokoh yang memiliki kedisiplinan yang kuat untuk menertibkan suasana kebangsaan dari nilai-nilai persatuan dalam bingkai NKRI yang kita cintai ini. Walau kita terus menerus menyatakan bahwa jabatan Presiden merupakan wilayah sipil yang harus terjaga untuk tidak boleh di intervensi oleh kekuatan apapun, namun kebutuhan guna melindungi dan memastikan keamanan nasional merupakan wewenang mereka sebagai pengemban amanat dari rakyat pula.

Ada banyak pertimbangan ketika kita lebih condong untuk mengambil kesepakatan dalam menyingkirkan kelompok intoleransi itu dari bumi pertiwi ini, apalagi melihat situasi intoleransi saat ini yang sudah sangat meresahkan dibalik kelompok-kelompok konservatisme agama yang cenderung semakin ektrem dan berbau radikal. Harapan rakyat terobati manakala jendral Dudung Abdurrahman melakukan penertiban atas baliho-baliho liar yang beredar di lingkungan kita baru-baru ini. Langkah itu terlihat begitu mampu meredam aksi yang menyulut perpecahan ditengah kita semua. Garis merah ini tentunya menyiratkan bahwa TNI mampu mewujudkan itu semua.

Harus dipahami, bahwa sosok anti Intoleransi saat ini muncul baru sebatas segelintir orang saja. Apa yang Ganjar Pranowo lakukan sama pentingnya dengan landasan Perjuangan Gerakan Toleransi Indonesia yang saat ini kita perjuangkan. Lalu betapa anehnya jika kita tidak mendukung beliau yang notabenenya searah dengan perjuangan Gerakan Toleransi Indonesia yang kita gadang-gadang saat ini. Lalu kenapa tulisan ini penulis sampaikan demikian. Hal itu tak lain agar kita mempersiapkan diri dari kemungkinan terburuk atas situasi politik yang dinamis dan semakin sulit ditentukan arahnya. Maka mau tidak mau, suka atau tidak suka, penulis harus menyampaikan hal-hal dari kemungkinan terburuk jika itu terjadi.

Pemenangan kontestasi capres tidak luput dari 3 faktor kekuatan besar yang menjadi basis menentukan kemenangan. Pertama dukungan rakyat secara maksimal, Kedua dukungan partai yang bersedia memberikan Rekomendasinya, dan Ketiga adalah dukungan logistik guna merealisasikan itu agar terealisasi secara baik. Disadari bahwa kita baru hanya memiliki satu dari tiga komponen kekuatan itu. Dimana dua bagian lain sebagai faktor yang tak kalah pentingnya pula. Oleh karenanya kita pun harus siap menggeser-geser ego yang kita miliki agar memberikan arus kepentingan lain untuk sama-sama memenangkan pilpres 2024 ini ke depan. Sebab bagi penulis, bagaimana kubu toleransi ini menang sehingga bangsa ini tetap pada koridor persatuan dan kesatuan dari kebhinekaan ini.

Mengusung capres tanpa dukungan partai politik merupakan hal yang mustahil. Dibutuhkan cara berpikir yang jernih demi mendapatkan kemenangan setahap demi setahap bukan hanya meninggikan ego pribadi dan kemauan sepihak saja, sehingga kita abai mengupas keadaan lain manakala adanya prediksi kemungkinan celah kekalahan. Alangkah lucunya sikap berpikir semacam itu. Maka janganlah menyembunyikan sesuatu hal seolah-olah kemungkinan lain tidak akan ada. Padahal dinamika internal partai PDI Perjuangan pun sedang mengalami hal yang pelik. Termasuk pada persoalan eksternal partai antara kubu nasionalisme dengan partai-partai yang berbasis agama.

Geo politik saat ini penuh ketidakpastian. Hal itu disebabkan Global Climate Change, perang Rusia dengan Ukraina yang menyebabkan Krisis pangan dunia, atau pandemi Covid yang masih terus membayang-bayangi perekonomian Indonesia. Sehingga faktor kepemimpinan kedepan harus merespon pada sisi stabilitas pangan dan kemampuan pendayagunaan infrastruktur yang telah terbangun, termasuk pelayanan pada kesiapan masuknya investor asing serta daya saing BUMN yang handal, serta pengurangan komoditi import pangan dari swasembada yang diharapkan. Jika sudah begini, ego kita mana lagi yang perlu di tonjolkan. Sebab yang dibutuhkan saat ini adalah rembuk nasional guna mencapai titik keseimbangan dari kepentingan bersama.

Hasil survey IndoStrategi Research and Consulting merilis tentang simulasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dari tokoh-tokoh potensial yang akan maju di Pilpres 2024. Hasil survei menunjukkan simulasi pasangan calon Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo akan memperoleh dukungan 60,3% responden. Survey ini diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober-5 November 2022. Simulasi ini tentu saja baru permulaan, sebab jika pasangan Capres dan Cawapresnya dibalik, dimana Ganjar sebagai Presiden dan Prabowo sebagai Wapresnya, tentu saja rakyat akan lebih menyambutnya dengan senang hati sebab ada faktor yang layak diperhitungkan.

Keinginan rakyat agar Prabowo Subianto lebih tepat sebagai calon Wakil Presiden, selain kebutuhan bangsa Indonesia untuk menghalau tekanan pihak tetangga yang mencoba merong-rong dan mencaplok kewilayahan Indonesia, beliau pun sudah tidak muda lagi. Sehingga Ganjar Pranowo lebih dirasakan Mobile dan enerjik untuk melakukan safari ke berbagai wilayah tanah air dengan frekwensi tinggi untuk hadir dimana pun dibutuhkan guna memastikan bahwa segala pembangunan benar-benar terjamin kelangsungannya. Dibalik itu, koalisi partai yang saat ini dianggap berhasil menghantarkan kesuksesan Jokowi pun dapat dilanjutkan menuju Indonesia Jaya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...