13/03/2022
MEMANDANG KEBUTUHAN NEGARA UNTUK MEMPEROLEH PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Penulis : Andi Salim
Dalam banyak hal kita sering melihat perspektif persoalan pada sudut yang berbeda, sehingga hal itu semakin menyebabkan pandangan dan pendapat yang beragam, walau semuanya tidak salah akan tetapi pada sisi tinjauan jauhlah hal semacam itu dapat terlihat apa dan bagaimana suatu pendapat itu diuji dan dapat dipastikan bahwa pandangan dan pendapat yang terujilah yang tentu akan berpeluang untuk secara arif diterima semua pihak. Sebab dalam argumentasi semacam ini sesungguhnya tidak ada istilah kebetulan menang atau benar.
Terdapat 3 hal dasar dari seseorang ketika menjalani proses pembelajaran suatu ilmu dan memperoleh pengalaman, pertama bagaimana kebutuhan terhadap suatu ilmu tersebut untuk dipelajari, kedua daya serap serta kemampuan dari orang yang mempelajarinya, ketiga sejauh mana ilmu tersebut dapat di implementasikan hingga memiliki dampak sebab akibat yang menjadi pengalamannya dari proses terapan yang dilakukannya. Oleh karenanya, terukurnya seseorang dalam mewujudkan ilmu dan pengalamannya akan terlihat ketika kemampuannya diuji melalui implementasi yang dilakukannya.
Dalam realita keseharian yang kita temui sering ada yang bisa menerapkan tetapi gak bisa ngomong oleh karena tidak memiliki keilmuan yang secara sistematis mengungkapkan proses tersebut, namun disisi lain ada yang pandai bicara namun tidak memiliki pengalaman yang sesuai dengan keilmuannya, sebab hal itu semata-mata hanya mempelajarinya dari kampus-kampus dimana seseorang itu menuntut ilmunya. Hal seperti ini banyak terjadi diberbagai lembaga atau organisasi, baik pemerintah mau pun swasta tempat hal-hal semacam ini didapatkan.
Jenjang pengalaman itu semakin bertingkat-tingkat manakala kompleksitas organisasi dan lembaga itu semakin besar dan berkembang. Maka tentu dibutuhkan waktu yang lebih panjang pula dalam melakukan adjustment terhadap penguasaan bidang-bidang yang tersedia, sebab dipahami bahwa berbeda bidangnya maka akan berbeda pula cara atau strategy mendekati dan menguasainya. Keterpaduan antara knowladge dan pengalaman itulah yang menjadi knowhow bagi siapapun untuk memiliki skill dibidang-bidang yang telah dialaminya tersebut.
Tanpa menjalani proses demikian, seseorang tidak akan pernah merasakan pengalaman, apalagi mendapatkan dirinya sebagai pengambang baru atau sebagai perencana yang handal dalam skema kebutuhan dan pengembangan perusahaan atau lembaga dari instansi dimana mereka bekerja. Sebab pengendalian pada bidang-bidang tersebut memang membutuhkan feedback dari apa yang diamati dan dialami oleh seseorang. Sehingga proses tersebut tidak dapat hanya diraba-raba atau sekedar dugaan semata. Apalagi proses tersebut menyangkut kebutuhan dari suatu pelayanan.
Begitu pula jika seseorang dalam konteks memimpin suatu perusahaan yang terkait dengan pengembangan usahanya, apakah perlu melakukan rekayasa atas tambahan modal usaha tersebut untuk secara produktif akan berkembang (pembuatan program baru / ekspansi), atau justru melihat kebutuhan modal tersebut dari lajunya permintaan keatas output produksi yang tidak lagi menutupi kebutuhan pasar secara maksimal hingga dibutuhkan tambahan modal bagi peningkatan volume produksi demi menutupi kebutuhan tersebut. Maka dalam sisi inilah seseorang akan mengambil kebijaksanaan dalam merespon permasalahan yang terjadi.
Uraian ini hanya upaya mengilustrasikan bahwa pengedalian sebuah organisasi membutuhkan rangkaian itu semua, agar siapapun dapat berakselerasi dan melakukan adjustment dari kedudukan dan posisi apa yang memungkinkan seseorang pada akhirnya menguasai suatu masalah dan mengendalikan organisasi atau lembaga yang dipimpinnya agar efektif dan efisien dalam aspek penerapannya. Tentu banyak hal-hal lain yang tidak terungkap didalam tulisan ini, oleh karena terbatasnya ruang penulisan yang tersedia.
Namun secara garis besarnya, kita tentu sedikit terhantarkan dari cara berfikir, bahwa siapapun membutuhkan jenjang bertingkat yang harus dilalui, serta waktu yang cukup untuk memperoleh pengalaman yang dibutuhkannya. Maka ketika kita berbicara mengenai kedudukan seorang Presiden, sejauh mana anda yakin jika seseorang mendudukinya tidak membutuhkan pengalaman dan waktu sebagaimana uraian diatas. Sebab begitu banyak sektor-sektor yang harus dikuasainya, walau terdapat para menteri yang membantunya, tidakkah posisi presiden itu setidaknya menguasai secara global dari berbagai proses pengendalian yang diharapkan.
Kepemimpinan masa jabatan Presiden selama 5 tahun hanya sebagai fact finding semata, yaitu mencari dan mengumpulkan data atau fakta sebelum melakukan tindakan dan mengambil kebijakan atas persoalan nasional. Sebab tidak seorang pun sebelum menjabat presiden pernah mengalaminya sehingga dapat dikatakan orang yang berpengalaman. Bahwa Jokowi memiliki jenjang sejak beliau selaku walikota, Gubernur, hingga saat ini pada periode kedua pada jabatan Presiden. Sekiranya kita memahami secara cermat, maka nilai seorang yang berpengalaman itu merupakan akomodasi tertinggi dari rangkaian yang dialaminya.
Kita tentu pernah mendengar adagium hukum yang menyebutkan bahwa, “lebih baik membebaskan seribu orang yang bersalah dari pada menghukum satu orang yang tidak bersalah”. Maka tidak berlebihan jika penulis menyatakan bahwa, lebih baik kita melepas seribu calon presiden yang belum memiliki pengalaman dibidangnya, dari pada melepas presiden yang memiliki track record yang nyata-nyata telah berhasil meningkatkan perekonomian nasional dari rekam jejaknya yang sama-sama kita ketahui.
Hukum konstitusi atau apapun merupakan kehendak rakyat, sehingga produk itu harus sesuai dengan keinginan rakyatnya, bukan malah merintangi dari pengertian dan makna-makna apa yang disebutkan sebagai hal inkonstitusional atas kehendak rakyat pula. Alangkah lucunya jika hukum tersebut tidak diciptakan demi melindungi dan meneruskan harapan rakyat tersebut, maka untuk siapa hukum konstitusi itu diciptakan. Atau ada pihak yang sengaja menjadikan hukum tersebut untuk melindungi kepentingannya dan menguasasi negri ini dari benteng-benteng konstitusi yang dibuat menjulang tinggi hingga rakyat tak dapat menyentuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar