Jumat, 20 Januari 2023

BERBAGAI PERSOALAN HIDUP TENTU MENGUJI KETEGUHAN SESEORANG PADA NILAI KEBAIKAN

17/09/2022

BERBAGAI PERSOALAN HIDUP TENTU MENGUJI KETEGUHAN SESEORANG PADA NILAI KEBAIKAN
Penulis : Andi Salim

Sudah baikkah prilaku atau pribadi kita saat ini, lalu dari sisi kebaikan apa yang telah dan pernah kita lakukan, seberapa besar kepedulian dan pengorbanan kita pada kehidupan yang notabenenya bukan untuk diri kita sendiri atau siapapun yang menjadi anggota dalam lingkaran yang memang menjadi tanggung jawab kita semestinya. Perenungan semacam ini tentu sekali waktu perlu dilakukan, sebab keseimbangan pemikiran dan mental tidak semata-mata dicapai melalui aspek ritualitas yang menghadirkan kondisi bathin dengan tingkat kepasrahan tinggi kepada Tuhan semata.

Sadar atau tidak, ada olah berfikir untuk mendatangkan keyakinan dari diri kita dalam konteks mempercayai sesuatu hal dari cara berpijak secara benar, lalu dengan alasan itu bathin kita pun membentuk kerangka niat yang benar pula, serta untuk selanjutnya diaplikasikan kedalam tindakan-tindakan yang searah pada keyakinan itu. Dalam keadaan tertentu, keseimbangan antara kebaikan dan kebenaran tentu perlu kita sikapi sebagai rujukan dari cara berfikir, pijakan niat yang baik, bahkan hingga melakukan sesuatu tertentu. Sebab persinggungan terhadap nilai kebenaran dan kebaikan acapkali terkait dengan kondisi dan keadaan.

Bahkan seringkali kebenaran dan kebaikan berada dijalan yang berseberangan. Sebagaimana kita menjalani hidup, dimana kita pun harus memilih untuk melakukan yang BAIK atau yang BENAR. Sebab pada konsepsi BENAR acapkali dikaitkan dengan tatacara dan aturan, sedangkan istilah BAIK dalam berbagai kenyataan, sering berwujud exceptional atau pengecualian terhadap aturan itu sendiri. Maka bisa saja suatu ketika, kita mendapati bahwa aspek kebaikan itu pun lebih diutamakan. Atau sebaliknya, walau sesuatu hal telah dikerjakan secara baik, namun bisa saja menjadi tidak benar atau keliru.

Kebenaran sering berpedoman kepada aturan-aturan sebagai dalil yang dapat dijadikan ukuran terhadap cara menilai sesuatu baik pemikiran, niat dan perbuatan seseorang, sehingga kebenaran sering dijadikan kondisi yang absolut dan tak terbantahkan pada tatanan suatu nilai. Sedangkan kebaikan dinilai bersifat relatif, sebab kebaikan sering menjadi satu kesatuan atas sebuah kebijakan, baik secara waktu, keadaan atau sasaran. Sehingga kebaikan acapkali melalui proses identifikasi masalah untuk mendatangkan kebijaksanaan dalam melakukan atau mewujudkan suatu sikap atau perbuatan.

Pada konteks dari suatu keyakinan atau agama, Tuhan memang menurunkan aturan dan tatacara hidup sebagai standard ketentuan bagi moralitas manusia. Namun hal itu harus dipahami bahwa esensi kebenaran itu merupakan ketentuan-ketentuan yang menuju pada kebaikan sebagai target utama dari sasaran yang ingin dicapainya. Manusia belum akan menjadi sesuatu jika hanya berpijak pada kontekstual kebenaran semata, sebab hakekat kebenaran itu harus berbuahkan hasil berupa *Kebaikan*, sebab disanalah destinasi akhir dari keberadaan manusia di bumi ini.

Maka tak heran banyak dari sisi manusia itu yang lebih mengutamakan untuk melakukan penyembahan kepada Tuhannya semata lalu begitu mudahnya meninggalkan aspek kemanusiaan sebagai sarana mewujudkan kebaikan, walau disisi lain, kita jangan pula menghilangkan kesan bahwa tuhan itu sebagai pusat atas kembalinya manusia setelah kematiannya. Sehingga sekiranya pun seseorang menemukan masa kematiannya, tentu akan dipertanyakan untuk apa, bagaimana dan mengapa dia melakukan sesuatu itu selama perjalanan hidupnya.

Jika sarana kebenaran itu dijadikan landasan untuk menciptakan manusia yang menciptakan kebijakan-kebijakan serta kebajikan-kebajikan baik bagi dirinya atau pun sesuatu yang berada disekitarnya, maka tidak ada lagi pengakuan siapa sesungguhnya yang lebih benar dan mengakui dan mengangkangi kebenaran itu sendiri, sebab kebaikan adalah buah dari prilaku manusia. Sama halnya ketika kita mengkonsumsi BUAH yang terhidang di atas meja, tentu yang akan dinikmati adalah rasanya, bukan bagaimana proses menanam dan seterusnya sampai terhidang di atas meja tersebut.

Pengakuan kebenaran sering berdampak pada perpecahan bahkan saling klaim tersebut tidak akan pernah terhenti. Dibalik itu, hanya *Kebaikanlah* yang merajut sikap untuk mempersatukan demi kelangsungan hidup bersama, serta tujuan-tujuan lain dari masing-masing pihak untuk apa setiap individu atau kelompok itu hadir ke muka bumi ini kecuali mengambil kesempatan dalam mewujudkan kebaikan darinya. Demikianlah sekelumit tulisan ini saya sampaikan, semoga dapat diterima walau masih terdapat kekurangan disana sini dari keterbatasan penulis dalam pengungkapannya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...