Rabu, 18 Januari 2023

JANGAN BIARKAN PENGKHIANAT BANGSA YANG TERUS MENGENDALIKAN POLITIK


22/10/2022

JANGAN BIARKAN PENGKHIANAT BANGSA YANG TERUS MENGENDALIKAN POLITIK
Penulis : Andi Salim

Kita berkali-kali kecewa ketika para petinggi negeri ini menyampaikan pandangannya yang begitu kental dalam memberikan semangat nasionalisme terhadap bangsa dan negara, ditengah masyarakat di berbagai forum yang di isi oleh mereka selaku pembicara untuk mewakili segenap tokoh nasional. Dimana pemikiran mereka semula di anggap konsisten pada pendiriannya, namun nyatanya masyarakat harus menelan pahitnya pembelajaran itu hingga menyalurkannya melalui sumpah serapah yang demikian deras mengalir, khususnya oleh netizen di beberapa media sosial pada keterbukaan saat ini.

Bak menanam padi di musim hujan, petani mana yang tidak bergembira pasca bibitnya yang telah tersemai baik hingga tertanam serta tumbuh subur diarea sawah yang mereka geluti pada setiap harinya. Angan-angan akan mendapatkan hasil baik pun hanya boleh sesaat saja terlintas, sebab mereka lebih suka terpaan angin sepoi-sepoi manakala sinar matahari sedikit menyengat ke kulit tangan-tangan terampil itu, apalagi pakaian yang membungkusnya badannya pun sengaja dibuat berlapis-lapis agar peluh keringatnya mudah kering tertembus diantara terik matahari dan terpaan angin yang sejuk.

Mereka memang kaum Marhaen yang tidak mengerti akan Inflasi dan agregat ekonomi yang menjadi fokus pemerintah, apalagi memintakan pendapatnya pada surplus neraca perdagangan dari aktifitas eksport dan import, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang begitu asing di telinganya. Apalagi mengajaknya untuk mendiskusikan pengaruh ketetapan suku bunga acuan BI terhadap kebijakan bank komersil yang memberlakukan pinjamannya terhadap masyarakat hingga kian mencekik sampai kepangkal tulang leher para nasabahnya. Pergulatan mereka hanya pada sawah di lahan sempit yang dimilikinya, serta kebutuhan pupuk yang demikian mencengkram kerugian dari pasca panen yang dialaminya.

Maka tak heran pula jika para tokoh yang dianggap negarawan itu dibiarkan lalu lalang untuk berceloteh sesuka hatinya meski pun bau mulutnya sarat akan kebohongan dan pengkhianatan. Golongan mereka ini sebenar tak asing ditelinga kita, terutama bagi hamba politik yang acapkali bersimpuh di kaki-kaki nama besar para tokoh yang dimaksud. Sebut saja inisial nama mereka yang sudah banyak dikenal publik seperti SBY, JK dan SP. Petualangan mereka bagaikan taipan dengan langkah bobot menggetarkan untuk siap menumpas siapa saja yang menjadi perintangnya. Apalagi jumlah loyalisnya yang berada disetiap penjuru kawasan nusantara ini.

Sejarah Orde baru memang menyesakkan, sehingga sebutan "tinggal landas" dipahami yang tertinggal hanya landasannya saja. Namun para gengster yang inisial namanya diatas, bagaikan badai Topan Tip atau disebut Topan Warling di Filipina yang merupakan badai tropis terbesar dan terparah yang pernah tercatat di Filipina dari jangkauan diameternya mencapai 2,220 km (1,380 mi). Dengan kecepatannya di kisaran 305 km/jam. Dimana Topan Tip ini mampu menyapu apa saja yang berada diatas dipermukaan hingga rata dengan tanah. Demikianlah perumpamaan tokoh pengkhianat nasional itu yang menyapu bersih semua kekayaan negara, dimana semestinya ditujukan bagi rakyatnya.

Mereka hidup dengan harta yang berlimpah dan tidak tersentuh oleh kesulitan ekonomi sama sekali, sementara rakyat yang sering diatasnamakanya masih hidup pada barisan kemiskinan yang berkarat. Kotak-katik politik agar terus bertahan pada strata politik tingkat atas menjadi bagian permainan mereka. Hajat hidup masyarakat luas seolah-olah berada digenggamannya pula. Bahkan sebagian rakyat jelata yang semestinya bergantung pada kebijakan pemerintah melalui perintah UU, kini menjadi sempalan kewenangan yang direbutnya agar tidak terjadi akses langsung dari pemerintah kepada rakyatnya. Sebab dari sinilah kewenangan itu akan ditukarkan sebagai bargaining position terhadap pemerintah.

Peristiwa semacam ini tidak saja membungkam rakyat, namun mereka juga mampu mengendalikan fungsi legislatif sebagai penyeimbang kekuatan pemerintah manakala keinginannya mengalami kebuntuan negosiasi terhadap penguasa saat ini. Sebab partai politik telah menjadi alat dalam mencapai target bagi kepentingannya. Tak terkecuali desentralisasi kewenangan daerah, penguasa daerah pun menjadi tak berdaya, sekalipun status otonomi daerah telah dibungkus oleh UU yang melindungi kekuasaannya. Maka menjadi tak aneh jika kita mendapati bahwa kebijakan pusat sering tidak searah dengan pelaksanaannya di daerah, walau instruksi penegasan tersebut telah dilakukan oleh Presiden sekalipun.

Banyaknya kehadiran relawan dan ormas menjadi daya tarik bagi masyarakat. Sebab hal itu membuyarkan sistem demokrasi kita yang memasung partai politik dalam kesewenangannya memilih calon Presiden. Sebutan "suara rakyat adalah suara tuhan" menjadi tak terelakkan, apalagi ormas dan relawan itu nyata-nyata bertolak belakang dengan skenario atas pilihan partai politik. Meski UU mengisyaratkan pendaftaran capres dan cawapresnya hanya dibenarkan melalui syarat dan ketentuan yang diberlakukan oleh KPU. Sebab calon Independen menjadi hal yang mustahil dipenuhi oleh siapa pun yang waras.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...