Kamis, 19 Januari 2023

STRATEGI YANG FOKUS PADA PEMENANGAN PEMILU WALAU HARUS MENGORBANKAN CAPRESNYA


 11/10/2022

STRATEGI YANG FOKUS PADA PEMENANGAN PEMILU WALAU HARUS MENGORBANKAN CAPRESNYA
Penulis : Andi Salim

Realitas setiap pribadi acapkali mendapatkan kenyataan dari apa yang terus menerus dihadapinya sebagai pengalaman hidup. Sulitnya mendapatkan kemajuan membutuhkan tempaan potensi diri untuk membangkitkan sesuatu yang terpendam agar keluar dari pembatasan tertentu, atau katakanlah kebiasaan digeluti oleh seseorang sehingga mendapatkan konstruksi berpikir dari bangunan dan cara berpikir yang bersifat alamiah yang muncul begitu saja, sebab ada banyak elemen yang turut mempengaruhi hal itu, sebut saja keluarga, budaya dasar, Agama, sosial, lingkungan sekolah, hingga Media elektronik, media cetak, media sosial dan sebagainya.

Fakta-fakta yang terbuang dan terhampar disetiap sudut, seolah-olah menjadi resources yang siap untuk di daur ulang. Tentu saja dibutuhkan kreatifitas berfikir dan menjadikan segala rongsokan itu agar bernilai emas. Tak terkecuali merekayasa agar memolesnya agar bernilai tambah / value added sebagai komoditas yang luar biasa dan bernilai tinggi dipasaran. Terobosan yang demikian memang masih langka dan hanya mereka yang menyukai inovasi saja yang mampu mengerjakannya. Sebab keilmuan mengenai hal itu tidak terdapat dikampus-kampus kecuali oleh mereka yang keluar dari jalur rutinitas yang biasa dilakukan oleh seseorang sehingga memiliki prestasi yang biasa-biasa pula.

Singkat cerita, tanggal 3 Oktober 2022 kemaren, partai Nasdem mengumumkan Calon Presidennya, keberanian akan hal itu harus diacungi jempol setinggi-tingginya. Sebab tidak banyak yang berani melakukannya, termasuk PKS dan bahkan partai Demokrat yang pernah menggadang-gadang sosok Anis Baswedan sebagai peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat yang diadakan pada Agustus 2013 lalu untuk menentukan siapa yang akan diusung oleh Partai Demokrat pada pemilihan umum Presiden Indonesia 2014 silam. Akan tetapi saat ini Demokrat lebih bersemangat untuk menampilkan AHY dari kepentingan kearah itu. Walau permainan catur menentukan langkah kearah mana masih belum final tentunya.

Sulitnya meningkatkan elektoral dari sempitnya peluang yang tersedia, bisa saja menjadikan Nasdem melancarkan strategy manuver politik, jika pada pemilu 2014 dan 2019, elektabilitas partai ini memperoleh banyak keberuntungan, bahkan penyertaan pada pemilu perdana saja di tahun 2014 Partai Nasdem memperoleh suara sebanyak 8.402.812 atau setara 6,72 persen, dan memperoleh 35 kursi di DPR-RI, maka pada pemilu 2019 Partai Nasdem memperoleh peningkatan menjadi 9,05%, dengan jumlah perolehan suara 12.661.792 atau setara 9,05 persen, dengan Jumlah keterwakilan mereka sebanyak 59 kursi. Artinya, strategy politik jitu mereka berbuahkan hasil yang manis, walau keberadaan mereka masih belum masuk 3 besar.

Melihat perolehan peta Koalisi Indonesia Adil Makmur yang mendukung Prabowo Subianto–Sandiaga Uno dalam Pemilihan Presiden tahun 2019 lalu, dimana Koalisi ini terdiri atas 5 partai, antara lain Partai Gerindra, partai PKS, Partai PAN, Partai Demokrat, dan Partai Berkarya. Dimana partai yang mengalami peningkatan elektoral partai yang signifikan dikantongi oleh partai Gerindra dan PKS saja, sehingga partai PAN justru kalah suara yang hanya memperoleh suara sah sebanyak 9.572.623 (6,84%) dan mendapat 44 kursi yang turun 5 kursi dari perolehan mereka pada pemilu tahun 2014 silam. Tentu saja membuat ketertarikan tersendiri bagi partai Nasdem untuk merebut suara oposisi yang sarat akan pemilih intoleran dan ajakan untuk mengusung khilafah dari mayoritas pemilihnya.

Apalagi pesaingnya selain PKS, Partai Demokrat yang cenderung mengalami trend penurunan tentu dianggap sebelah mata oleh karena dipenuhi nuansa mangkrak dari kiprahnya selama ini. Maka perhitungan atas pencalonan Anis Baswedan sebagai Pilpres 2024 bisa menjadi dongkrak pemicu bagi naiknya elektoral partai Nasdem pada 2024 yang akan datang. Sehingga tak heran jika peluang ini menjadi strategy bagi kenaikan jumlah kursi di DPR-RI sebagai amunisi politik mereka yang semakin kuat tentunya. Pelajaran atas bergabungnya Prabowo Subianto kedalam koalisi pemerintah tentu menjadi preseden baik yang akan mereka tempuh sekiranya jumlah kursi mereka naik secara signifikan. Toh bergabung kepada pemerintah bisa disusul untuk mendapatkan kursi menteri pasca pilpres nantinya.

Politik Nasdem sekiranya mendapatkan kemenangan melalui jalan memutar ini tentu akan mengorbankan Capres yang diusungnya. Sebab betapa tidak, mereka sesungguhnya paham bahwa memenangkan Anis Baswedan tidaklah mudah, apalagi prestasinya di Jakarta terbilang buruk, bahkan dianggap gagal oleh sebagian kalangan. Disamping itu, berbagai lembaga survey pun masih menempatkan Anis Baswedan pada urutan ke tiga setelah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sebagai sosok yang diminati publik. Oleh karenanya, kita memahami bahwa diusungnya Anis Baswedan tidak lebih hanya sebagai batu loncatan guna meningkatkan elektoralnya semata.

Gambaran perolehan suara oposisi pada tahun 2019 lalu yang meraup suara sebanyak 45% dari jumlah pemilih 192,8 juta, dimana partai yang mengalami kenaikan suaranya hanya 2 partai saja. Sehingga, menggantikan posisi Gerindra untuk bersaing dengan PKS dan Demokrat, tentu semakin menggiurkan untuk memperoleh peningkatan suara mereka nantinya. Walau dibalik pencalonan Anies Baswedan sebagai capres 2024 oleh Partai NasDem itu menimbulkan dinamika internal. Keputusan mereka bukan tanpa resiko, sejumlah kader Partai Nasdem pun banyak yang mundur termasuk respon netizen yang mencap mereka sebagai Nasdrun. Akan tetapi, hal itu adalah bagian dari cost politik yang harus mereka bayarkan.

Satu hal yang pasti, jika sebelumnya kampanye partai Nasdem hanya sebatas di ruang-ruang publik, diduga menjelang pilpres kita akan menyaksikan kalau kampanye partai Nasdem akan masuk diruang-ruang yang selama ini dianggap sakral sebagai ruang agama melalui kiprah JK selaku ketua Dewan Mesjid Indonesia yang akan mereka manfaatkan sebagai langkah kampanye politik identitas sebagaimana dugaan masyarakat. Dimana pasokan penceramahnya tentu saja telah dipersiapkan melalui tokoh-tokoh dari kalangan ormas yang telah dilarang pemerintah serta kelompok garis keras yang selama ini menjadi lawan Jokowi. Bahkan Anies Baswedan pun telah bersilaturahmi ke Keuskupan Agung DKI Jakarta jelang masa jabatannya yang berakhir pada 16 Oktober mendatang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...