14/10/2022
BAGAIMANA MENENTUKAN INDIKATOR PEMIMPIN TAHUN 2024
Penulis : Andi Salim
Banyak dari kita yang memiliki pemikiran awam akan menjadi samar ketika ditanyakan apa yang menjadi indikator dalam menemukan pemimpin yang baik. Standard yang digunakan pun semakin beragam dan malah terkesan melebar ketika hal itu disandingkan dengan figur seseorang calon yang ditawarkan. Memang terdapat istilah ilmiah untuk menyebutkan istilah tersebut, akan tetapi bagi pemilih tradisional, tentu menjadi sulit memahaminya oleh karena mayoritas hanya sampai pada tingkat pendidikan dasar, sedangkan mereka yang sampai pada tingkat pendidikan menengah saja relatif sedikit. Apalagi sampai jenjang pendidikan tinggi, tentu lebih sedikit lagi jumlahnya. Hal ini penting untuk membantu mereka yang berasal dari pemilih tradisional.
Istilah Profesionalitas, kapabilitas dan kapasitas, serta Integritas, tentu saja asing bagi mereka. Hal ini jarang digunakan sebagai penggunaan istilah kesehariannya yang perlu penjelasan mendalam atas penggunaan istilah-istilah tersebut. Maka, sandaran ukuran yang sering mereka sebutkan tentu mengambil dari istilah umum. Seperti jujur, amanah, baik, tegas dan lain sebagainya. Padahal mengambil istilah itu pun belum secara tepat dalam memastikan kepatutan sebagai seorang pemimpin. Oleh karena istilah Kapasitas bagi kedudukan pemimpin yang sarat dengan tarik-menarik kepentingan dan istilah Profesional yang harus bekerja dengan pembatasan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam menjalankan sistem politik sebagai keseluruhan dari kegiatan politik dalam suatu negara atau masyarakat harus memperhatikan nilai nilai dasar yang menunjukkan pola hubungan fungsional di antara lembaga negara dan masyarakatnya. Dimana didalamnya terdapat ciri khas yang membedakan antara lain, daya jangkau universal yang meliputi keterlibatan semua anggota masyarakat (Good Governance), dan adanya kontrol yang bersifat mutlak terhadap kebijakan serta hak untuk membuat keputusan-keputusan yang mengikat dan diterima secara sah, termasuk keputusannya yang bersifat otoritatif, artinya kedudukan seorang pemimpin harus mempunyai kekuatan legalitas dan pengakuan atas kebijakannya tersebut (Good Government).
Sebab dalam menjalankan sistem politik dalam suatu negara diperlukan struktur lembaga negara yang dapat menunjang jalannya pemerintahan. Struktur politik merupakan cara untuk melembagakan hubungan antara komponen komponen yang membentuk bangunan politik suatu negara agar terjadi hubungan yang fungsional. Dimana struktur politik suatu negara terdiri atas kekuatan suprastruktur dan infrastruktur politik. Suprastruktur politik diartikan sebagai mesin politik resmi di suatu negara yang merupakan penggerak politik bersifat formal, dan infrastruktur politik sebagai lembaga politik atau mesin politik informal yang berperan secara tidak langsung dalam pengambilan kebijakan-kebijakan politik oleh suprastruktur politik itu sendiri.
Tentu saja kondisi tersebut mempengaruhi dalam menemukan sosok seorang pemimpin. Termasuk dalam memilih figur yang terlepas dari kepentingan apapun yang akan menjeratnya secara pribadi, walau kedudukan pemimpin / kursi jabatannya akan memaksa dirinya yang harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, akan tetapi tidak boleh terjerat dari mekanisme kepentingan tersebut kecuali sebatas menjaga keseimbangan atas hadirnya kepentingan negara semata untuk menciptakan suasana yang damai dan rukun ditengah banyaknya instrumen dan komponen kelembagaan yang melilitnya. Termasuk cara hidup yang sesuai dengan harapan masyarakat melalui kebijakannya yang sederhana serta tidak mengumbar pernyataan / pencitraan politik yang mengundang kegaduhan ditengah masyarakat.
Seorang pemimpin tidak pula membangun dinasty politik demi melanggengkan kekuasaannya, apalagi memperkaya diri sendiri dari sarana proyek-proyek apapun dibalik tender-tender pembangunan yang semestinya dipersembahkan secara terbuka dan berlaku adil dan merata bagi kepesertaan masyarakat, dan sedapat mungkin mendengarkan masukan-masukan baik nasehat atau pun pendapat meskipun dari lawan politiknya untuk menarik kehadiran semua pihak dalam mengakomodir kepentingan dari keseluruhan golongan. Serta mendatangi siapapun dan dari pihak manapun tanpa kecuali untuk mempengaruhi mereka akan pentingnya menjaga kekompakan atas persatuan dan kesatuan berbangsa serta bernegara. Sehingga seorang pemimpin tidak berada dibelakang kursi kekuasaannya semata.
Pemimpin harus menjaga konsistensinya dalam menjaga amanah rakyat, dan memiliki ketetapan hati yang kuat untuk bisa dipercaya dengan mengedepankan kejujuran diatas segala tindakannya yang meyakinkan dan selalu berdiri pada sikap yang tegas manakala terjadi tindakan penyimpangan dari pihak-pihak yang dekat dengan dirinya tanpa pandang bulu. Sebab sikap inilah yang memastikan bahwa dirinya benar-benar berada diluar dari konspirasi kejahatan dan korupsi yang terjadi. Sehingga proses penuntutan hukum dapat terlaksana dengan baik sekaligus memastikan bahwa perlakuan hukum selayaknya tegak dari arah dan sisi manapun, bahkan seorang pemimpin harus berani memberhentikan siapapun yang terseret kedalam pusaran korupsi yang menjadi musuh negara dan masyarakat sepenuhnya.
Pemimpin harus memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi serta menghentikan siapa saja yang tidak memiliki kontribusi yang baik, metode ini dapat memotivasi tim pembantunya untuk meningkatkan kinerja dan pencapaian target agar hasil kerjanya dapat dirasakan oleh rakyat. Pancaran kasih sayang dibalik sikap tegas yang ditampilkannya akan menciptakan nuansa kenyamanan dan kebahagiaan ditengah masyarakat tentunya. Perjuangannya yang gigih dan konsistensi yang tinggi tersebut akan memberikan dampak kepercayaan meskipun kebijakannya yang membutuhkan pengorbanan dari rakyatnya. Termasuk ketaatannya dalam menjalankan ibadah atas keyakinan yang dimilikinya. Hal itu tentu memperkuat bahwa dirinya yang sesungguhnya pantas dicintai.
Pada akhirnya sebagai penutup tulisan ini, sesungguhnya pemimpin itu harus mampu bertoleransi kepada berbagai disparitas sosial ditengah masyarakat, baik terhadap mereka yang bodoh, yang miskin, yang minoritas, yang termarjinalkan, serta berbagai perbedaan yang ada agar mampu mewujudkan hidup didalam dimensi perbedaan yang menjadi fakta ditengah masyarakat Indonesia saat ini. Sekalipun harus melawan, menentang bahkan menekan keberadaan mereka yang intoleransi tersebut sebagai solusi pemecahan keberagaman yang ada. Sosok pemimpin tidak boleh ragu-ragu dalam memastikan pendirian dan sikapnya, sebab hanya dipundaknya sajalah masyarakat menyandarkan segala harapan dan masa depan bangsa ini, itulah inti amanah yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar