PETA KOALISI PARTAI POLITIK SUDAH MULAI NYATA SKEMANYA
Penulis : Andi Salim
Pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang mengumumkan bahwa dirinya akan maju menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024 yang akan datang. Hal ini di umumkannya untuk maju pada Pilpres 2024 di hadapan ribuan kader dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra 2022 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, kemarin jumat tanggal 12 Agustus 2022. Sontak saja seluruh kader Gerindra menyambut pernyataan kesediaan dirinya dengan gegap gempita dan penuh harapan.
Segala hal yang pernah disampaikan masyarakat atas pencalonan Prabowo yang sejak dulu dipersepsikan negatif, dari mulai bercokolnya pihak Cendana atau serangkaian kasus pelanggaran HAM yang terus ditudingkan kepadanya. Namun bagaimana pun tuduhan itu sudah bersifat klasik dan tidak lagi beralasan. Masyarakat semestinya belajar melihat fakta dari sisi pembuktian hukum serta tidak perlu mendengar gosip picisan yang tidak terbukti kebenarannya.
Tujuan penulis tak lain agar masyarakat lebih melihat sosok Nasionalisme kebangsaan yang hadir sebagai capres pada 2024 yang akan datang. Sebab saat ini saja kita sudah memiliki Ganjar Pranowo dan tentu akan hadir dari sisi Koalisi Indonesia Hebat. Sehingga peta ini menjadikan keuntungan setahap bagi peluang bagi kemenangan kubu Nasionalisme kebangsaan. Persoalan siapa nanti yang akan benar-benar memenangkan posisi Presiden, tentu diharapkan mereka yang lebih bersikap toleransi yang pada akhirnya memenangkan pilpres tersebut.
Penulis tidak ingin menduga-duga, atau ikut mendukung-dukung siapa dan yang mana. Bagi penulis lebih baik saat ini bagaimana agar capres-capres yang muncul itu bukan dari mereka yang intoleransi dan berupaya melalui politik identitas yang kotor dan penuh isu fitnah serta ujaran kebencian semata. Baru nanti setelahnya, kita mendukung dari sederet sosok nasionalisme itu yang lebih memiliki sikap toleransilah yang akan dipilih rakyat. Disinilah pokok persoalan yang ingin penulis sampaikan, agar masyarakat mencermati berbagai perkembangannya.
Jika KIB terbentuk dari 3 partai yaitu Golkar, PPP dan PAN, dimana saat ini kita masih menunggu siapa capres yang akan mereka usung, demikian pula koalisi partai Gerindra dan PKB yang tentu saja kita pahami bahwa hampir positif jika Prabowo Subianto akan memperoleh mandat dari kedua partai tersebut. Sedangkan pada kubu PDI Perjuangan yang saat ini tidak perlu bermitra dengan partai lain, maka sudah barang tentu dari dua kandidat yang saat ini muncul, bisa diprediksi jika Ganjar Pranowo yang akan mendapatkan rekomendasi partai tersebut.
Dari enam partai diatas telah berada pada posisi on the tracknya, artinya tinggal kubu abu-abu yaitu partai PKS dan partai Demokrat, walau belum menyatakan koalisinya, akan tetapi mereka dipahami publik memiliki DNA yang sama dan rekam jejak kemitraannya sejak 2004 hingga 2009 merupakan pasangan yang solid serta sedemikian kuatnya. Akan tetapi Kursi DPR-RI yang mereka miliki belumlah mencukupi untuk memenuhi angka kelulusan untuk mencalonkan Capres yang akan diusung hingga harus menggenapinya sebanyak 115 Kursi sebagaimana yang disyaratkan KPU.
Melihat fakta perolehan kursi dari kedua parpol itu, dimana partai PKS hanya 50 Kursi, sedangkan partai Demokrat 54 Kursi, sehingga total jumlahnya hanya 104 Kursi. Tentu saja mereka akan bergantung sepenuhnya dengan sikap partai Nasdem agar bersedia bergabung bersama mereka. Jika demikian, Nasdem yang memiliki 59 kursi saat ini, dengan jumlah suara pada pemilu 2019 lalu, berjumlah 12.661.792 pemilih atau 9,05 persen dari total keseluruhan masyarakat pemilih saat itu, yang nyaris menjadi pemimpin koalisi baru tersebut tentunya. Sudah barang tentu Nasdem tidak akan tunduk terhadap syarat dari kedua parpol tersebut.
Partai Demokrat, Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menampakkan sinyal kuat untuk berkoalisi. Namun jika kita menyimak lebih dalam mengenai partai Nasdem, tentu kita mengkaitkannya dengan peta perolehan suara pada Koalisi Pemerintah yang pada pemilu 2019 lalu memperoleh 55%, dimana sebagian besar elektabilitasnya dikuasai PDI Perjuangan, Golkar dan Nasdem saja, Setidaknya mereka merasakan manisnya kenaikan perolehan 35 kursi sejak pemilu 2014 silam. Selain itu, kompensasi jabatan pun didapatnya atas kemenangan dari kepesertaan koalisi pemerintah saat ini. Maka mustahil mereka akan konsisten mencalonkan Anis Baswedan.
Artinya, mau tidak mau akan lebih menguntungkan jika Nasdem merapat kepada kubu yang bercorak Nasionalisme Kebangsaan, seperti KIB, atau bergabung dengan Kubu Gerindra dan PKB, atau malah lebih objektif mengikuti gerbong PDI Perjuangan yang notabenenya sama-sama akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 nantinya. Dari pada membentuk gerbong baru dimana mereka pun pasti sudah mengkalkulasi jika kedua calon mitranya itu disinyalir akan mengalami penurunan di pemilu 2024 yang akan datang. Apalagi saat ini, baru sebatas memunculkan nama Anis Baswedan saja, banjir kritik pun sedemikian meluap yang datangnya dari netizen pasca diumumkan namanya.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
ini blog khusus untuk tulisan-tulisan dari Bapak Andi Salim, seorang tokoh toleransi di wilayah Gunung Sindur Rawa Kalong Bogor, sangat bagus untuk bacaan-bacaan opini dari beliau
Minggu, 19 Februari 2023
PETA KOALISI PARTAI POLITIK SUDAH MULAI NYATA SKEMANYA
14/08/2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...
-
15/10/2022 BENTURAN KEPENTINGAN MENCIPTAKAN PERBEDAAN Penulis : Andi Salim Siapa yang tidak ingin sama dalam segala hal, terutama bagi pasa...
-
13/08/2022 INDONESIA DITENGAH PUSARAN KRISIS GLOBAL YANG MENGHANTUI DUNIA Penulis : Andi Salim Jika ingin menguasai suatu negara, cara yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar