Minggu, 19 Februari 2023

CAHAYA MANUSIA SEBAGAI REFLEKTOR PERAN KETUHANAN

24/07/2022

CAHAYA MANUSIA SEBAGAI REFLEKTOR PERAN KETUHANAN
Penulis : Andi Salim

Manusia memiliki akal sehat dan mempunyai daya pikir yang lebih efektif jika di bandingkan dengan makhluk lain. Akan tetapi seseorang tidak mungkin mengetahui apa yang menjadi buah dari hasil olah pikir serta perbuatannya, hal itu memang harus disadari bahwa dalam melihat noda hitam di wajah sekalipun seseorang membutuhkan reflektor yang menghasilkan cahaya pantul yang sejajar agar dapat melihat keadaan noda yang terdapat pada dirinya. Maka tak heran jika cermin sering dijadikan alat untuk melihat kondisi seseorang manakala sedang merias diri atau melihat kerapihan penampilan baik penataan rambut atau pakaian yang dikenakannya. Fungsi reflektor dirasakan penting untuk melihat keadaan diri sendiri tentunya.

Tuhan merupakan sumber dari segala cahaya, maka pada dirinyalah segala cahaya itu bermula kemudian memantulkannya kepada manusia, namun sebagai pemancar segala kebaikan itu, tidak berarti kebaikan dari manusia yang terus menerus menyembahnya seakan-akan menjadi kebaikan bagi tuhan untuk menjadikan tuhan tersebut lebih baik oleh karena manusia yang menjadi reflektor tersebut mengembalikan cahaya itu ke sumber cahaya semula, yaitu tuhan itu sendiri. Sebab tuhan berkehendak agar cahaya itu dipantulkan kembali kepada sesama manusia yang saling memantulkan cahaya yang diperoleh manusia dari pancaran tuhan. Maka yang demikian itu akan saling melengkapi kebaikan demi kemaslahatan hidup umat manusia sesungguhnya.

Alam yang terhampar pun merupakan cermin keberadaan tuhan, sehingga banyak penemuan dan perenungan yang didapat atas keberadaan tuhan. Termasuk sesuatu yang sulit diungkapkan dari diri manusia itu sendiri, dimana mekanisme dan metabolisme tubuh terkadang terjadi diluar pengetahuan sistem medis yang mempelajarinya secara dalam, terutama bagian dari bagaimana roh itu datang dan pergi. Serta bagaimana dari prilaku diri manusia itu berhubungan dengan penyakit yang diderita seseorang, atau bagaimana kaitan yang lain dimana semestinya pada keadaan tertentu suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme untuk menyesuaikan keadaan suhu di sekitarnya. Serta hal-hal lain dibalik kerahasiaan fikiran dan jiwa manusia itu sendiri.

Agama yang diturunkan pun banyak menceritakan pelajaran dari bagaimana prilaku manusia dimasa lampau untuk diambil pelajaran bagi kebaikan prilaku manusia yang condong melakukan kesalahan. Bagaikan sebuah mode setiap generasi itu seakan-akan menampakkan sifat dan sikap yang hampir sama dengan pendahulunya dimasa lalu, bahkan perbuatan dosanya pun masih pada lingkaran yang serupa, yaitu zinah, korupsi, serakah, atau berlaku sewenang-wenang dengan kekuasaan yang dimilikinya. Maka tak heran, kita selalu di ingatkan pada ancaman bagi setiap orang atau kaum terhadap musibah yang akan diturunkan tuhan kepada individu atau kelompok jika hal itu sesuai dengan perbuatan dari orang-orang terdahulunya.

Tidak hanya pada perbuatan buruk saja, manusia pun sering meneruskan perbuatan baiknya kepada generasi selanjutnya yang terus menerus diestafetkan baik dalam skala lingkungan keluarga atau pun terhadap prilaku umum yang dijadikan standard moralitasnya. Sebab bagaimana pun manusia mendapatkan pengetahuan agamanya untuk menjadi reflektor atas cerminan baik dari sang maha pemancar kebaikan itu sendiri. Agar manusia mampu melawan hasratnya untuk menghindari kebencian, atau meninggikan harapannya pada kebaikan tuhan agar tidak dirundung keputusasaan, sehingga dengan bekal keimanan yang didapatnya itu, setiap manusia akan mengalami keseimbangan dalam menjalani kehidupan dimuka bumi ini.

Segala prilaku tentu memiliki konsekwensi sebab dan akibat, dengan hal itu maka manusia berupaya untuk memilih keputusan mana yang akan diambilnya, apakah akan meneruskan perbuatan baik demi menyelamatkan dirinya sendiri atau malah memilih perbuatan buruk walau dibalik itu terdapat ancaman hukuman bukan saja didunia namun juga diwaktu setelah kematiannya tiba. Akan tetapi, penangguhan pun tetap disediakan bagi mereka yang mau memperbaiki kesalahan atas kebodohan yang menerpa dirinya serta anjuran bagi siapapun yang ingin melapangkan kebaikannya dengan cara memaafkan mereka yang bersalah tersebut agar memperoleh hikmah dibalik tujuan kebaikan yang diketahuinya itu meningkat pada derajat kemuliaan seseorang dalam mengarungi perjalanan hidupnya pula.

Berbagai pendapat mengenai perbuatan manusia ini, termasuk pada prinsip dari aliran yang berpendapat bahwa perbuatan manusia itu dikatakan ciptaan tuhan yang ditemukan oleh pikiran manusia sedangkan yang lain mengatakan melalui perantaraan bahwa perbuatan manusia itu telah ditentukan sesuai ketentuan yang telah ditetapkannya. Bahkan daun yang jatuh sekalipun merupakan sesuatu yang terjadi berdasarkan aturannya pula. Sebab daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya kecuali dengan ijinnya pula. Pembicaraan mengenai hal ini menjadi penting sebab tuhan menciptakan manusia dan ciptaannya yang lain agar menjadikan apapun dari ciptaannya itu sebagai reflektor dari keberadaan dirinya yang harus disadari oleh manusia itu sendiri.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...