Senin, 20 Februari 2023

MASYARAKAT INDONESIA MERASA GUNDAH GULANA PASCA WAFATNYA TOKOH BANGSA

27/05/2022

MASYARAKAT INDONESIA MERASA GUNDAH GULANA PASCA WAFATNYA TOKOH BANGSA
Penulis : Andi Salim

Siapakah tokoh bangsa itu, mereka adalah penyandang integritas moral dan keteladanan, berjasa terhadap bangsa dan negara, Berkelakuan baik, mempunyai tujuan dengan skala besar, tidak saja bersikap memerdekakan bangsa ini, namun juga mampu mengisi pembangunan baik fisik maupun mental, berwawasan nasional serta mempunyai semangat kesatuan dan persatuan yang tinggi untuk mampu mengajak generasi muda dalam memperjuangkan negerinya sendiri dari rong-rongan yang datangnya baik dari dalam negeri atau pun luar negeri sebagaimana istilah ideology transnasional yang kita dengar selama ini.

Jumlah mereka terbilang sedikit dan sangat jarang ditemui diberbagai daerah, khususnya pada tingkat lokal, sebab para tokoh bangsa ini memang jarang tampil di publik untuk sekedar meraup popularitas di tengah masyarakatnya, namun keberadaan mereka sebenarnya sangat ditunggu-tunggu bahkan pada setiap jengkal tanah di republik ini. Walau apa yang disampaikannya hanya sebatas nasehat yang datar dan tidak menggelegar layaknya politikus yang naik ke atas panggung. Namun, masyarakat paham betul sisi kebathinan tokoh ini yang walau pun belum pernah bertemu muka sekalipun, akan tetapi gaung kecintaannya telah memancar disetiap sudut hati rakyat Indonesia.

Hampir tidak terdengar jika para tokoh bangsa ini memiliki harta yang melimpah, apalagi pola hidupnya yang sederhana, cukup menjadikan sikapnya yang malah bersuara lantang bagaikan singa berotot, ketika menyampaikan wejangannya terhadap generasi muda, tentang untuk apa dan bagaimana mencintai negerinya ditengah gelombang ketidak pastian politik yang menyeret siapapun dari lamunan harta den kedudukan yang ditawarkan kepadanya. Bahasa datar yang terlontar dari mulut mereka pun acapkali terdengar bagaikan petir yang menyambar pucuk kelapa yang menjulang tinggi nan kokoh. Sehingga para tokoh bangsa ini tidak saja disegani kawan, namun lawan pun terpaksa tunduk dari sikap santun yang dipamerkannya.

Kita pernah kehilangan tokoh bangsa yang masyhur, sebut saja Gusdur dan tokoh lain sebelumnya. Namun kali ini kita dikejutkan atas berpulangnya Buya Prof. DR. H. Ahmad Syafi'i Ma'rif, berita ini tentu mengguncang kebathinan kita semua, sebab betapa tidak, kepergiannya praktis mengurangi stok tokoh bangsa yang saat ini saja sudah menjadi kelangkaan bagi bangsa Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa ini. Apalagi ditengah gelombang dari naiknya sikap intoleransi yang merebak ditengah masyarakat kita saat ini. Keadaan ini sungguh semakin mengkhawatirkan bagi kita semua. Peranan beliau selama ini dirasakan bagaikan orang tua bagi segenap insan di tanah air.

Kehadiran buya syafi'i untuk mengajak perlawanan terhadap gelombang intoleransi dan wujud pergerakan radikalisme yang ekstrem, membuat kita semua bergandengan tangan dan mengikuti ajakan beliau hingga gerakan kecintaan terhadap nasionalisme saat ini bangkit serta menghiasi hampir seluruh media sosial pun menjadi sarat akan perlawanan bagi kelompok perusak bangsa tersebut. Hal itu disebutkannya agar setiap generasi muda tidak boleh diam dan harus menentang bagi siapapun yang ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa ini. Maka semangat inilah yang menjadikan setiap individu untuk rela memainkan jari-jemarinya guna melawan termasuk turun kejalan jika kondisinya dimungkinkan.

Gagasan Ketua PP Muhammadiyah DR. Anwar Abbas yang mengatakan bahwa mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif itu sepatutnya diberikan gelar Bapak Bangsa karena selama masa hidupnya, beliau telah mendedikasikan dirinya untuk kepentingan umat dan bangsa Indonesia, kiranya tidaklah berlebihan, bahkan Gerakan Toleransi Indonesia sangat mendukung inisiatif tersebut, agar sang pejuang yang satu ini benar-benar di ingat dan tetap bersemayam dihati masyarakat Indonesia sampai kapan pun. Sebab bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai para tokoh bangsanya sendiri, termasuk kepada sosok Almarhum tentunya.

Saat ini, kegundahan masyarakat pun masih terasa dari peristiwa kepulangan tokoh bangsa yang satu ini, namun keberadaan Prof DR K.H. Haidar Nashir tentu menjadi tumpuan bangsa ini pula, untuk menggantikan peran Muhammadiyah atas kekosongan Tokoh bangsa kita, sebab hanya beliaulah yang masih dianggap sesuai dengan pemikiran-pemikiran dan sepak terjang dari Almarhum Buya Syafi'i sebelumnya, dimana jejak dan prilakunya pun masih selaras dengan kiprah Muhammadiyah sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Walau kita pun masih berdoa, semoga para tokoh Muhammadiyah lainnya dapat meniru serta mencontoh prilaku yang bersahabat bagi semua kalangan dan golongan sebagaimana yang dicontohkan oleh Sang tokoh bangsa yang telah berpulang ini.

Dari kedalam hati, serta ketulusan atas segala perjuangan yang telah Almarhum Buya Prof. DR. H. Ahmad Syafi'i Ma'arif abdikan bagi bangsa dan negara ini, kiranya Gerakan Toleransi Indonesia turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya serta turut pula mendoakan agar beliau diterima disisi Allah Swt, serta ditempatkan pada tempat yang terbaik pula. Semoga cita-cita dan perjuangan yang belum sempat beliau wujudkan, senantiasa kami ingat dan dilaksanakan dengan sepenuh hati kami, agar Indonesia tetap dalam koridor negara yang utuh, aman serta negeri yang makmur dan damai sebagaimana ungkapan pada kalimat Baldatun Thoyyibatun wa rabbhun ghaffur, yang artinya : ”Negeri yang baik dengan Tuhannya yang Maha Pengampun”

Semoga tulisan ini bermanfaat.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...