2/03/2022
MENEMUKAN PRIBADI YANG TANGGUH DIBALIK SOSOK TEMPRAMENTAL SESEORANG
Penulis : Andi Salim
Sering diantara kita berfikir bahwa keberhasilan datangnya dari kemampuan diri dalam mengolah serta menggunakan keahlian yang dapat menghasilkan keuntungan atau setidaknya akan memperoleh penghasilan yang sesuai dengan apa yang diharapkannya. Maka setiap generasi muda menjadi mempersiapkan dirinya agar memiliki keahlian dan ketangkasan dalam menyelesaikan persoalan termasuk jika dihadapkan pada target-target kerja yang manjadi sasarannya. Sebab pertarungan kemampuan itulah yang menjadikan harga atau upah seseorang menjadi bertingkat-tingkat tentunya.
Memang ada saja dari sebagian orang yang memperoleh keberhasilannya dengan cara instan melalui strategy menjilat-jilat atasannya atau melayani kemauan atasan yang dilakukan secara berlebihan dari apa yang sering kita sebut dengan istilah CARI MUKA. Akan tetapi bagi mereka yang konsisten dijalur dari mengasah kemampuannya, tentu hal ini hanya menunggu bahwa apresiasi perusahaan atau instansi akan terlihat pada waktunya, bahwa yang memiliki kemampuan itu memang sepatutnya tidak terhalangi oleh apapun, termasuk dari pihak lain yang mencoba menghalanginya.
Kemampuan dan skill yang dimiliki seseorang tentu mendatangkan rasa percaya diri untuk nantinya akan dibedakan oleh siapa pun. Jika tidak tentu saja kita sering menemukan bahwa mereka yang memiliki skill dan pengalaman ini akan resign pada akhirnya, sekiranya mereka tidak mendapat perhatian dan kepedulian atas pengabdiannya dimana tempat mereka bernaung saat itu. Keadaan ini justru menjadi kerugian di pihak perusahaan atau instansi tersebut, sebab personil semacam ini sesungguhnya amat jarang didapati termasuk mereka yang jujur serta memiliki sikap yang loyal tentunya.
Banyak perusahaan yang menakut-nakuti pekerjanya jika mengundurkan diri akan sulit menemukan pekerjaan ditempat yang lain, upaya itu malah justru diabaikan, oleh karena mereka membekali dirinya dengan keberanian dan keyakinan bahwa dimana pun tempatnya bersandar sepanjang tenaga mereka diperlukan akan mudah mendapatkan pekerjaan ditempat-tempat yang baru. Walau sikap semacam ini dirasakan kurang baik, namun hal ini menampakkan bahwa mereka memang sepatutnya dibedakan dari pekerja yang malas, bodoh serta hanya berkemampuan dalam mendekati atasannya
Malah tidak jarang pula pekerja semacam ini yang justru lebih bersikap tegas untuk mengemukakan solusi dari penyelesaian yang menurut keyakinannya salah atau menjadi tidak praktis. Sehingga para atasannya terkesan kehilangan muka dihadapan karyawan lainnya. Akan tetapi, banyak pula dari mereka yang dipelihara dan dimanja melalui prioritas fasilitas perusahaan dikarenakan kinerjanya yang sangat spesial walau terdapat pengaruh yang kurang baik, namun hal itu dapat diabaikan atau dikesampingkan bila dibandingkan dampak yang ditimbulkannya.
Walau bagaimanapun kalkulasi atas setiap pekerja itu diukur dari kontribusinya bagi upaya keuntungan perusahaan tempat dimana seseorang tersebut bekerja, serta bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang relatif lebih cepat dari rata-rata waktu yang ditentukan adalah sebuah prestasi, termasuk kecermatan, ketelitian dan kecekatan dalam mensikapi situasi dari dampak baik bagi perusahaan untuk mendapatkan side efek positif, atau menutup dan mengalihkan realisasi kerugian secepat mungkin agar loss rasio usaha seminimal mungkin ditekan. Hal itulah akan menjadi penentu apakah pekerja tersebut terampil dalam beradaptasi pada keadaan yang dihadapinya.
Tentu saja hal semacam ini tidak dimiliki oleh mereka yang sibuk mencari muka, serta malas menelaah dari apa yang semestinya dihadapinya, sebab tak jarang orang-orang semacam ini justru sibuk menggandoli atasannya untuk dijadikan pelindung bagi pengamanan posisinya sekiranya dirinya terancam sanksi peringatan apalagi berujung pada pemberhentian dan pemutusan hubungan kontrak kerja. Jika pun mereka diminta untuk mengemukakan bagaimana posisi perusahaan dan mengupas tuntas persoalan yang dihadapi perusahaan, maka mereka cenderung mengikuti dari pembicaraan dan pandangan orang lain yang lebih dahulu menyampaikannya.
Sebagai penutup. Terkadang banyak dari atasan yang lebih suka dengan pekerja yang mematuhi segala perintah apalagi bawahan tersebut sama sekali tidak pernah menyanggah dari berbagai tugas yang diembankan kepadanya, walau banyak hambatan dan kendala, akan tetapi kita justru memaklumi hal yang demikian tanpa cross cek kebenaran dari situasi yang dialaminya. Sebab bagi mereka yang cekatan dan cepat serta cermat dalam mengatasi masalah, persoalan semacam itu tentu akan ditekan semaksimal mungkin sehingga yang teralirkan kepada atasannya justru sesuatu yang benar-benar membutuhkan kebijakan lanjut guna menyelesaikan masalah atau tantangan apa yang dihadapinya.
Menariknya, jika kita menelisik dari karakter pejabat atau pekerja, maka karakter personil seperti Ahok dikenal dengan ekspresi bicaranya yang meletup-letup. Sehingga Jokowi pun mengakui akan hal itu ketika Ahok masih menjadi wakilnya dalam memimpin DKI Jakarta pada tahun 2014 silam. Akan tetapi dibalik persoalan itu, Ahok diakuinya sebagai pejabat yang handal pula. Walau Ahok memang mempunyai karakter yang temperamental, akan tetapi beliau bukan sosok yang cengeng apalagi berlindung dibalik kewenangan atasannya untuk menjadikan dirinya nyaman dan lemah.
Pada akhirnya, pekerja yang handal itu akan ditemukan dari mereka yang bertanggung jawab sepenuhnya pada apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang diembannya. Namun tanggung jawab itu harus pula diartikan pada upah yang layak dan apresiasi yang sewajarnya. Tanpa pekerja yang baik, roda perusahaan atau instansi hanyalah tumpukan sesuatu yang tidak dapat bergerak jika tidak digerakkan, maka ditangan-tangan yang terampillah hal itu akan menjadi bermakna dan berdaya guna untuk mendatangkan keuntungan sebagaimana yang diharapkan. Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar