Minggu, 19 Februari 2023

MENGAPA KITA SEMUA MENJADI BANGSA YANG SENSITIF DAN PEMARAH

13/06/2022

MENGAPA KITA SEMUA MENJADI BANGSA YANG SENSITIF DAN PEMARAH
Penulis : Andi Salim

ILMU PENGETAHUAN melakukan fungsinya melalui dua peran, yaitu pendidikan yang berfungsi untuk memberantas kebodohan, dan pendidikan yang berperan meluruskan persoalan untuk menghilangkan kesalahpahaman dan pengertian terhadap sesuatu hal. Artinya, dengan memberantas kebodohan melalui proses tahapan pendidikan, seorang anak didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar mengidentifikasi persoalan dan melakukan evaluasi masalah yang kemudian diharapkan menemukan solusi serta mengembangkan wawasan, pengalaman dan kemampuan intelektualnya menuju kearah efisiensi atau kecermatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Sedangkan pengetahuan agama pasti selalu ditekankan untuk mengajarkan kebaikan. Mempelajari ilmu agama dapat membuat manusia menjadi pribadi yang lebih baik untuk memberikan pengaruh positif bagi orang lain dan suasana kehidupan lain disekitarnya. Selain itu jika seseorang berbuat kebaikan maka tentu saja memberikan kualitas hidup yang lebih tinggi dari pemahaman dan toleransi yang diperankannya. Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan yang harmoni dari pengajaran yang berasal dari Tuhan dimana hal itu mampu membimbing manusia menjadi manusia yang berakal dan berbudi luhur selama di dunia serta menjadikan kebaikan tersebut sebagai bekal di akhirat nanti, pada kesempatan kehidupan yang abadi paska lintasan hidup yang dijalaninya di dunia ini.

Dari kondisi seperti itu, kiranya ilmu pengetahuan dan ilmu agama memiliki peran dan fungsinya yang berbeda, dimana pendidikan lebih berfokus kepada bagaimana memfungsikan mekanisme berfikir dan kemampuan menyerap pengetahuan ilmiah kedalam rasionalitas berfikir, sedangkan ilmu agama lebih kepada mengasah ketajaman bathin untuk mendapatkan kelembutan dan kemampuan akhlaq seseorang guna melakukan hubungan sosial tidak saja kepada sesama manusia, termasuk pula terhadap mahkluk lain disekitarnya. Sehingga segala bentuk ritual dan spiritual seseorang harus dilakukan dengan penuh kesadaran, pemahaman yang tinggi, kerendahan hati dan dengan kesabaran yang dalam pula tentunya.

Faktor tidak terjadinya agama sebagai transformasi perdamaian belakangan ini, antara lain karena kurangnya memahami fungsi agama yang semestinya lebih kepada penguasaan bathin untuk melembutkan, menjadikannya beradab, serta ketaatan pada aturan agama itu sendiri, sehingga banyak dari penganut agama itu yang justru dimanfaatkan oleh pihak lain, atau kelompok tertentu guna ikut membenci serta melakukan upaya perpecahan terhadap kelompok yang berbeda atau berseberangan di tengah umat beragama itu sendiri, hal itu terjadi tidak saja dikalangan umat seagama, tetapi juga terjadi terhadap pemeluk agama lainnya.

Beragama sesungguhnya tidak sekadar persoalan ibadah yang dilakukan seseorang, melainkan tampilan nilai sosial yang di pelajari dari ajaran agama apapun yang diyakini. Sebab agama bukan datang untuk Tuhan, melainkan untuk kebaikan manusia semata. Dibutuhkan pemahaman dengan penyesuaian logika berfikir guna menyerap merealisasikan keluasan ilmu agama itu agar dapat mewujudkannya sebagai prilaku individu yang mulia. Maka dengan mempelajari ilmu pengetahuan serta mengamalkan ajaran agama yang baik, atau menjadikan kedua hal tersebut sebagai pijakan dasar dalam mendorong budaya yang berakhlak serta berkualitas.

Dalam hubungan dialogis antara keduanya, dimana agama bisa mendukung segala tinjauan dari kegiatan ilmiah, atau sebaliknya sains bisa memperbaiki pemahaman religius demi kualitas kebaikan umat manusia. ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, namun sebaliknya, agama tanpa ilmu pengetahuan tentu akan menjadi tidak bijaksana, bagaimana pun agama membutuhkan ilmu pengetahuan untuk membuktikan kebenaran dari akal manusia yang terbatas. Sebab Taklid hanya menghasilkan zhan (prasangka) semata, sehingga Allah SWT telah melarang untuk mengikuti prasangka.

Sebagaimana berfirmannya,
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al-An’am: 116). Dari ayat ini, semestinya semua pihak menyadari, betapa setiap orang harus memahami teks dan konteks dari bagaimana agama itu menjadi pegangan serta sabuk pengikat dari pentingnya sikap berbangsa dan bernegara untuk tidak dengan begitu mudahnya larut pada ajakan dan hasutan dan berprasangka buruk hingga meninggalkan kecintaannya terhadap tanah air ini, dimana seruan "Hubbul Wathon minal Iman" justru menampakkan bahwa merekalah sesungguhnya selaku pemilik atau perwarisnya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...