Minggu, 19 Februari 2023

REFLEKSI TOLERANSI BERBANGSA DITENGAH NETRALITAS NEGARA

2/07/2022

REFLEKSI TOLERANSI BERBANGSA DITENGAH NETRALITAS NEGARA
Penulis : Andi Salim

Dalam banyak hal, mungkin kita masih menyaksikan bahwa negara belum sepenuhnya hadir untuk bersikap netral dan menegaskan dirinya sebagai pihak yang harus sepenuhnya menjaga, mengatur, menekan, membangun sikap dan wawasan warga negaranya agar memahami konteks seutuhnya sebagai bagian terpenting bagi kelangsungan berkebangsaan saat ini. Bahkan sebagian dari kita pun masih asyik untuk mempertanyakan hak dan kewajiban selaku warga negara, namun esensi berbangsa dan harmonisasi keseimbangan menjadi terseret pada arus tertentu yang menguat ditengah kita semua. Sebut saja hegemoni politik dan keberagamaan.

Mungkin sebagian kawan-kawan bertanya, mengapa toleransi indonesia lebih banyak mendukung sekaligus mengkritisi pemerintah melalui tulisan-tulisan saya yang acapkali mengambil dari angle kekuasaan dan politik, bahkan saya sering mengaitkannya dengan persatuan dan kesatuan. Serta mengedepankan sikap kebersamaan bagi kebaikan sesama kita selaku anak bangsa. Sebab hanya dari tegaknya nasionalisme dan netralitas berbangsa dan bernegaralah kita memperoleh kesempatan untuk merubah, mengajak, memperbaiki serta menegakkan sikap yang toleransi yang sama-sama ingin kita wujudkan.

Betapa sulitnya jika keadaan dimana aparat dan segenap keamanan negara serta berikut penegak hukumnya dirasakan malah terpapar intoleran dan larut pada nuansa dukung mendukung atau menjadi pihak yang abai terhadap realitas atmosfer animo masyarakatnya yang saling berhadapan dan berkepentingan terhadap instrumen keseimbangan. Lalu dengan cara apa kita menyuarakan sikap toleransi itu menjadi efektif jika keadaan warga negaranya saja belum menyadari pentingnya menjaga eksistensi bernegara. Edukasi berbangsa dan bernegara serta kedudukan kita selaku warga negara saja belum dipahami secara utuh, hal itu dirasakan dari koyaknya pemahaman akan kebaikan bersama yang tidak lagi dianggap perlu dan mutlak sebagai pertahanan suatu bangsa.

Walau dalam penulisan saya terkesan banyak menyoroti berbagai persoalan, baik ekonomi sosial dan politik serta mengedepankan aspek hukum, tapi yakinlah titik fokus dan sasarannya tentu dalam konteks mengembalikan kekuatan kebhinekaan itu agar lebih disadari dan turut mengadopsi keperluan serta pengetahuan dari kita semua untuk menjadi tertarik, antusias sekaligus prihatin pada keadaan bangsa kita, yang pada gilirannya kita memahami bagaimana berbagai mekanisme itu terbentuk untuk mengetahui arah kebijakan pemerintah dalam menjadikan langkah indonesia yang memiliki prioritas bagi kebaikan, keutuhan serta persatuan yang kita dambakan.

Pentingnya berbagai penulisan untuk melihat berbagai aspek persoalan tentu dipertanyakan pada keterkaitannya dengan penerapan sikap bertoleransi. Namun kita semua pun harus memahami bahwa kekuatan sebuah penulisan itu menjadi sarana efektif demi meluruskan, memperbaiki dan mengguncang wawasan dan kesadaran serta pola pikir dari masyarakat kita yang awam dan membutuhkan pemahaman seutuhnya. Dimana kita masih ingat bahwa dunia sekalipun dapat digegerkan oleh gagasan penulisan dari Salman Rushdie yang berjudul The Satanic Verses yang dulu pernah meramaikan jagad dunia yang diburu umat islam sedunia.

Kita masih membutuhkan banyak hal dalam persiapan untuk melontarkan gagasan-gagasan baru dan menyalurkannya kepada duta-duta toleransi indonesia demi pencerahan kepada generasi bangsa dari pentingnya memahami dan menjaga hal ini serta membangun barisan pengaman sekaligus penjaga toleransi itu sebagai platform kebangsaan. Disamping itu, kita pun membutuhkan ruang pengembangan baru untuk menciptakan jaringan yang berintegrasi pada penerapan persatuan dan kesatuan ditengah kebhinekaan yang kita miliki, termasuk menjadikannya sebagai alas dalam penerapan apapun pada, baik antara negara dengan warganya atau pada dimensi hubungan antar lembaga yang terkait pemberdayaan masyarakat.

Sehingga segala kepentingan tersebut dapat diakomodir dengan terciptanya lembaga Toleransi Indonesia yang pada akhirnya bertitik fokus untuk mengurusi bidang ini secara khusus pula. Tentu saja sasaran utamanya adalah pendidikan, kebudayaan, kesenian, dan kepentingan lain termasuk penerapan kesempatan beribadah yang sama, kesejahteraan yang sama, kesehatan yang sama, dan hak berpolitik yang sama pula. Dimana kita pun membutuhkan pembentukan cyber Toleransi demi memupuk komunitas yang dirasakan perlu bagi kita semua. Dari perasaan yang sama dan mencermati dinamika yang berkembang tentu saja tujuan dari semua itu demi meletakkan kepastian dan kedudukan berkebangsaan

Sebab posisi itulah menjadi dasar untuk mengukur derajat kebaikan bagi segenap insan tanah air, bukan membiarkannya berdasarkan interpretasi pribadi dan kelompok yang sengaja dibangun demi memicu perpecahan untuk membenturkan satu sama lain yang menciptakan kegamangan tidak saja ditengah masyarakat, namun menjadi keragu-raguan pula bagi aparatur hukum kita. Sebab bagaimana pun negara harus ikut mengaturnya sebagai ketentuan tertentu pada dosis tertentu sebagai hal yang dapat dipijak secara bersama pula. Sudah sepatutnya kita menyadari mana prilaku toleransi dan kebangsaan untuk disandingkan dengan yang mana sebagai penyimpangan dari sikap militansi politik dan konservatisme agama. Sehingga kerukunan dan harmonisasi itu terjaga dalam koridor yang seimbang dan menyejukkan bagi semua pihak.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...