SIAPAKAH YANG SESUNGGUHNYA PERNAH MEMBAHAYAKAN KEUANGAN NEGARA
Penulis : Andi Salim
Krisis suatu negara dapat saja terjadi secara tiba-tiba, hal itu tergantung situasi lokal dan internasional yang secara global ikut mempengaruhi keadaan suatu negara. Terlepas dari keadaan sekarang ini terkesan biasa-biasa saja, atau malah mungkin saja mengalami trend kenaikan atau surplus keuangan yang dialaminya, namun kemerosotan ekonomi yang menuju jurang krisis dapat saja terjadi hingga menjadi tak terkendali manakala beberapa aspek yang merupakan indikator pengendaliannya yang terpengaruh pada kewajiban pembayaran atas pengembalian utangnya hingga menyebabkan jatuhnya perekonomian suatu negara itu terus dibiarkan.
Belakangan ini, isu utang negara kita begitu seksi untuk terus dibahas, dimana keadaannya memang memungkinkan untuk melakukan penambahan utang, dari naiknya PDB indonesia saat ini. Apalagi dengan bertambahnya utang tersebut yang di prioritaskan untuk menanggulangi dampak akibat pandemi Covid-19, dimana keadaan yang sama pun terjadi di berbagai negara lain. Dipahami bahwa utang sebuah negara menjadi krusial untuk dibahas karena jika tidak terbayar dapat membuat negara tersebut dinyatakan bangkrut. Sebab salahnya penggunaan utang dan tujuan dilakukannya utang tersebut itulah yang menjadi penyebab naik atau turunnya perekonomian suatu negara pula.
Pengertian utang semestinya menjadi faktor dukungan yang dapat membantu defisit keuangan terhadap suatu negara, banyak yang memahami bahwa utang tentu saja dapat menjadikan naiknya perekonomian suatu negara, namun dibalik itu, jika salah dalam penggunaannya tentu akan berakibat fatal dari gagal bayar yang terjadi, hingga pada akhirnya merusak keberlangsungan hidup masyarakat dan sangat sulitnya keadaan yang dialami masyarakat, baik dalam memperoleh makanan dan obat-obatan bahkan kebutuhan lain yang sangat penting sekalipun. Penyebabnya adalah hiper inflasi yang tak terkendali yang berimbas pada sektor-sektor lain yang menjadi gagal berfungsi.
Banyak negara yang mengalami instabilitas keuangan bahkan cenderung mengalami resesi ekonomi. Sebut saja negara itu adalah Argentina yang berutang USD 100 milyar, Zimbabwe USD 4,5 milyar, Jamaika USD 1,2 milyar, Venezuela USD 65 milyar, tambahan utang Sri Lanka USD 51 milyar dan banyak lagi negara lainnya yang kalang kabut disebabkan salahnya penggunaan utang yang mereka peroleh. Bahkan Indonesia pun pernah memperoleh utang Hingga USD 210 milyar sedemikian besar, bahkan jauh melampaui negara-negara yang dinyatakan bangkrut sebagaimana yang disebutkan diatas.
Utang tersebut diperoleh Indonesia semasa tahun 2004 hingga 2014, dimana peruntukkannya pun lebih banyak untuk mensubsidi kebutuhan masyarakat sebagaimana pengakuan Jusuf Kalla beberapa waktu lalu, serta deretan proyek-proyek mangkrak yang tidak menghasilkan feedback dalam mengembalikan utang yang telah diterima rezim masa itu. Berbagai proyek mangkrak tersebut berjumlah 34 proyek listrik yang mangkrak dan merupakan peninggalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa. Termasuk pembangunan Bandara Kertajati yang menelan biaya mencapai Rp 10 triliun serta membutuhkan lahan seluas sekitar 1.800 hektar.
Seharusnya utang negara diperuntukkan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing yang berfungsi sebagai pengelolaan atas resources atau sumber daya alam yang tersedia, serta alih tekhnologi untuk mentransfer pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menciptakan efisiensi serta produktifitasnya. Baru setelahnya, utang tersebut diperuntukkan bagi pembelian alat-alat serta kelengkapan tehnis yang dibutuhkan demi optimalisasi dan hasil kegiatan yang diperoleh dalam investasi kegiatan ekonomi yang diperuntukkan atas utang yang secara objektif dapat memberikan keuntungan sebagai alat bayar atas utang tersebut.
Atau paling tidak, perolehan utang dapat saja dilakukan untuk mensupport aktifitas ekonomi masyarakat dalam memberikan efek positif dari interaksi sosial yang terjadi, serta penyediaan sarana dan prasarana guna menunjang faktor-faktor kebutuhan lain agar berdampak pada efisiensi waktu dan volume serta kapasitas yang semestinya mampu ditingkatkan. Dari kerangka dan cara berfikir semacam ini, maka tentu saja pembangunan SDM sebagai syarat akselerasi bagi dunia tekhnologi melalui pembangunan tower-tower koneksi internet pada era digitalisasi saat ini, serta pembangunan dermaga, pelabuhan, bandara, infrastruktur jalan dan jembatan bahkan pembangunan waduk sekalipun adalah syarat yang mutlak untuk dilakukan.
Penggunaan utang dapat diperuntukkan atas kegiatannya yang berdampak langsung mau pun tak langsung, namun harus dipahami bahwa pemberian subsidi serta pembangunan proyek-proyek mangkrak bukanlah skala prioritas penting dan harus diabaikan. Pengawasan atas setiap perusahaan BUMN harus dicermati satu persatu agar pengendalian kemampuan cadangan pembayaran utang negara yang begitu besar dapat semakin terkendali, apalagi potensi dari investasi yang terjadi sejak pembangunan infrastruktur selama 2014 hingga saat ini semakin menjanjikan.
Namun dibalik itu, masyarakat harus paham bahwa negara kita pernah mengalami kondisi yang sangat berbahaya dan menuju jurang kemiskinan bersama atas mangkraknya berbagai proyek dan strategi penerapan subsidi melalui penambahan utang yang semakin membengkak dari rezim masa lampau yang dinilai miskin gagasan. Apalagi dibalik itu semua, hampir tidak tersisa pembangunan yang bisa dianggap sebagai potensi ekonomi apapun dalam mengembalikan pinjaman utang tersebut dari peruntukkannya selain hanya menjadi beban masyarakat saja.
Sebagai bonus tambahan, bahwa menguaknya kasus bank century, Jiwasraya, Asabri dan beberapa perusahaan BUMN yang saat ini hampir kolap dan merugikan keuangan negara tersebut. Tentu bisa dianggap sebagai kelalaian atau mungkin saja kita menduga adanya kesengajaan dari abainya pengendalian rezim masa lalu tersebut. Anggapan bahwa negara kita seakan-akan spesial dan lebih unggul dari bangsa lain sebaiknya disimpan sebagai kenangan. Toh faktanya kita sama dengan negara lain yang sibuk berhutang bahkan sekedar menomboki defisit anggaran yang terus-menerus terjadi setiap tahunnya.
Jika negara kita punya pantai, toh negara lain pun sama, tanah kita yang subur pun tak jauh berbeda dari Brazil yang telah lebih dahulu mengalami krisis, SDM yang unggul toh negara lain pun sama halnya. Lalu dimana sebenarnya kita memiliki kekhususan, kecuali budaya dan kegigihan kita yang menjadikan bangsa ini berbeda dengan bangsa lain di dunia. Sebab apa yang nampak sebagai keunggulan resources baik alam maupun SDM yang kita miliki, sesungguhnya yahudi telah lebih masyhur akan hal itu. Namun cara berjuang dan mempertahankan diri serta memajukan bangsa inilah yang sesungguhnya menjadi ciri khas dari bangsa kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
ini blog khusus untuk tulisan-tulisan dari Bapak Andi Salim, seorang tokoh toleransi di wilayah Gunung Sindur Rawa Kalong Bogor, sangat bagus untuk bacaan-bacaan opini dari beliau
Senin, 20 Februari 2023
SIAPAKAH YANG SESUNGGUHNYA PERNAH MEMBAHAYAKAN KEUANGAN NEGARA
3/05/2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...
-
15/10/2022 BENTURAN KEPENTINGAN MENCIPTAKAN PERBEDAAN Penulis : Andi Salim Siapa yang tidak ingin sama dalam segala hal, terutama bagi pasa...
-
13/08/2022 INDONESIA DITENGAH PUSARAN KRISIS GLOBAL YANG MENGHANTUI DUNIA Penulis : Andi Salim Jika ingin menguasai suatu negara, cara yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar