Penulis : Andi Salim
Peran ilmu pengetahuan adalah melakukan fungsinya melalui dua macam cara, yaitu pendidikan yang berfungsi untuk memberantas kebodohan, serta pendidikan yang
Menghilangkan salah pengertian terhadap sesuatu hal. Maksudnya, dengan memberantas kebodohan melalui proses pendidikan, seorang anak didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar untuk melakukan identifikasi persoalan dan melakukan evaluasi masalah yang kemudian diharapkan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektual untuk menuju kearah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Setiap agama pasti selalu mengajarkan kebaikan. Mempelajari ilmu agama dapat membuat manusia menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan menjadi pribadi yang baik, maka kita akan memberikan pengaruh positif bagi orang lain. Selain itu jika kita berbuat baik kepada siapapun, maka kita akan mendapatkan kebaikan juga dari orang lain. Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang berasal dari Tuhan dimana hal tersebut nantinya mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang berakal dan berbudi luhur selama di dunia untuk menjadikannya bekal di akhirat sebagai kehidupan yang abadi paska berakhirnya masa kehidupan seseorang di dunia ini.
Dari kondisi seperti itu, kiranya ilmu pengetahuan dan ilmu agama memiliki peran dan fungsinya dimana pendidikan lebih kepada bagaimana memfungsikan mekanisme berfikir dan kemampuan menyerap pengetahuan ilmiah kedalam rasionalitas berfikir, sedangkan ilmu agama lebih kepada mengasah ketajaman bathin untuk mendapatkan kelembutan dan kemampuan akhlaq guna berhubungan tidak saja kepada sesama manusia, namun hal itu menjadi syarat dalam melakukan ritual ibadah. Sehingga segala bentuk penyembahan dilakukan dengan kerendahan hati dan prilaku kesabaran yang baik.
Faktor tidak terjadinya agama sebagai transformasi perdamaian belakangan ini, antara lain karena kurangnya memahami fungsi agama yang semestinya lebih kepada penguasaan bathin untuk melembutkan, beradab, serta taat kepada aturan agama itu sendiri, sehingga banyak keadaan dari faktor agama yang justru dimanfaatkan seseorang atau kelompok untuk penyesatan orang lain dan menjadikannya alasan untuk membenci serta melakukan perpecahan di tengah umat beragama itu sendiri, tidak saja dikalangan Islam sendiri, tetapi juga merambah pada rusaknya kepada pemeluk agama lainnya.
Beragama bukan sekadar persoalan ibadah yang dilakukan, melainkan tampilan nilai sosial yang di pelajari dari agama yang apapun yang diyakini. Sebab agama bukan datang untuk Tuhan, melainkan untuk kebaikan umat. Dibutuhkan wawasan dan logika berfikir guna menyerap mengaplikasikan keluasan ilmu agama itu agar dapat diwujudkan sebagai prilaku umat. Maka dengan mempelajari ilmu pengetahuan serta mengamalkan ajaran agama, serta menjadikan kedua hal tersebut sebagai kewajiban dasar dalam mendorong adanya generasi yang berakhlak serta berkualitas.
Dari penerimaan atas luasnya pengetahuan dan agama itu, menjadikan sikap sosial selaku individu pada setiap umat beragama untuk bersosialisasi sebagai sosok yang terbuka dan memiliki kesadaran sosial yang baik ditengah perbedaan untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bagi keutuhan bangsa Indonesia hingga akhir zaman. Sehingga bangsa kita terhindar sebagai bangsa yang berprilaku pemarah, sebagai penghasut, serta menyukai pemberitaan Hoaks yang tidak berdasar hingga mengkonsumsinya sebagai akibat dari nalar berfikir serta pondasi keimanan yang dangkal pula.
Dalam hubungan dialogis antara keduanya, agama bisa mendukung segala kegiatan ilmiah, sebaliknya sains bisa memperbaiki pemahaman religius demi kesejahteraan umat manusia. ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, namun sebaliknya, agama tanpa ilmu pengetahuan tentu akan menjadi tidak bijaksana, sebagaimana seruan agar umat tidak boleh diam pada keadaan taklid jahil semata. Sebab Taklid hanya menghasilkan zhan (prasangka) semata, dan Allah telah melarang untuk mengikuti prasangka. Allah ta’alla berfirman,
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al-An’am: 116).
#Andisalim #jkwguard
#Toleransiindonesia
Mari kita suarakan
Menghilangkan salah pengertian terhadap sesuatu hal. Maksudnya, dengan memberantas kebodohan melalui proses pendidikan, seorang anak didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar untuk melakukan identifikasi persoalan dan melakukan evaluasi masalah yang kemudian diharapkan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektual untuk menuju kearah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Setiap agama pasti selalu mengajarkan kebaikan. Mempelajari ilmu agama dapat membuat manusia menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan menjadi pribadi yang baik, maka kita akan memberikan pengaruh positif bagi orang lain. Selain itu jika kita berbuat baik kepada siapapun, maka kita akan mendapatkan kebaikan juga dari orang lain. Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang berasal dari Tuhan dimana hal tersebut nantinya mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang berakal dan berbudi luhur selama di dunia untuk menjadikannya bekal di akhirat sebagai kehidupan yang abadi paska berakhirnya masa kehidupan seseorang di dunia ini.
Dari kondisi seperti itu, kiranya ilmu pengetahuan dan ilmu agama memiliki peran dan fungsinya dimana pendidikan lebih kepada bagaimana memfungsikan mekanisme berfikir dan kemampuan menyerap pengetahuan ilmiah kedalam rasionalitas berfikir, sedangkan ilmu agama lebih kepada mengasah ketajaman bathin untuk mendapatkan kelembutan dan kemampuan akhlaq guna berhubungan tidak saja kepada sesama manusia, namun hal itu menjadi syarat dalam melakukan ritual ibadah. Sehingga segala bentuk penyembahan dilakukan dengan kerendahan hati dan prilaku kesabaran yang baik.
Faktor tidak terjadinya agama sebagai transformasi perdamaian belakangan ini, antara lain karena kurangnya memahami fungsi agama yang semestinya lebih kepada penguasaan bathin untuk melembutkan, beradab, serta taat kepada aturan agama itu sendiri, sehingga banyak keadaan dari faktor agama yang justru dimanfaatkan seseorang atau kelompok untuk penyesatan orang lain dan menjadikannya alasan untuk membenci serta melakukan perpecahan di tengah umat beragama itu sendiri, tidak saja dikalangan Islam sendiri, tetapi juga merambah pada rusaknya kepada pemeluk agama lainnya.
Beragama bukan sekadar persoalan ibadah yang dilakukan, melainkan tampilan nilai sosial yang di pelajari dari agama yang apapun yang diyakini. Sebab agama bukan datang untuk Tuhan, melainkan untuk kebaikan umat. Dibutuhkan wawasan dan logika berfikir guna menyerap mengaplikasikan keluasan ilmu agama itu agar dapat diwujudkan sebagai prilaku umat. Maka dengan mempelajari ilmu pengetahuan serta mengamalkan ajaran agama, serta menjadikan kedua hal tersebut sebagai kewajiban dasar dalam mendorong adanya generasi yang berakhlak serta berkualitas.
Dari penerimaan atas luasnya pengetahuan dan agama itu, menjadikan sikap sosial selaku individu pada setiap umat beragama untuk bersosialisasi sebagai sosok yang terbuka dan memiliki kesadaran sosial yang baik ditengah perbedaan untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bagi keutuhan bangsa Indonesia hingga akhir zaman. Sehingga bangsa kita terhindar sebagai bangsa yang berprilaku pemarah, sebagai penghasut, serta menyukai pemberitaan Hoaks yang tidak berdasar hingga mengkonsumsinya sebagai akibat dari nalar berfikir serta pondasi keimanan yang dangkal pula.
Dalam hubungan dialogis antara keduanya, agama bisa mendukung segala kegiatan ilmiah, sebaliknya sains bisa memperbaiki pemahaman religius demi kesejahteraan umat manusia. ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, namun sebaliknya, agama tanpa ilmu pengetahuan tentu akan menjadi tidak bijaksana, sebagaimana seruan agar umat tidak boleh diam pada keadaan taklid jahil semata. Sebab Taklid hanya menghasilkan zhan (prasangka) semata, dan Allah telah melarang untuk mengikuti prasangka. Allah ta’alla berfirman,
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al-An’am: 116).
#Andisalim #jkwguard
#Toleransiindonesia
Mari kita suarakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar