17/11/2022
GELOMBANG HIDUP TERKADANG MENGGUNCANGKAN SIKAP NASIONALISME
Penulis : Andi Salim
Memiliki prinsip berarti punya pedoman atau pegangan untuk memandang kehidupan, lalu berprilaku sesuai pedoman tersebut. Seseorang yang berpegang pada suatu prinsip, cenderung lebih semangat menjalani hidup, berani dan tahan banting. Langkahnya pun lebih terarah, karena prinsip itu menuntunnya ke sebuah tujuan, yang secara pasti diyakininya sebagai sebuah kebenaran.
Memang ada banyak peluang yang tersedia, namun kecermatan dan kecerdasan saja tidaklah cukup untuk menjadikan modal bagi pengentasan masalah hidup yang dihadapi saat ini, apalagi dijaman yang multi kompleks sekarang ini, dibutuhkan daya rangkul dan pemanfaatan waktu dan kesempatan untuk menerobosnya. Kebijakan pemerintah yang seyogyanya menyediakan distribusi kesempatan baik tersedianya lapangan pekerjaan atau Wira usaha pun tidak serta Merta menjadikan urusan dan persoalan ini selesai begitu saja.
Kehadiran para pejabat yang berwenang dan begitu banyak kelembagaan yang hampir tumpang tindih pada setiap lini pun seakan hanya berbagi bangku kekuasaan dan melebarnya sayap kesempatan bagi mereka untuk duduk diatas sana, seharusnya para politikus yang duduk pada legislatif ini cenderung melakukan kritik yang pedas dan tidak boleh tutup mata, serta mereka diharapkan tegas dalam menggunakan amanah kekuasaannya untuk melakukan tekanan terhadap bergulirnya suatu kebijakan.
Himpitan hidup yang dialami masyarakat yang dirasakan oleh setiap individu untuk menghidupi keluarganya bukanlah hal yang semudah membalikkan telapak tangan, keadaan yang dirasakan saat ini pastinya meninggalkan jejak yang keras dan menciptakan keteguhan tersendiri pada gelombang hidup yang dijalani dari ketangguhan siapapun yang menapakinya.
Memang tidak dapat dipungkiri hidup terkadang datang dengan sajian yang berbeda pada setiap orang, dan perjalanannya pun tidak akan sama antara satu dengan lainnya, hal itu semata-mata karena faktor ujian bagi kelulusan setiap orang yang diuji oleh penciptanya juga berbeda-beda pula, sehingga kwalitas manusia yang satu dengan yang lainnya tentu akan berbeda pula, baik dalam prinsip maupun pandangan mengenai cara menilai hidup itu sendiri.
Jika kita mengukur pada derajat seperti ini, tentu kita akan menggunakan skala antara Tuhan dengan mahluk yang diciptakannya, lalu peran apa yang menjadi jembatan hubungan tersebut sehingga kita memahami sejauh mana kita akan memposisikan diri selayaknya kita memiliki tuhan yang maha kuasa, namun berbeda lagi jika kita menggunakan skala lain terhadap masyarakat dan penguasanya, seperti hubungan antara pemerintah daerah dengan rakyatnya.
Maka sudah barang tentu kita akan bertanya mengenai hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, didalam hal itu terdapat konsekwensi yang tidak boleh saling mengabaikan dan bertolak belakang antara siapa yang dipimpin dan siapa yang memimpin. Kesatuan pandang dan kesamaan tujuan walau dari sisi peran yang berbeda adalah merupakan hal yang logis dan harus dipahami secara bersama.
Tujuan dari skala itu tak lain adalah menciptakan kesejahteraan bagi warga masyarakatnya melalui keterpemimpinan yang dirancang secara umum. Jangan sampai malah ketidakmapanan dan kemiskinan rakyat justru menjadi permainan dalam instrumen politik bahwa rakyat pada akhirnya menjadi korban dari politik serangan fajar yang tak pernah berkesudahan dan menjadi iming-iming untuk larut pada partisipasi pemilihan kepala daerah bagi sistem demokrasi yang miskin gagasan itu.
Sebab jika hal seperti ini terus terjadi, maka sikap nasionalisme dan sistem demokrasi yang ideal tidak akan pernah muncul sebagai strata kekuasaan yang semestinya, bahwa rakyatlah yang menentukan segalanya, sebagaimana semboyan yang didengungkan sejak dahulu kala, bahwa demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Memiliki prinsip berarti punya pedoman atau pegangan untuk memandang kehidupan, lalu berprilaku sesuai pedoman tersebut. Seseorang yang berpegang pada suatu prinsip, cenderung lebih semangat menjalani hidup, berani dan tahan banting. Langkahnya pun lebih terarah, karena prinsip itu menuntunnya ke sebuah tujuan, yang secara pasti diyakininya sebagai sebuah kebenaran.
Memang ada banyak peluang yang tersedia, namun kecermatan dan kecerdasan saja tidaklah cukup untuk menjadikan modal bagi pengentasan masalah hidup yang dihadapi saat ini, apalagi dijaman yang multi kompleks sekarang ini, dibutuhkan daya rangkul dan pemanfaatan waktu dan kesempatan untuk menerobosnya. Kebijakan pemerintah yang seyogyanya menyediakan distribusi kesempatan baik tersedianya lapangan pekerjaan atau Wira usaha pun tidak serta Merta menjadikan urusan dan persoalan ini selesai begitu saja.
Kehadiran para pejabat yang berwenang dan begitu banyak kelembagaan yang hampir tumpang tindih pada setiap lini pun seakan hanya berbagi bangku kekuasaan dan melebarnya sayap kesempatan bagi mereka untuk duduk diatas sana, seharusnya para politikus yang duduk pada legislatif ini cenderung melakukan kritik yang pedas dan tidak boleh tutup mata, serta mereka diharapkan tegas dalam menggunakan amanah kekuasaannya untuk melakukan tekanan terhadap bergulirnya suatu kebijakan.
Himpitan hidup yang dialami masyarakat yang dirasakan oleh setiap individu untuk menghidupi keluarganya bukanlah hal yang semudah membalikkan telapak tangan, keadaan yang dirasakan saat ini pastinya meninggalkan jejak yang keras dan menciptakan keteguhan tersendiri pada gelombang hidup yang dijalani dari ketangguhan siapapun yang menapakinya.
Memang tidak dapat dipungkiri hidup terkadang datang dengan sajian yang berbeda pada setiap orang, dan perjalanannya pun tidak akan sama antara satu dengan lainnya, hal itu semata-mata karena faktor ujian bagi kelulusan setiap orang yang diuji oleh penciptanya juga berbeda-beda pula, sehingga kwalitas manusia yang satu dengan yang lainnya tentu akan berbeda pula, baik dalam prinsip maupun pandangan mengenai cara menilai hidup itu sendiri.
Jika kita mengukur pada derajat seperti ini, tentu kita akan menggunakan skala antara Tuhan dengan mahluk yang diciptakannya, lalu peran apa yang menjadi jembatan hubungan tersebut sehingga kita memahami sejauh mana kita akan memposisikan diri selayaknya kita memiliki tuhan yang maha kuasa, namun berbeda lagi jika kita menggunakan skala lain terhadap masyarakat dan penguasanya, seperti hubungan antara pemerintah daerah dengan rakyatnya.
Maka sudah barang tentu kita akan bertanya mengenai hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, didalam hal itu terdapat konsekwensi yang tidak boleh saling mengabaikan dan bertolak belakang antara siapa yang dipimpin dan siapa yang memimpin. Kesatuan pandang dan kesamaan tujuan walau dari sisi peran yang berbeda adalah merupakan hal yang logis dan harus dipahami secara bersama.
Tujuan dari skala itu tak lain adalah menciptakan kesejahteraan bagi warga masyarakatnya melalui keterpemimpinan yang dirancang secara umum. Jangan sampai malah ketidakmapanan dan kemiskinan rakyat justru menjadi permainan dalam instrumen politik bahwa rakyat pada akhirnya menjadi korban dari politik serangan fajar yang tak pernah berkesudahan dan menjadi iming-iming untuk larut pada partisipasi pemilihan kepala daerah bagi sistem demokrasi yang miskin gagasan itu.
Sebab jika hal seperti ini terus terjadi, maka sikap nasionalisme dan sistem demokrasi yang ideal tidak akan pernah muncul sebagai strata kekuasaan yang semestinya, bahwa rakyatlah yang menentukan segalanya, sebagaimana semboyan yang didengungkan sejak dahulu kala, bahwa demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar