Selasa, 10 Januari 2023

JANGAN MENILAI SESEORANG HANYA DARI TAMPAK LUARNYA


Penulis : Andi Salim

Jika kita sering membicarakan amanah, maka kata amanah dalam Islam sesungguhnya menyangkut banyak hal, termasuk di dalamnya adalah mengemban kesepakatan yang baik / ma'ruf dalam berbagai hal, termasuk kepada kedudukan dan jabatan. Dimana statusnya merupakan keadaan yang secara lahir dan batin harus siap untuk dijaga serta menjaganya demi sikap percaya yang diembannya baik terhadap orang lain, umat atau pun rakyat. Sebab semua jabatan akan ditanyakan dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT yang akan menilai secara keseluruhan dari apa yang diperbuat selama kepercayaan dan amanah itu dipegang olehnya.

Demikian pula amanah pada harta dan kekayaan, mereka pun akan menuntut pertanggungjawaban dan kepatutan dalam penggunaannya, sebab keberadaan harta kekayaan itu semestinya bernilai barokah, jangan sampai kekayaan itu bagaikan tumpukan lemak didalam tubuh seseorang yang sebenarnya menjadi sarang penyakit Sebagai akibat over consumption atas apa yang semestinya dinilai cukup guna mencukupi kebutuhan diri sendiri. Menikmati harta boleh saja dalam takaran sewajarnya, namun tetap seseorang harus memperhatikan keperluan dan kebutuhannya sebab masih terdapat kewajiban lain dibalik harta kekayaan tersebut

Mereka yang mencintai harta dan jabatan itu sesungguhnya akan dijauhkan dari pergaulan dan sikap sosialnya, sebab tak jarang mereka yang memiliki harta akan khawatir dirugikan oleh orang lain, kecuali hanya akan menukarkannya pada kepentingan untuk menambahkannya dari apa yang telah didapat sebelumnya. Amanah harta dan jabatan acapkali menarik seseorang untuk memiliki sifat tamak dan serakah serta menghantui siapapun yang gemar menghitung-hitung dari apa yang telah diperolehnya. Kemudian setelahnya, mereka disibukkan dengan memagarinya guna memperoleh rasa aman agar tidak terusik oleh siapapun yang akan merugikannya.

Setiap orang memang terlahir dengan banyak kekurangan-kekurangan dan menjadi tidak sempurna, namun ketidaksempurnaan itu semakin menambahkan beban kedalam kemampuan diri seseorang yang terbatas dan sempit, kegemaran akan harta dan jabatan justru akan menyebabkan siapapun terjebak pada siklus kelemahan dan penghambaan dirinya untuk menjadi keliru dalam mengemban kepercayaan dari suatu amanah yang diterimanya. Apalagi jika pemanfaatannya menjadi tidak proporsional dari takaran yang semestinya. Sikap itu cenderung akan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dari pada kepentingan orang lain yang semestinya didahulukan, oleh karena sifat tamak dan serakah yang lebih dahulu menghantuinya.

Sebaiknya seseorang menilai dan mengukur kapasitas kemampuan dirinya untuk menjadi penampang serta menampung berbagai aspek dalam mengemban suatu amanah, apalagi jika hal itu terkait dengan jabatan publik. Sebab jika tidak, maka suatu ketika setelah kematian seseorang, dirinya akan ditanyakan tentang kemana dan bagaimana akhir dari cerita amanah atas harta dan jabatan yang diterimanya. Tulisan ini sungguh hanya sebagai upaya introspeksi diri saja, layaknya melakukan suatu evaluasi agar lebih teliti dalam menjalani hidup ditengah hiruk pikuk dunia yang semakin menggiurkan dari caranya yang mudah untuk memperdaya untuk melalaikan kita semua.

Walau diri seseorang telah dipersiapkan dan dibina sedemikian rupa, melalui berbagai macam pendidikan dan wejangan dari pihak-pihak yang mempersiapkannya. Dimulai sejak asuhan dari kedua orang tuanya di rumah, maupun di sekolah dengan berbagai jenjang yang diterimanya, bahkan mendapat pengetahuan umum atau yang berkaitan dengan sains sekalipun, rasanya hal itu masih kurang cukup dalam mengarahkan generasi muda kita guna memiliki karakter yang baik untuk memimpin bangsa ini kedepan. Sebab nilai-nilai kebaikan dan keberpihakkan terhadap kebenaran merupakan persoalan prinsip tersendiri yang tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang sekalipun dirinya telah menyelesaikan pendidikan tinggi.

Pentingnya kejujuran dan amanah untuk dipertahankan adalah salah satu karakter yang harus dimiliki seorang pejabat negara, hal itu tercermin dalam pancasila yang begitu banyak menyiratkan nilai Kemanusiaan, tidak saja seseorang harus memiliki sosok yang berketuhanan, namun harus pula menjadi sosok yang Adil dan Beradab sebagaimana tercantum yang tertuang didalamnya. Kejujuran dan amanah merupakan nilai moral yang ditampakkan dalam prilaku seseorang. Sifat itu adalah dasar dari segala sifat yang terpuji lainnya. Karakter jujur dan amanah sangatlah penting dan harus dimiliki oleh semua generasi muda Indonesia agar di masa yang akan datang tercipta generasi-generasi dengan kualitas moral terbaik guna menduduki suprastruktur pemerintahan yang nanti dipegang oleh generasi semacam ini.

Bagaimana pun, kejujuran dan amanah bukanlah sesuatu yang bisa didapat oleh semua orang dengan mudah dan murah. Apalagi menggunakan metode pendekatan dari konsep Naturalisasi sebagaimana ocehan dari seorang Gubernur yang dinilai gagal dan wacana Restorasi yang sering dipanggungkan oleh para pemimpi yang sering tidur di siang bolong. Bahwa kejujuran dan amanah itu membutuhkan pemikiran yang luas, kemauan yang tinggi, upaya yang berat, dari waktu yang lama, serta dengan cara yang berliku pula. Kejujuran dan Amanah adalah salah satu sifat wajib yang dimiliki para nabi dan rasul. makna kata amanah adalah sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan dari orang lain kepada orang tertentu. Namun amanah itu bukan malah bertujuan mengkhianati mereka atau malah menipunya.

#Toleransiindonesia #Andisalim #jkwguard
Mari kita suarakan💪


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...