Selasa, 10 Januari 2023

JIHAD ITU MENEGAKKAN AGAMA ALLAH BUKAN MEMPERJUANGKAN KEKUASAAN


Penulis : Andi Salim

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Sistem pemerintahannya diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Demokrasi tercermin dari terselenggarakannya pemilihan umum (pemilu). Indonesia sudah menyelenggaran pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Pelaksanaan sistem demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.

Sering terjadi pesta demokrasi dalam sebuah pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah atau presiden di suatu negara yang menganut sistem demokrasi, puncak momentumnya adalah adanya kesempatan memilih dan menentukan nasib bangsa dimana hak pilih yang diberikan kepada warga negara tersebut untuk ikut menentukan arahnya. Maka memilih yang dianggap rakyat terbaik tentu akan duduk sebagai pihak yang berkuasa menentukan nasibnya pada putaran demokrasi yang disediakan oleh konstitusi negaranya.

Namun sulitnya memperoleh dukungan dari masyarakat, membuat strategy dan cara yang digunakan oleh pihak-pihak yang ikut dalam kompetisi demokrasi itu harus memutar otak, agar rakyat mau ikut mendukung dan mengusungnya. Padahal dalam beberapa kesempatan KH Abdurrahman Wahid telah berjuang agar agama tetap sakral dan menjadi kekuatan spiritual dan tidak diseret para elit yang berkuasa untuk masuk ke dalam ruang-ruang politik. Tujuannya agar agama tetap sebagai sesuatu yang tidak terpengaruh atau dipengaruhi politik dan tetap sebagai kekuatan yang menerangi hidup masyarakat. Maka, agama itu jangan dibawa ke dalam ruang permainan sangat kotor dan penuh dengan intrik tersebut.

Jika institusi atau organisasi keagamaan tidak dapat diseret kearah itu, bukan berarti perjuangan para politikus yang ingin menyeret agama itu berhenti, maka upayanya kini diarahkan kepada bagaimana agar umatnya diyakini bahwa aspirasi politik yang mereka usung dapat terus didorong dengan cara lain, maka hasilnya kini kita dapati bahwa mendukung politik berbasis keagamaan kini seakan muncul sebagai kekuatan yang besar bahkan menjadi perlawanan untuk mendongkrak citra kekuasaan pemerintah yang dianggapnya toghut dan kafir. Tentu saja ini bukan sikap nasionalisme yang baik.

Tujuan JIHAD yang sebenarnya memperjuangkan agama Allah SWT, kini berubah kepada haluan untuk merebut kekuasaan dan tujuan merebut ekonomi serta berupaya mengganti ideology Pancasila pun semakin nampak kepermukaan. Namun masyarakat kita yang belum melek demokrasi dan kuat pada sikap nasionalismenya, begitu mudah terkelabui mana perjuangan agama dan mana memperjuangkan negaranya. Sehingga dengan mudahnya berfikir bahwa demi agama negara pun akan dikorbankan, padahal agama akan sulit berkembang jika negaranya terguncang akibat berperang sebagaimana negara di timur tengah saat ini.

Apalagi Serangan yang terjadi pada 12 Oktober 2012 ini tercatat menjadi aksi bom bunuh diri pertama di Indonesia. Dimana pelakunya dari masih berusia sangat muda. Tentu hal ini mengkonfirmasi bahwa segmen milenial kita sudah masuk kedalam target mereka untuk dilakukan upaya Brain wash agar ini menjadi peringatan bagi kita semua, bahwa doktrin dan propaganda untuk menyebarkan paham radikalisme dan terorisme tidak sulit dan malah diminati oleh generasi muda yang memang tidak memiliki pondasi ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang kuat, sehingga kadar pemahaman Nasionalismenya tentu rendah pula.

Jangan sampai lemahnya penegakan dan tidak berjalannya pola deradikalisasi dianggap masyarakat malah menjadi seperti pembiaran dan kalah dalam menangkis lajunya pergerakan mereka. Sehingga surutnya pilihan sikap Nasionalisme dan rasa kebangsaan ini oleh karena tidak adanya materi pendidikan Pancasila dan PSPB yang dulu pernah ada disekolah sehingga mereka malah dijejali bagaikan kursus atau ekstra kurikuler untuk mendapat pengetahuan mengenai radikalisme dan terorisme yang diyakini mereka dari pola Brain Wash itu untuk mencapai surga diakhirat kelak.

Kita harus melakukan teguran keras kepada pihak yang sengaja atau tidak, dari mereka yang selalu menyeret agama kedalam pusaran politik kekuasaan sehingga tarikan itu mengguncang keseimbangan antara nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan. Mereka acapkali secara diam-diam mengajak masyarakat untuk keluar dari ruang agama menuju pada jihad demi memperebutkan jabatan dan harta yang melekat sebagai kecintaan umat kepada dunia hingga mengarahkannya kepada kekuasaan pemerintah, padahal ajakan tersebut sering dianggap melalaikan keimanan seseorang dari konsentrasinya menuju akhirat.

#Toleransiindonesia
Mari kita suarakan💪



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...