Senin, 16 Januari 2023

KEBENARAN ITU MERUPAKAN NILAI YANG DI KOLEKTIF OLEH INDIVIDU UNTUK DIPANCARKAN KEPADA MASYARAKAT


22/11/2022


KEBENARAN ITU MERUPAKAN NILAI YANG DI KOLEKTIF OLEH INDIVIDU UNTUK DIPANCARKAN KEPADA MASYARAKAT
Penulis : Andi Salim

Dualisme nilai adalah sisi keadaan, apakah dilihat pada faktor benar atau salah, baik atau buruk, itu adalah sesuatu yang bersifat keniscayaan bagi akal pikiran manusia. Walau pengertian Dualisme sebenarnya merupakan paham atau ajaran yang mempercayai bahwa alam ini terbagi menjadi dua bagian hakekat yakni hakekat rohani dan hakekat materi. Tanpa ada dualisme yang saling berhadapan dari konsep nilai itu, maka akal pikiran manusia tidak akan pernah dapat bekerja dan berfikir secara objektif sebagai landasan dari tindakan atau perbuatannya guna menyikapi beragam permasalah yang perlu diresponnya.

Kebenaran sebagai sebuah konsep yang paling mendasar dalam sejarah kehidupan manusia diperoleh sejak awal mulanya dari pengertian terhadap adanya persepsi nilai benar dan salah, baik dan buruk, akan tetapi dalam kenyataannya walau tiap manusia sama sama dikaruniai akal dan pikiran, hal itu tidak menjadi serta merta membawa manusia untuk meyakini bentuk persepsi kebenaran yang sama terhadap cara menilai sesuatu, hal itu dikarenakan tiap orang memegang parameter atau cara mengukur persoalan yang berbeda beda dalam menentukan nilai yang dialaminya.

Memang harus diakui bahwa tanpa adanya parameter ukuran kebenaran itu, maka manusia tidak akan bisa menetapkan atau memastikan dari apa yang dianggapnya benar dan mana yang salah. Sehingga kedudukan kebenaran tidak akan bersifat absolut, pasti dan hakiki. Oleh karenanya, sifat dan kualitas kebenaran itu semakin menjadi samar dan mengalami pergeseran secara terus menerus yang disesuaikan dengan kondisi serta sosial budaya yang terus berkembang. Seperti halnya terhadap peranan wanita, jika dahulu istri masih terkekang untuk senantiasa beraktifitas disekitar rumahnya, maka seiring berkembangnya jaman hal itu menjadi kelaziman baru.

Pendidikan pada umumnya atau ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk menemukan, mencari dan melakukan pengembangan, menjelaskan kedudukan suatu persoalan, atau bahkan menyampaikan nilai-nilai kebenaran sebagai sebuah upaya dari peningkatan kualitas kebenaran. Semua pihak yang berhasrat untuk menggunakan sekaligus mencintai kebenaran, akan menyesuaikan diri pada nilai kebenaran itu sendiri. Oleh karenanya kebenaran itu merupakan berkedudukan sebagai suatu nilai utama di dalam kehidupan sosial manusia.

Jika seseorang memahami kebenaran, maka tentu dirinya akan berpijak dengan ketentuan semacam itu, sehingga tindakan dan ucapannya menjadi cermin bahwa apa yang dilakukan berlandaskan nilai dari persepsi kebenaran yang diyakininya. Sebab tanpa melakukan perbuatan yang benar, manusia akan mengalami pertentangan batin, yang menjadi konflik psikologis bagi dirinya sendiri. Walau diketahui bahwa nilai kebenaran itu menjadi bertingkat-tingkatnya bahkan tingkatan hirarki Kebenaran yang satu bisa saja di bawah kebenaran yang lain, atau tingkatan kualitasnya menjadi relatif.

Maka boleh jadi ada yang berpendapat bahwa tingkat kebenaran itu, ada yang disebut sebagai kebenaran mutlak (absolut), atau ada pula yang bersifat alamiah, serta kebenaran ilahiah sebagai kebenaran yang Hakiki. Lalu terdapat pula kebenaran khusus yang bersifat individual oleh karena faktor situasional, dan ada pula kebenaran bersifat umum atau universal. Maka dengan pengetahuannya, manusia mampu menunjukkan tingkatan dalam hal menangkap pemahaman kebenaran disetiap tingkat pengetahuan yang berbeda.

Namun yang pasti, dengan berpijak pada kebenaran, maka seseorang akan mampu menilai serta menyandingkan keadaan orang lain, serta memancarkan sikap kebaikan dan bertoleransi antara individu manusia dengan manusia lainnya serta menempuh jalan kedamaian sebagai sesuatu hal yang diperoleh dalam berbagai aspek kehidupan, walau masih sering dijumpai persoalan yang ditimbulkan oleh ujaran kebencian yang saat ini mengemuka berujung sebagai konflik perpecahan dengan berbagai macam dampaknya.

Kebenaran memang terdiri dari kesesuaian pikiran dengan kenyataan. Namun banyak orang yang sengaja menyesatkan dirinya sendiri dengan mengingkari kebenaran yang ada didalam pikirannya. Sehingga walau dirinya paham tentang makna kebenaran itu, akan tetapi mereka cenderung menghindari kebenaran dengan menampilkan sisi pembenaran pada setiap tindakannya. Sehingga, kebenaran yang semestinya menciptakan daya untuk menyeragamkan prilaku positif sebagai kolektifitas kebaikan manusia, kini berubah menjadi persepsi pribadi-pribadi yang menyesatkan.

Termasuk kepada pemahaman agama yang menjadi inti dari kebenaran yang bersumber dari kebenaran yang absolut. Tidak heran jika ada pihak yang sengaja membawa masyarakat kedalam nuansa semu dan irasional dari fitrah mereka untuk menggunakan pikirannya dengan landasan yang objektif atas kemampuan akalnya guna mendapati tiap-tiap kebenaran itu dapat diwujudkan. Sehingga cara beragama seseorang semakin menutup kemampuan akal dan pikirannya untuk selalu tunduk pada penemuan pembenaran semu dari mereka yang sengaja menyesatkan.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...