KEMANA PILIHAN MASYARAKAT TERHADAP IDEOLOGI NEGARANYA
Penulis : Andi Salim
IDEOLOGI adalah bagian yang membentuk pikiran, tindakan, dan interaksi masyarakat. Tiap-tiap negara dapat saja memiliki ideologi yang berbeda. Ideologi merupakan bagian yang bisa menjelaskan posisi negara terhadap dunia termasuk berakselerasi dalam mengubah tatanannya. Fungsi ideologi sebagai pegangan rakyat yang mempengaruhi kehidupan seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta mengamalkan ideologi tersebut kedalam pola dan tingkah laku yang sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalam kehidupan masyarakat. Maka, jika suatu negara tidak miliki ideologi, maka bisa dipastikan bahwa bangsa tersebut tentu akan rapuh yang secara perlahan-lahan akan hancur serta terombang-ambing oleh pengaruh lain.
Oleh karenanya ideologi merupakan suatu pandangan dan falsafah hidup dari suatu bangsa sekaligus menjadi landasan serta tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Hadirnya Pancasila sebagai sebuah ideologi negara dan bangsa Indonesia, tentu saja dari gagasannya yang bersifat universal dan terbuka. Terkonsepnya sila-sila dari Pancasila tersebut sengaja dirumuskan dari kebutuhannya hingga jangka waktu yang tidak terbatas, dimana ideologi Pancasila itu tidak boleh dirubah-rubah untuk disesuaikan pada kondisi saat ini atau diwaktu yang akan datang, dikarenakan Pancasila adalah hasil dari penggalian yang terkandung dari nilai-nilai bangsa Indonesia yang sejak dahulu kala telah tercipta. Pancasila akan terus berlaku selagi bangsa Indonesia masih menyepakatinya.
Ideologi Transnasional merupakan ideologi asing yang menyebar di banyak negara sebagai akibat persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi terhadap pembatasan hubungan antar negara sehingga berupaya mengaburkan keaslian nilai-nilai budaya suatu bangsa, sebab dari penyebaran fahamnya, mereka dapat berkembang khususnya pada era digitalisasi saat ini untuk menindih, menggeser, serta menggantikan ideologi Pancasila kedalam aspek keyakinan individu yang yang berasal dari pengembangan konsep beragama sebagaimana ideologi Khilafah yang dibawa oleh kelompok HTI yang di anggap sebagai tatanan konstitusi baru bagi kedaulatan Indonesia. Akan tetapi, konsep Khilafah ini sebenarnya sudah banyak ditolak dibeberapa negara islam didunia sebagai akibat kegagalan mereka, termasuk dimana konsep ideologi agama ini berasal.
Bahkan dalam berbagai kesempatan, sebagaimana penjelasan dari sdr Islah Bahrawi yang menyebutkan bahwa sistem khilafah tersebut sudah Tumbang di Turki sejak tahun 1924 lewat Sultan Abdul Majid ke 2, Karena itulah saat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang menggunakan sistem khilafah ini dan menjadi tidak heran jika mereka memanfaatkan sistem demokrasi Indonesia yang terbuka, untuk menyusup kedalam kekuasaan yang selanjutnya mereka disinyalir membangun porosnya melalui perkawinan kepentingan yang salah satu melalui partai islam agar ikut merubah aturan konstitusi negara sekaligus menciptakan kerancuan undang-undang agar memberikan pemahaman multitafsir hingga pada akhirnya UUD45 tidak lagi tegak sebagai pilar penjaga nilai-nilai keadilan dalam tatanan bernegara.
Pada sisi lain, kelompok Wahabi pun termasuk bagian yang menjadi ancaman bagi bangsa ini, terusirnya kaum wahabi dari tanah Arab bukan tanpa alasan, perpisahan mereka dengan keturunan Muhammad bin Saud pun harus dicermati bahwa mereka hengkang tentu tidak dengan tangan hampa. Mengingat jasa Muhammad bin Abdul Wahab selaku tokoh wahabi yang ikut berjuang bagi tegaknya Kerajaan Arab Saudi, dimana dalam sejarahnya, Kerajaan Saudi Arabia mengalami tiga fase dalam pembentukannya, Fase pertamatahun 1744-1818 M. Fase kedua tahun 1823-1891 M, dan Fase ketiga tahun 1902-1932 M. Dimana pasca berdirinya kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1744 keduanya membuat perjanjian untuk saling mendukung. Keturunan Muhammad bin Saud akhirnya memimpin Kerajaan Arab Saudi dan menyokong dana bagi penyebaran paham Wahabi disana.
Secara umum, tokoh utama ulama Wahabi/Salafi adalah ulama yang berdomisili di Arab Saudi dan menduduki posisi jabatan resmi tertentu di Kerajaan atau di universitas-universitas Arab Saudi seperti Ummul Qura, Universitas Islam Madinah, Universitas Ibnu Saud, dan lain sebagainya. Oleh karenanya menjadi wajar jika mereka mampu menyerap mahasiswa dan menduduki kampus-kampus serta masjid-masjid, termasuk kegiatan pengajian dan membentuk kelompok-kelompok disetiap sentra pergaulan masyarakat. Sebab selain berpengalaman, mereka pun paham, bahwa masyarakat Indonesia yang terbuka menjadi kunci keberhasilan dalam menyusupkan fahamnya kepada generasi muda dan dari suburnya sikap fanatisme muslim Indonesia. Apalagi sikap pemerintah melalui aparat hukumnya yang acapkali terlihat gamang dalam bertindak, hingga membiarkan kelompok ini bergerak sesuka hatinya.
Perbedaan HTI dengan Wahabi menjadi samar, sehingga masyarakat cenderung menyamakan antara gerakan HTI dengan gerakan Wahabi dikarenakan tidak mendalami tentang kedua-duanya. Namun kedua kelompok ini disalahpahami dan dibenci serta dimusuhi termasuk dijauhi oleh masyarakat dan umat islam khususnya mereka yang berdiri pada faham Aswaja ( Ahlus Sunnah Wal Jamaah ), yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dimana pernyataan tegas itu penulis ambil dalam beberapa tulisan tentang Muhammadiyah diantaranya DR. Aribyah Lubis menyatakan bahwa Muhammadiyah termasuk faham Ahlus Sunnah Wal Jamaah, berarti kelompok yang berupaya mengikuti dan menegakkan sunnah Nabi dan sahabatnya secara murni dengan mengacu kepada Al-Qur'an dan Sunnah. Tentu saja kedua organisasi ini menjadi pilar perlawanan gempuran ideologi asing yang masuk ke Indonesia.
Penolakan ideologi khilafah di Indonesia lebih disebabkan oleh sifat kebhinekaan bangsa Indonesia yang pluralis, artinya secara luas, konsep pluralisme diterima dapat diterima sebagai paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing. Konsep ideologi khilafah yang tidak memenuhi harapan masyarakat termasuk dibeberapa negara di dunia, bahkan dari asal negara dimana konsep ini dilahirkan pun telah mengusir keberadaan mereka secara tegas pula. Fakta ini tentu berdampak pada pilihan masyarakat Indonesia, apakah menginginkan ideologi Khilafah, atau tetap pada ideologi Pancasila yang teruji mempersatukan perbedaan ditengah kebhinekaan golongan, suku, budaya bahkan agama sekalipun. Dari rangkaian cerita diatas, apakah tidak sepatutnya ideologi Pancasila ini yang kita pertahankan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
ini blog khusus untuk tulisan-tulisan dari Bapak Andi Salim, seorang tokoh toleransi di wilayah Gunung Sindur Rawa Kalong Bogor, sangat bagus untuk bacaan-bacaan opini dari beliau
Rabu, 18 Januari 2023
KEMANA PILIHAN MASYARAKAT TERHADAP IDEOLOGI NEGARANYA
19/10/2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...
-
15/10/2022 BENTURAN KEPENTINGAN MENCIPTAKAN PERBEDAAN Penulis : Andi Salim Siapa yang tidak ingin sama dalam segala hal, terutama bagi pasa...
-
13/08/2022 INDONESIA DITENGAH PUSARAN KRISIS GLOBAL YANG MENGHANTUI DUNIA Penulis : Andi Salim Jika ingin menguasai suatu negara, cara yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar