MASYARAKAT YANG SIBUK MENGIDOLAKAN PEJABAT DISEBABKAN TIDAK MAMPU KRITIS TERHADAP PERSOALAN BANGSA
Penulis : Andi Salim
Dalam pengertiannya, terdapat 3 jenis katagori lembaga negara jika dilihat berdasarkan fungsinya. Pertama, Lembaga Negara yang menjalankan fungsi negara secara langsung atau bertindak untuk dan atas nama negara, seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, Kehakiman. Dimana lembaga ini disebut sebagai alat kelengkapan negara. Kedua, Lembaga Negara yang menjalankan fungsi administrasi negara dan tidak bertindak untuk dan atas nama negara. Artinya, lembaga ini hanya menjalankan tugas administratif yang tidak bersifat ketatanegaraan. Lembaga yang menjalankan fungsi ini disebut sebagai lembaga administratif. Ketiga, Lembaga Negara penunjang atau badan penunjang yang berfungsi untuk menunjang fungsi alat kelengkapan negara. Lembaga ini disebut sebagai auxiliary organ/agency.
Berdasarkan kategorisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pejabat negara adalah pejabat dimana lingkungan kerjanya berada pada lembaga negara yang merupakan alat kelengkapan negara sebagai lembaga negara pendukung. Seperti halnya pejabat Negara yang terdiri dari anggota DPR, Presiden, dan Hakim. Pejabat-pejabat tersebut menjalankan fungsinya untuk dan atas nama negara. Sedangkan pejabat pemerintahan adalah pejabat yang lingkungan kerjanya berada pada lembaga yang menjalankan fungsi administratif belaka atau lazim disebut sebagai pejabat administrasi negara seperti menteri-menteri sebagai pembantu Presiden, beserta aparatur pemerintahan lainnya di lingkungan eksekutif. Faktor inilah yang semestinya dipahami oleh masyarakat umum.
Banyak dari masyarakat yang mengidolakan sosok seorang pejabat negara, terlebih kepada mereka yang duduk sebagaimana Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota. Sebab tokoh-tokoh ini dipilih oleh para konstituennya untuk menduduki jabatan yang mereka pilih secara langsung demi memenangkan Pilpres dan Pilkada disetiap pemilihan yang berlangsung. Dalam momentum kampanyenya saja, para pendukungnya tentu saja menyuarakan hal-hal yang baik tentang dirinya. Terlepas apakah hal itu telah dilakukan atau pun belum menjadi prestasinya. Seperti kata yang sering muncul pada berbagai baliho seorang calon, sematan kata Profesional, Jujur, Cerdas dan lainnya, seakan-akan sudah barang tentu menjadi penguasaan seorang calon.
Pujian dan kata-kata sanjungan itu begitu mudahnya disematkan kepada orang yang belum teruji kebenarannya, apalagi bagi mereka yang belum pernah menduduki jabatan yang ingin diperebutkannya. Bahkan kata-kata itu sengaja disebarkan secara luas agar masyarakat mempercayai hal itu untuk menetapkan orang tersebut agar dipilih sekaligus bisa memenangkan perebutan kursi jabatannya. Mereka yang menyebarluaskannya pun tidak saja dari kalangan awam, namun para akademisi yang dikenal sebagai kalangan intelek tak terkecualikan untuk turut menghembuskan suara yang sama. Hal yang melatar belakangi itu tak lain adalah persoalan distribusi kekuasaan dan ekonomi tentunya. Kalau sudah demikian tentu semuanya akan terlihat sama rata.
Jika sudah demikian, maka tak heran kalau pejabat negara tersebut banyak yang tidak berprestasi, tidak amanah, bahkan banyak diantaranya yang tertangkap tangan oleh KPK disebabkan pelanggaran UU dan ketentuan yang berlaku. Walau terdapat segelintir orang yang baik dan amanah, namun kata Profesional dan memiliki Kapabilitas dan Kapasitas masih menjadi mimpi indah bagi masyarakat kita. Bahkan pemberitaan Kompas.com tertanggal 10/9/2021 menyebutkan, berdasarkan catatan Komisi Pemberantasan Korupsi, jumlah pejabat negara yang hartanya mengalami kenaikan mencapai 70,3 persen. Hal ini tentu saja merupakan indikator ketidakjujuran seorang pejabat negara dimana perolehannya pun dirasakan janggal dan sangat aneh.
Memuji atau menyanjung seseorang memang perbuatan yang layak untuk disematkan kepada pihak-pihak yang nyata-nyata telah berbuat sebagaimana yang patut disampaikan. Namun jika belum terbukti bahkan sekedar untuk menaikkan elektabilitasnya, apalagi sosok tersebut tidak dikenal secara baik, tentu saja ini menjadi suatu persoalan. Sebab, jika seseorang berdiam diri atas suatu kejahatan atau disamakan dengan pembiaran bahkan dianggap menyetujui kejahatan itu sendiri, maka menyuarakan sesuatu yang tidak diketahui bahkan sekedar meneruskan ungkapan yang belum tentu kebenarannya, dapat dikatakan sebagai pembohong yang justru menyesatkan orang lain dan merugikan banyak pihak tentunya.
Oposisi yang saat ini tidak terwakili oleh partai politik, semestinya terbangun melalui pribadi-pribadi yang merasa berkepentingan terhadap kemajuan bangsa dan negara, sasaran kritik pun harus tertuju pada sisi-sisi yang dianggap masih lemah dan mengalami ketimpangan sosial serta ekonomi yang belum sepenuhnya merata. Sehingga masyarakat harus balance pada sikapnya dan memahami benar, kapan harus memuji dan kapan pula melakukan kritiknya yang tajam dan objektif. Meskipun seseorang berada pada posisi yang dekat dengan kekuasaan, namun tidak serta merta daya kritiknya hilang oleh karena sikap ewuh pakewuh dari hubungan komunikasi yang terjalin. Bahkan seharusnya mereka yang dekatlah yang mampu menyampaikan kritik untuk tidak sekedar menyampaikan pujian yang sesungguhnya menjerumuskan.
Kemampuan dan daya kritik itu memang diakui lebih sulit dari pada sekedar memuji dengan segala sanjungan yang dilontarkan seseorang. Namun bukan berarti kendala semacam itu terus-menerus dipasrahkan kepada mereka yang pantas melakukannya, upaya mengupgrade diri dan menguasai persoalan melalui berbagai informasi dan pemberitaan akan menjadi bekal dalam menguasai tentang apa saja yang terjadi ditengah masyarakat saat ini. Jika anda pandai memuji oleh karena hal itu diketahui melalui berbagai tulisan dan informasi yang beredar, maka hal yang sama pun semestinya bisa diketahui sebagai dasar dan landasan dalam menyampaikan kritik yang objektif serta mendorong kemajuan dari sisi manapun. Oleh karenanya, pujilah para pemimpin itu secara wajar dan kritik pulalah mereka secara sopan dan santun dalam penyampaiannya. Sebab negara ini membutuhkan mereka yang peduli untuk memajukannya, bukan untuk memecahbelah dan menjatuhkannya.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
ini blog khusus untuk tulisan-tulisan dari Bapak Andi Salim, seorang tokoh toleransi di wilayah Gunung Sindur Rawa Kalong Bogor, sangat bagus untuk bacaan-bacaan opini dari beliau
Sabtu, 21 Januari 2023
MASYARAKAT YANG SIBUK MENGIDOLAKAN PEJABAT DISEBABKAN TIDAK MAMPU KRITIS TERHADAP PERSOALAN BANGSA
10/09/2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...
-
15/10/2022 BENTURAN KEPENTINGAN MENCIPTAKAN PERBEDAAN Penulis : Andi Salim Siapa yang tidak ingin sama dalam segala hal, terutama bagi pasa...
-
13/08/2022 INDONESIA DITENGAH PUSARAN KRISIS GLOBAL YANG MENGHANTUI DUNIA Penulis : Andi Salim Jika ingin menguasai suatu negara, cara yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar