MENGENCANGKAN SABUK PERSATUAN DEMI INTEGRITAS NASIONALISME
6/12/2022
Penulis : Andi Salim
Sebagai suatu bangsa yang tergabung kedalam NKRI tentu banyak faktor yang menjadi kekuatan dari elemen kebangsaan yang dirasakan terdapat benang merah yang mengikat kepada nilai-nilai tersebut untuk terikat dan mengikatkan diri kedalam wadah persatuan yang kita miliki saat ini, namun terdapat juga beberapa kelemahan yang selama ini mengendap dan tidak tersentuh oleh keadaan dimana hal itu akan ditantang dari serangkaian waktu yang panjangnya paska semaraknya nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang bertahan sejak digaungkannya ikatan itu, khususnya pasca kemerdekaan yang telah kita raih dan pertahankan hingga saat ini.
Ujian demi ujian terus menginspirasi pemikiran masyarakat untuk dibawa kearah gerakan dan ideology yang mereka usung, serta menerpa dari berbagai pandangan untuk ditanamkan sebagai aksi pergerakan dari pihak-pihak yang mencoba memunculkan gagasan dan manancapkan kesamaan pandang agar ideology baru harus menimbulkan dampak pada harapan serta janji-janji baru ditengah masyarakatnya, tidak saja pada sisi ekonomi yang menjadikan kepentingan perut mereka agar terisi penuh, namun bagian lain yang tak kalah sama pentingnya adalah menyeret masyarakat agar lebih membangun spiritualnya yang terhubung kuat dengan sang maha pencipta supaya menjadi sisi yang mudah digerakkan oleh kelompok tersebut.
Entah keadaan ini menjadi bias atau kegamangan untuk menyelesaikan maraknya tunas-tunas baru, dimana sabuk persatuan dan integritas kebangsaan itu seakan terseret pada upaya untuk dilonggarkan demi masuknya paham baru, atau malah ingin digantikan dengan sabuk lain sebagai ikatan yang dinilai usang sehingga ideology negara pun digagas kepada nilai-nilai yang berbeda dan lebih tinggi dari sekedar harapan pada Pancasila sebagai ideology yang selama ini dipegang teguh dan teruji. Nilai-nilai baru itu sengaja dilandasi pada aspek spiritual hingga naiknya atmosfer konservatisme yang menyeruak ditengah masyarakat pun terseret pada keyakinan dan pahaman sepihak.
Selain agama, sebenarnya terdapat sabuk kebangsaan lain yang dapat dijadikan sisi pertahanan suatu bangsa, sebut saja kesenian, budaya dan bahasa yang secara kesukuan masih melekat ditengah masyarakat kita, hal ini tak kalah pentingnya untuk dipertahankan, sehingga masuknya pengaruh asing tidak serta merta menggusur nilai-nilai kebangsaan yang terikat pada akar budaya kita. Namun kita pun melihat dimana keadaan itu juga telah dirasuki oleh atribute atau simbol-simbol keyakinan tertentu yang sengaja dicampur dan bertujuan pada keseragaman dari sudut ideology asing agar menjauh dari kebhinekaan yang menjadi fakta bangsa ini. Hal ini semakin tak terelakkan bahwa pergeseran nilai itu telah terjadi.
Masyarakat pun seakan pasrah pada institusi atau lembaga yang dianggap membiarkan dan tidak memiliki ketegasan serta menunggu pengaduan dari masyarakat. Namun disisi lain masyarakat semakin terancam oleh banyaknya intimidasi dari kelompok tersebut yang muncul diberbagai daerah, terutama bagi mereka yang berusaha menaikkan sikap nasionalisme dan menuding kelompok ideology baru itu yang ingin melakukan sabotase terhadap kebangsaan kita semua. Langkah ini tentu lambat laun, bahkan tak lama lagi akan menyurutkan integritas masyarakat terhadap sikap nasionalisme yang baik demi mempertahankan NKRI dan kebhinekaan bagi kita semua.
Terjadinya polarisasi antara kepentingan perut yang mendesak dengan keimanan yang sepatutnya ditegakkan, mendatangkan inspirasi baru bagi kegiatan usaha yang berselimut agama, usaha mengais dan meraih keuntungan dari tarikan satu nafas ini marak disuarakan sebagai kendaraan baru bagi upaya penyebarluasan yang sering memakan korban tidak sedikit jika dilihat dari jumlah pesertanya yang tertipu. Alih-alih ingin memperoleh keuntungan, masyarakat justru dirugikan dan lagi-lagi bahwa persaudaraan seiman malah menjadi senjata pamungkas yang meredam keadaan semacam itu, malah kegiatan yang demikian terus bertumbuh dari pamor dan citra pengusungnya yang terlanjur di framing sebagai idola dan ketokohan dari kelompoknya.
Bangsa kita memang harus lebih terbuka dan berpijak pada prinsip-prinsip kemajuan yang menjadi target bagi terangkatnya kesejahteraan rakyat dan generasi muda nantinya. Untuk itu, gerakan pro perubahan harus dirumuskan agar tidak menjadi anomali dari pembiasan pada tujuannya, pembangunan pun harus disepakati oleh banyak pihak dari mereka yang menemukan, merasakan dan tertekan oleh masalah yang dihadapi bangsa ini. Oleh karenanya, kita perlu belajar lebih dalam terhadap situasi yang berkembang serta melakukan evaluasi menyeluruh yang selanjutnya mendapatkan kesepakatan untuk di implementasikan sebagai postur yang ideal.
Banyak orang bisa berfikir, berbicara dan melakukan sesuatu, namun apakah hal itu didasari pada nilai kajian yang komprehensif atau sekedar tujuan jangka pendek yang pragmatis semata, sebab memiliki kerangka jangka panjang yang sepatutnya diperjuangkan adalah bentuk kebaikan dan kearifan berfikir yang sesungguhnya mendatangkan kemaslahatan bagi semua golongan yang berpijak pada kebhinekaan dan toleransi yang tinggi pula. Kesadaran ini akan mendatangkan gairah bagi generasi muda untuk lebih mencintai peradaban bangsanya ditengah suasana perubahan dunia yang menyelimuti kepentingan nasional kedepan. Hal inilah yang ingin penulis sampaikan agar kita membangun keyakinan pada persoalan yang sama, demi tantangan yang akan datang.
Ujian demi ujian terus menginspirasi pemikiran masyarakat untuk dibawa kearah gerakan dan ideology yang mereka usung, serta menerpa dari berbagai pandangan untuk ditanamkan sebagai aksi pergerakan dari pihak-pihak yang mencoba memunculkan gagasan dan manancapkan kesamaan pandang agar ideology baru harus menimbulkan dampak pada harapan serta janji-janji baru ditengah masyarakatnya, tidak saja pada sisi ekonomi yang menjadikan kepentingan perut mereka agar terisi penuh, namun bagian lain yang tak kalah sama pentingnya adalah menyeret masyarakat agar lebih membangun spiritualnya yang terhubung kuat dengan sang maha pencipta supaya menjadi sisi yang mudah digerakkan oleh kelompok tersebut.
Entah keadaan ini menjadi bias atau kegamangan untuk menyelesaikan maraknya tunas-tunas baru, dimana sabuk persatuan dan integritas kebangsaan itu seakan terseret pada upaya untuk dilonggarkan demi masuknya paham baru, atau malah ingin digantikan dengan sabuk lain sebagai ikatan yang dinilai usang sehingga ideology negara pun digagas kepada nilai-nilai yang berbeda dan lebih tinggi dari sekedar harapan pada Pancasila sebagai ideology yang selama ini dipegang teguh dan teruji. Nilai-nilai baru itu sengaja dilandasi pada aspek spiritual hingga naiknya atmosfer konservatisme yang menyeruak ditengah masyarakat pun terseret pada keyakinan dan pahaman sepihak.
Selain agama, sebenarnya terdapat sabuk kebangsaan lain yang dapat dijadikan sisi pertahanan suatu bangsa, sebut saja kesenian, budaya dan bahasa yang secara kesukuan masih melekat ditengah masyarakat kita, hal ini tak kalah pentingnya untuk dipertahankan, sehingga masuknya pengaruh asing tidak serta merta menggusur nilai-nilai kebangsaan yang terikat pada akar budaya kita. Namun kita pun melihat dimana keadaan itu juga telah dirasuki oleh atribute atau simbol-simbol keyakinan tertentu yang sengaja dicampur dan bertujuan pada keseragaman dari sudut ideology asing agar menjauh dari kebhinekaan yang menjadi fakta bangsa ini. Hal ini semakin tak terelakkan bahwa pergeseran nilai itu telah terjadi.
Masyarakat pun seakan pasrah pada institusi atau lembaga yang dianggap membiarkan dan tidak memiliki ketegasan serta menunggu pengaduan dari masyarakat. Namun disisi lain masyarakat semakin terancam oleh banyaknya intimidasi dari kelompok tersebut yang muncul diberbagai daerah, terutama bagi mereka yang berusaha menaikkan sikap nasionalisme dan menuding kelompok ideology baru itu yang ingin melakukan sabotase terhadap kebangsaan kita semua. Langkah ini tentu lambat laun, bahkan tak lama lagi akan menyurutkan integritas masyarakat terhadap sikap nasionalisme yang baik demi mempertahankan NKRI dan kebhinekaan bagi kita semua.
Terjadinya polarisasi antara kepentingan perut yang mendesak dengan keimanan yang sepatutnya ditegakkan, mendatangkan inspirasi baru bagi kegiatan usaha yang berselimut agama, usaha mengais dan meraih keuntungan dari tarikan satu nafas ini marak disuarakan sebagai kendaraan baru bagi upaya penyebarluasan yang sering memakan korban tidak sedikit jika dilihat dari jumlah pesertanya yang tertipu. Alih-alih ingin memperoleh keuntungan, masyarakat justru dirugikan dan lagi-lagi bahwa persaudaraan seiman malah menjadi senjata pamungkas yang meredam keadaan semacam itu, malah kegiatan yang demikian terus bertumbuh dari pamor dan citra pengusungnya yang terlanjur di framing sebagai idola dan ketokohan dari kelompoknya.
Bangsa kita memang harus lebih terbuka dan berpijak pada prinsip-prinsip kemajuan yang menjadi target bagi terangkatnya kesejahteraan rakyat dan generasi muda nantinya. Untuk itu, gerakan pro perubahan harus dirumuskan agar tidak menjadi anomali dari pembiasan pada tujuannya, pembangunan pun harus disepakati oleh banyak pihak dari mereka yang menemukan, merasakan dan tertekan oleh masalah yang dihadapi bangsa ini. Oleh karenanya, kita perlu belajar lebih dalam terhadap situasi yang berkembang serta melakukan evaluasi menyeluruh yang selanjutnya mendapatkan kesepakatan untuk di implementasikan sebagai postur yang ideal.
Banyak orang bisa berfikir, berbicara dan melakukan sesuatu, namun apakah hal itu didasari pada nilai kajian yang komprehensif atau sekedar tujuan jangka pendek yang pragmatis semata, sebab memiliki kerangka jangka panjang yang sepatutnya diperjuangkan adalah bentuk kebaikan dan kearifan berfikir yang sesungguhnya mendatangkan kemaslahatan bagi semua golongan yang berpijak pada kebhinekaan dan toleransi yang tinggi pula. Kesadaran ini akan mendatangkan gairah bagi generasi muda untuk lebih mencintai peradaban bangsanya ditengah suasana perubahan dunia yang menyelimuti kepentingan nasional kedepan. Hal inilah yang ingin penulis sampaikan agar kita membangun keyakinan pada persoalan yang sama, demi tantangan yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar