MENYERAP NILAI-NILAI AGAMA DIBALIK KEMAJUAN ZAMANNYA
Penulis : Andi Salim
Identitas manusia kontemporer adalah identitas yang terkonstruksi oleh peradaban dan lingkungan sosialnya. Arti kontemporer itu berasal dari istilah asing yaitu contemporary yang merupakan gabungan dari suku kata Co dan Tempo, dimana Co berarti Bersama sedangkan Tempo menunjukkan arti Waktu. Pengertian kontemporer sering diartikan sebagai kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang saat berlaku. Sehingga makna kontemporer adalah perkembangan budaya yang terpengaruh oleh dampak modernisasi suatu era.
Isu kontemporer sebagai suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang ini menjadi topik pembahasan atas solusi penyelesaian yang dianggap sesuai dengan era masa kemodernan saat ini. Banyak kalangan yang berusaha membendung arus kontemporer ini yang dianggap merusak tradisi keagamaan, namun faktanya, bagaikan tersedianya sumur resapan air yang dibangun oleh Gubernur Jakarta lalu yang berpikiran kolot itu, sehingga kawasan Jakarta tetap saja dilanda banjir oleh derasnya curah hujan dan aliran air yang masuk ke wilayah DKI Jakarta tersebut. Bahkan kata-katanya dianggap sebagai musibah atas apa yang dialami oleh warganya.
Pemikiran manusia Kontemporer adalah menjadi sebuah kemutlakan dimana peradaban manusia yang terus berkemajuan sejak masa abad ke-19 hingga sampai sekarang ini, dimana perkembangannya semakin masuk ke dalam paket-paket kebutuhan individu yang tidak lagi terelakkan, sehingga dibutuhkan metode pemikiran baru dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam menafsirkan pikiran-pikiran keagamaan yang disesuaikan pada zaman sekarang ini. Walau banyak kalangan yang mempertahankan sikap pemurnian dibalik kemajuan tradisi dan budaya yang mereka anggap menyalahi aturan dalam suatu sikap beragama.
Akan tetapi, disisi lain kita mendapati jika mereka pun menyesuaikan dirinya dengan berbagai technology yang berkembang seperti menonton tayangan televisi dan menggunakan Handphone atau melakukan penyesuaian lain, termasuk menggunakan kendaraan modern sebagai transportasi untuk bepergian kemana pun tujuan yang mereka inginkan. Pemurnian suatu agama semestinya tidak terkait dengan aspek tradisi dan budaya, oleh karena peradaban manusia yang cenderung meningkat kearah perubahan baru dan mengalami kemajuan diberbagai kondisi kehidupannya. Sehingga, keberadaan agama itu tidak diartikan sebagai sarana mempertahankan kekolotan dan keterbelakangan suatu pemikiran.
Sama halnya pada tradisi membersihkan gigi dengan menggunakan siwak yang dikenal sejak 7000 tahun lalu. Siwak memiliki khasiat sama dengan sikat gigi yang kita pakai sekarang ini. Namun faktanya telah banyak orang yang meninggalkan tradisi semacam ini dengan menggantikannya kepada cara-cara modern pula. Termasuk pada otorisasi orang tua yang pada masa dahulu memberlakukan kawin paksa terhadap putra putri mereka yang berasal dari kalangan agama tertentu, dimana kini tidak lagi banyak di temukan terhadap berbagai pernikahan yang terjadi dibelahan dunia ini. Fakta ini membuktikan bahwa manusia kontemporer adalah suatu keniscayaan.
Melawan kemodernan manusia sama halnya dengan membangun konstruksi piramid kemunafikan semata, sebab hal itu di ibaratkan mempertahankan jenjang pertumbuhan manusia yang tumbuh menjadi dewasa dan pada waktunya akan mengalami kematian. Sebab Jika pada fisik seseorang saja terdapat pertumbuhan dan perkembangan, bagaimana mungkin mentalnya dihambat sedemikian rupa hingga mengalami tekanan dari penyesuaian arus kemajuan yang semestinya dialami olehnya. Oleh karenanya manusia hanya bisa menemukan korelasi nilai-nilai untuk dipertahankan sebagai cara mereduksi penyesuaian dari setiap perubahan zaman itu agar menjadi adaptif.
Pada gilirannya manusia yang beragama itu tetap terus berinovasi dan semakin antusias dalam menggerakkan dirinya guna menghadapi berbagai perubahan zaman sebagai tantangan hidupnya. Peranan agama semestinya hanya menyampaikan pesan pada nilai-nilai suatu perbuatan serta bagaimana memahami nilai-nilai itu untuk di aplikasikan kedalam aspek kehidupan sehari-hari. Walau agama tidak merinci secara detail dan tegas dari apa yang menjadi prilaku hidup para umatnya, namun korelasi terhadap perbuatannya tentu dapat ditangkap melalui nilai-nilai agama yang dipahaminya secara utuh. Termasuk proses menyandingkan bagaimana nilai-nilai kebenaran itu ditanamkan dan menghindari nilai-nilai buruk sebagai sebuah penyimpangan dari prilaku hidupnya.
Sehingga siapa pun yang beragama, akan mengerti apa yang dimaksudkan sebagai tindakan kebaikan yang benar dan kesalahan dari perbuatannya yang berdampak kepada dosa atau pahala yang dilakukannya. Oleh karenanya pesan-pesan keagamaan yang disampaikan tidak perlu mengambil dari sisi bagaimana suatu kesalahan itu dilakukan, sebab variasinya yang terlampau luas dan beragam dari berkembangnya peradaban manusia itu sendiri. Baik dilihat dari aspek caranya, waktu terjadinya, tempat kejadiannya, tingkatan kesalahan yang dilakukan, serta dampak kerugian terhadap orang lain, dan lain sebagainya. Dari cara ini, sifat kontemporer manusia tetap di imbangi oleh nilai-nilai agama yang membungkusnya kedalam prilaku hidup sampai akhir zaman nanti.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Identitas manusia kontemporer adalah identitas yang terkonstruksi oleh peradaban dan lingkungan sosialnya. Arti kontemporer itu berasal dari istilah asing yaitu contemporary yang merupakan gabungan dari suku kata Co dan Tempo, dimana Co berarti Bersama sedangkan Tempo menunjukkan arti Waktu. Pengertian kontemporer sering diartikan sebagai kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang saat berlaku. Sehingga makna kontemporer adalah perkembangan budaya yang terpengaruh oleh dampak modernisasi suatu era.
Isu kontemporer sebagai suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang ini menjadi topik pembahasan atas solusi penyelesaian yang dianggap sesuai dengan era masa kemodernan saat ini. Banyak kalangan yang berusaha membendung arus kontemporer ini yang dianggap merusak tradisi keagamaan, namun faktanya, bagaikan tersedianya sumur resapan air yang dibangun oleh Gubernur Jakarta lalu yang berpikiran kolot itu, sehingga kawasan Jakarta tetap saja dilanda banjir oleh derasnya curah hujan dan aliran air yang masuk ke wilayah DKI Jakarta tersebut. Bahkan kata-katanya dianggap sebagai musibah atas apa yang dialami oleh warganya.
Pemikiran manusia Kontemporer adalah menjadi sebuah kemutlakan dimana peradaban manusia yang terus berkemajuan sejak masa abad ke-19 hingga sampai sekarang ini, dimana perkembangannya semakin masuk ke dalam paket-paket kebutuhan individu yang tidak lagi terelakkan, sehingga dibutuhkan metode pemikiran baru dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam menafsirkan pikiran-pikiran keagamaan yang disesuaikan pada zaman sekarang ini. Walau banyak kalangan yang mempertahankan sikap pemurnian dibalik kemajuan tradisi dan budaya yang mereka anggap menyalahi aturan dalam suatu sikap beragama.
Akan tetapi, disisi lain kita mendapati jika mereka pun menyesuaikan dirinya dengan berbagai technology yang berkembang seperti menonton tayangan televisi dan menggunakan Handphone atau melakukan penyesuaian lain, termasuk menggunakan kendaraan modern sebagai transportasi untuk bepergian kemana pun tujuan yang mereka inginkan. Pemurnian suatu agama semestinya tidak terkait dengan aspek tradisi dan budaya, oleh karena peradaban manusia yang cenderung meningkat kearah perubahan baru dan mengalami kemajuan diberbagai kondisi kehidupannya. Sehingga, keberadaan agama itu tidak diartikan sebagai sarana mempertahankan kekolotan dan keterbelakangan suatu pemikiran.
Sama halnya pada tradisi membersihkan gigi dengan menggunakan siwak yang dikenal sejak 7000 tahun lalu. Siwak memiliki khasiat sama dengan sikat gigi yang kita pakai sekarang ini. Namun faktanya telah banyak orang yang meninggalkan tradisi semacam ini dengan menggantikannya kepada cara-cara modern pula. Termasuk pada otorisasi orang tua yang pada masa dahulu memberlakukan kawin paksa terhadap putra putri mereka yang berasal dari kalangan agama tertentu, dimana kini tidak lagi banyak di temukan terhadap berbagai pernikahan yang terjadi dibelahan dunia ini. Fakta ini membuktikan bahwa manusia kontemporer adalah suatu keniscayaan.
Melawan kemodernan manusia sama halnya dengan membangun konstruksi piramid kemunafikan semata, sebab hal itu di ibaratkan mempertahankan jenjang pertumbuhan manusia yang tumbuh menjadi dewasa dan pada waktunya akan mengalami kematian. Sebab Jika pada fisik seseorang saja terdapat pertumbuhan dan perkembangan, bagaimana mungkin mentalnya dihambat sedemikian rupa hingga mengalami tekanan dari penyesuaian arus kemajuan yang semestinya dialami olehnya. Oleh karenanya manusia hanya bisa menemukan korelasi nilai-nilai untuk dipertahankan sebagai cara mereduksi penyesuaian dari setiap perubahan zaman itu agar menjadi adaptif.
Pada gilirannya manusia yang beragama itu tetap terus berinovasi dan semakin antusias dalam menggerakkan dirinya guna menghadapi berbagai perubahan zaman sebagai tantangan hidupnya. Peranan agama semestinya hanya menyampaikan pesan pada nilai-nilai suatu perbuatan serta bagaimana memahami nilai-nilai itu untuk di aplikasikan kedalam aspek kehidupan sehari-hari. Walau agama tidak merinci secara detail dan tegas dari apa yang menjadi prilaku hidup para umatnya, namun korelasi terhadap perbuatannya tentu dapat ditangkap melalui nilai-nilai agama yang dipahaminya secara utuh. Termasuk proses menyandingkan bagaimana nilai-nilai kebenaran itu ditanamkan dan menghindari nilai-nilai buruk sebagai sebuah penyimpangan dari prilaku hidupnya.
Sehingga siapa pun yang beragama, akan mengerti apa yang dimaksudkan sebagai tindakan kebaikan yang benar dan kesalahan dari perbuatannya yang berdampak kepada dosa atau pahala yang dilakukannya. Oleh karenanya pesan-pesan keagamaan yang disampaikan tidak perlu mengambil dari sisi bagaimana suatu kesalahan itu dilakukan, sebab variasinya yang terlampau luas dan beragam dari berkembangnya peradaban manusia itu sendiri. Baik dilihat dari aspek caranya, waktu terjadinya, tempat kejadiannya, tingkatan kesalahan yang dilakukan, serta dampak kerugian terhadap orang lain, dan lain sebagainya. Dari cara ini, sifat kontemporer manusia tetap di imbangi oleh nilai-nilai agama yang membungkusnya kedalam prilaku hidup sampai akhir zaman nanti.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar