Penulis : Andi Salim
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, atau bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan orang lain pada umumnya namun tidak merugikan diri sendiri. Maka sudah barang tentu kebenaran adalah merupakan lawan dari kekeliruan yang mana ditemukannya objek dan pengetahuan yang tidak sesuai. Salah satu cara sederhana untuk mempelajari suatu subjek adalah menentukan segala sesuatu yang bisa didudukan sebagai kondisi pada posisi benar atau salah, termasuk pernyataan, persepsi atau preposisi / kalimat, dan pemikiran.
Menilai suatu kredibilitas kebenaran harus dengan argumentasi dari suatu penjelasan sehingga dapat disimpulkan dan digeneralisasi kan ke dalam nilai-nilai melalui pendekatan aturan bahasa dalam penyampaiannya. Kebenaran juga dapat diyakini dari objek yang kita kenali melalui panca Indra kita, serta menggunakan kemampuan pengetahuan yang kita miliki untuk menganalisa baik secara bahasa ataupun data dan fakta yang menjadi visualisasi dari objeknya. Sehingga gambaran kebenaran itu dapat didiskripsikan sesuai dengan karakteristiknya yang melekat, yang pada akhirnya terhimpun kedalam kesimpulan yang bersifat argumentatif.
Sesungguhnya kebenaran itu bersandar pada dua aspek, yaitu kebenaran yang bersifat Empiris dan yang bersifat Absolut. Sebab kebenaran empiris yang bertumpu pada ilmu pengetahuan itu memiliki dasar baik secara teoritis, yang diperoleh dari observasi serta memiliki penilaian dengan landasan baik dan buruk terhadap suatu masalah, serta diperolehnya dari hubungan sebab akibat atas suatu masalah.
Namun banyak manusia saat ini yang mengatakan sudah tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah, wacana, persepsi, ungkapan yang boleh di bolak-balik sebagai opini. Padahal Pengetahuan akan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh pengetahuan tersebut. Dalam kegiatan ilmiah, mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok. Dalam usaha mengungkapkan realitas itu, kebenaran akan muncul dan terbukti dengan sendirinya, apabila apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai dengan kenyataannya.
Di bagian lain, ada yang memberikan pernyataan bahwa pasti ada kebenaran yang secara realita tidak dapat dirubah dan dapat diyakini secara absolute. Kebenaran absolut adalah pandangan yang percaya bahwa kebenaran itu benar-benar ada, realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar itu nyata adanya. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar atau salah jika membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu.
Anti-intelektualisme telah menjadi benang merah yang berliku-liku dalam kehidupan politik dan budaya kita, pendapat ini dipupuk oleh anggapan keliru dalam demokrasi yang memiliki Pandangan bahwa pendapat bisa lebih penting daripada fakta tidaklah kemudian merendahkan pengetahuan. Sering kali, dalam situasi tertentu pendapat lebih penting daripada fakta, dan ini adalah sesuatu yang baik.
Tentu saja hal ini menjadi sudut pembenaran yang secara terus menerus melakukan pembiasan pada suatu kedudukan masalah yang hanya mengambil jalan pintas bagi berlakunya suatu aturan dan ketentuan. Maka tidak heran jika kita temukan banyaknya politikus yang lebih sering berpijak pada hal-hal yang bersifat pragmatis lalu meneruskan gaya berfikirnya kepada masyarakat luas sebagaimana yang terjadi pada dunia media sosial saat ini.
Hiruk pikuk saling menyalahkan dan saling melontarkan suatu argumentasi pembenaran pada suatu objek adalah hal yang secara rutin kita temukan disana sini, kebenaran seakan sudah berada diawang-awang dan tidak lagi mengakar sebagaimana seharusnya. Orang boleh saja melanggar aturan oleh karena keadaan atau alasan lain yang dapat dimaklumi. Tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan namun sulit pula untuk diluruskan.
#Toleransiindonesia #Andisalim #jkwguard
Mari kita suarakan
Menilai suatu kredibilitas kebenaran harus dengan argumentasi dari suatu penjelasan sehingga dapat disimpulkan dan digeneralisasi kan ke dalam nilai-nilai melalui pendekatan aturan bahasa dalam penyampaiannya. Kebenaran juga dapat diyakini dari objek yang kita kenali melalui panca Indra kita, serta menggunakan kemampuan pengetahuan yang kita miliki untuk menganalisa baik secara bahasa ataupun data dan fakta yang menjadi visualisasi dari objeknya. Sehingga gambaran kebenaran itu dapat didiskripsikan sesuai dengan karakteristiknya yang melekat, yang pada akhirnya terhimpun kedalam kesimpulan yang bersifat argumentatif.
Sesungguhnya kebenaran itu bersandar pada dua aspek, yaitu kebenaran yang bersifat Empiris dan yang bersifat Absolut. Sebab kebenaran empiris yang bertumpu pada ilmu pengetahuan itu memiliki dasar baik secara teoritis, yang diperoleh dari observasi serta memiliki penilaian dengan landasan baik dan buruk terhadap suatu masalah, serta diperolehnya dari hubungan sebab akibat atas suatu masalah.
Namun banyak manusia saat ini yang mengatakan sudah tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah, wacana, persepsi, ungkapan yang boleh di bolak-balik sebagai opini. Padahal Pengetahuan akan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh pengetahuan tersebut. Dalam kegiatan ilmiah, mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok. Dalam usaha mengungkapkan realitas itu, kebenaran akan muncul dan terbukti dengan sendirinya, apabila apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai dengan kenyataannya.
Di bagian lain, ada yang memberikan pernyataan bahwa pasti ada kebenaran yang secara realita tidak dapat dirubah dan dapat diyakini secara absolute. Kebenaran absolut adalah pandangan yang percaya bahwa kebenaran itu benar-benar ada, realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar itu nyata adanya. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar atau salah jika membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu.
Anti-intelektualisme telah menjadi benang merah yang berliku-liku dalam kehidupan politik dan budaya kita, pendapat ini dipupuk oleh anggapan keliru dalam demokrasi yang memiliki Pandangan bahwa pendapat bisa lebih penting daripada fakta tidaklah kemudian merendahkan pengetahuan. Sering kali, dalam situasi tertentu pendapat lebih penting daripada fakta, dan ini adalah sesuatu yang baik.
Tentu saja hal ini menjadi sudut pembenaran yang secara terus menerus melakukan pembiasan pada suatu kedudukan masalah yang hanya mengambil jalan pintas bagi berlakunya suatu aturan dan ketentuan. Maka tidak heran jika kita temukan banyaknya politikus yang lebih sering berpijak pada hal-hal yang bersifat pragmatis lalu meneruskan gaya berfikirnya kepada masyarakat luas sebagaimana yang terjadi pada dunia media sosial saat ini.
Hiruk pikuk saling menyalahkan dan saling melontarkan suatu argumentasi pembenaran pada suatu objek adalah hal yang secara rutin kita temukan disana sini, kebenaran seakan sudah berada diawang-awang dan tidak lagi mengakar sebagaimana seharusnya. Orang boleh saja melanggar aturan oleh karena keadaan atau alasan lain yang dapat dimaklumi. Tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan namun sulit pula untuk diluruskan.
#Toleransiindonesia #Andisalim #jkwguard
Mari kita suarakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar