Sabtu, 21 Januari 2023

POLITIK KEKUASAAN HARUS TERUS BERKEMBANG DEMI MENYINGKIRKAN POLITIK IDENTITAS YANG MERUSAKNYA

01/09/2022

POLITIK KEKUASAAN HARUS TERUS BERKEMBANG DEMI MENYINGKIRKAN POLITIK IDENTITAS YANG MERUSAKNYA
Penulis : Andi Salim

Hidup ini penuh gelombang, seperti jalan yang membentang pun tak selamanya lurus, bahkan cenderung menanjak, turun, berkelok-kelok bahkan ada juga yang memutar. Kita harus yakin dan Percaya, bahwa tidak seorangpun mampu mengubah diri kita sendiri kecuali hanya upaya kita seorang. Orang tua, suami atau istri, atasan, guru, atau siapapun juga hanya sebatas memberikan arahan dari datangnya alternatif pilihan baik dari sesuatu diantara baik dan buruk, mau pun kepada pilihan yang datangnya sebagai hal yang mudah dan efisien.

Sama halnya ketika kita melihat suasana pedesaan dimana pemandangannya indah entah berupa pegunungan atau laut beserta pantainya. harapan agar suatu saat kelak dapat hidup disana demi memperoleh ketentraman dan udara yang masih segar menjadi idaman bagi sebagian banyak orang. Namun sebaliknya, bagi para generasi muda kita, tentu hal itu kurang menarik dan tidak bisa ikut alur berfikir semacam ini. Sebab mereka saat ini dalam masanya yang terus berusaha ingin menundukkan dunia dari berbagai kesempatan agar dapat menonjol.

Jika pun saat ini kita sudah memasuki usia lanjut atau sudah tua, akan tetapi kita pun menjadi ragu untuk mundur dari percaturan perjuangan yang tanpa pamrih ini, sebab belum melihat sosok mana yang siap menggantikan kita untuk rela berjuang walau tanpa ada yang memperhatikan hasilnya. Perjuangan dari jerih payah kita yang terbatas itu memang dirasakan belum menampakkan hasil, namun masih dapat dimaknai sebagai sumbangan yang positif dari kehadiran kita yang masih menyempatkan diri untuk tetap berpartisipasi dan melakukan upaya kecil demi kebaikan bangsa dan negara ini.

Terdapat sebuah ungkapan yang masih terngiang ditelinga saya sejak kecil dahulu, kata itu adalah "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu". Demikian kuatnya kata ini hinggap dibenak saya, maka hingga saat ini pun saya tidak berani menanyakan apa dan bagaimana negara ini akan memperlakukan saya, sehingga walau kita berada diluar kekuasaan itu, namun bukan berarti kita membiarkan jika negri ini diusik oleh siapapun yang ingin mengambil keuntungan dari kayanya negara kita saat ini.

Saya pun tidak akan ikut memukuli dari banyaknya kejadian atau jika ada oknum yang tertangkap karena telah mencuri kotak amal di masjid oleh karena lapar atau sakit, sebab para pengurus masjid yang sering congkak dalam membuat aturan yang hanya melihat sisi perbaikan dan aktifitas masjid yang lebih menjadi prioritas dari pada umatnya yang membutuhkan pertolongan dari lapar dan sakit yang dideritanya. Kenyataan ini sungguh kontras, bahwa anjuran agama untuk lebih memperdulikan umat, hingga bergeser pada sikap kepedulian terhadap kemegahan bangunan yang sebenarnya bukan menjadi prioritas utamanya pula.

Apalagi membiarkan sikap intoleran itu berkembang, sebab nalar berfikir yang keliru setelah banyaknya ahli fiqih dan para ulama menyampaikan bahwa sifat Islam yang demikian menganjurkan Toleransi sebagai jalan kebaikan namun diartikan salah oleh sebagian yang lain, sehingga menyeretnya pada maraknya partisipasi untuk menyuburkan politik identitas yang tidak saja memusuhi kepada mereka yang berlainan agama, namun terjadi pula kepada sesama pemeluk agama islam sehingga banyak ancaman dan perlakuan intimidasi kearah itu.

Hal itu tentu menyulitkan bagi siapapun yang mengalami musibah kematian keluarganya sebab terdapat himbauan atau seruan pelarangan untuk tidak lagi bersedia disholatkan serta tidak diijinkan dimakamkan pada TPU yang sama didaerahnya pula. Apalagi jika kita menyimak Pemberitaan CNN Indonesia tanggal 26/4/2018 yang memuat ungkapan dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi saat itu yang menyatakan bahwa masjid sah-sah saja jika dijadikan tempat pendidikan politik. Menurutnya, Islam tidak melarang hal tersebut.

Sandaran ijma ulama yang terkesan bias dan semakin sempit serta terkurung pada kepentingan dari hal-hal pragmatisme belaka, dari pernyataan diatas, kita dapat saja mengatakan hal itu menjadi benar, namun jika ditinjau pada sisi yang lebih jauh, maka terdapat sisi surutnya rasa elok dan kebaikan pada upaya semacam ini. Apalagi syiar agama dan politik itu dicampur adukkan sedemikian rupa, tidakkah umat menjadi terbelah, dan semakin menjauhi masjid dan musholla yang semula mengenyampingkan aspek politik, atau malah menjadi tempat untuk meleburkan segala perbedaan pandangan dan pilihan paska pemilu atau pemilihan kepala daerah itu telah usai.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...