UPAYA MENYEMATKAN NILAI LUHUR PADA SETIAP LANGKAH POLITIK
Penulis : Andi Salim
Belakangan ini sering terjadi kekeliruan pada sejarah sebagai pengetahuan bagi generasi anak bangsa dalam menguasai akar perjuangan demi merebut kemerdekaan atas setiap jengkal tanah Indonesia. Namun pada bagian lain kita dikecohkan pada arus politik kekuasaan yang menjadikan polarisasi dan faksi-faksi yang menyeret perhatian publik.
Maka dari kenyataan itu instrumen tekanan pun terus dimainkan pada pusat kekuasaan yang bertujuan menguasai sentra-sentra ekonomi yang tersebar melalui perusahaan-perusahaan BUMN yang dikendalikan oleh pemerintah pusat, yang mana hal itu terjadi tidak saja pada perusahaan BUMN yang merupakan milik Negara, namun juga Merambah kepada BUMD yang tersebar di seluruh daerah.
Kita tidak membayangkan jika pengembangbiakan intoleransi yang saat ini marak sehingga terjadi pola tarik menarik kepentingan kekuasaan yang terus terjadi dan menahan laju integritas dan loyalitas dari para patriot yang memiliki sikap nasionalisme itu justru menemui jalan buntu dan tercecer dari tujuannya untuk membangun dan mempertahankan sikap kecintaan terhadap bangsa dan negara ini.
Upaya dari para kelompok pembelot dan penyerobotan patok-patok ekonomi bangsa itu untuk menjadikan power bargaining demi memupuk gerakan ini secara terus menerus. Padahal disisi lain fakta sejarah dan pencatutan nama-nama tokoh bangsa juga bagian yang tak kalah penting yang menjadi sasaran mereka agar hilang dan terlupakan dari catatan sejarah yang tak lagi di ingat oleh para pelajar nantinya.
Tentu ada gerakan dan unsur kesengajaan yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu yang dengan sengaja mengarahkan gerakan ini serta bertujuan menghancurkan generasi muda bangsa nantinya. Lebih jauh dari perlakuannya itu, maka besar kemungkinan generasi muda kita akan mengalami disintegrasi bangsa pada akhirnya.
Apalagi terdapat gaya setengah hati dari kelompok politikus yang saat ini dengan sembarangan menjadikan lawan politik sebagai mitra untuk dirangkul sebagai koalisi dari pemerintahannya, baik ditingkat pusat mau pun daerah, yang pada niatannya agar secara bersama membangun pada kepemerintahan dan kawasannya, sungguh sebenarnya ini sikap yang baik dan terpuji.
Akan tetapi dibalik itu tentu terdapat hal yang menjadi persoalan, sebab mereka yang memiliki tujuan yang berbeda akan menjadi kekuatan untuk berbalik melawan pemerintah dan lambat laun pun perjuangannya akan semakin menjadi besar, sehingga pada akhirnya tidak lagi dapat ditandingi oleh kekuatan nasionalisme yang saat ini pun tidak lagi menyatu.
Semestinya ada yang memainkan peran yang berbeda pada situasi semacam ini, agar tidak semua komponen itu masuk pada instrumen perebutan kursi kekuasaan dan mencampur adukkan kepentingan politik dengan variabel keagamaan yang saat ini telah menjadi strategy yang tak terhalangi dan dilabelkan pada cara-cara yang boleh dimainkan.
Sebab jika tidak, kelembagaan kita akan terus terpapar dari seruan sikap intoleransi yang nantinya pasti akan menyeruak kepermukaan dan memakan korban dari runtuhnya nilai-nilai kebangsaan yang sejak dahulu telah terbangun. Walau kita semua tahu bahwa politik itu bertujuan untuk memperbaiki sendi kebangsaan dan memakmurkan rakyatnya, Sebab dengan politik siapa saja bisa berjuang untuk terciptanya kepatuhan akan hukum dan mensejahterakan masyarakat.
Akan tetapi tujuan itu harus selaras dengan destinasi akhir yaitu menjaga eksistensi NKRI dan Pancasila. Sehingga dalam kehidupan politik itu tidak diwarnai oleh niatan atau tujuan lain yang mementingkan kelompoknya. Jangan sampai akibatnya yang terjadi kemudian gerakan politik itu berubah menjadi sarana untuk menduduki dan menguasai negri ini oleh tangan-tangan haluan politik lain yang menentang NKRI dan merubah Pancasila itu sendiri.
Belakangan ini sering terjadi kekeliruan pada sejarah sebagai pengetahuan bagi generasi anak bangsa dalam menguasai akar perjuangan demi merebut kemerdekaan atas setiap jengkal tanah Indonesia. Namun pada bagian lain kita dikecohkan pada arus politik kekuasaan yang menjadikan polarisasi dan faksi-faksi yang menyeret perhatian publik.
Maka dari kenyataan itu instrumen tekanan pun terus dimainkan pada pusat kekuasaan yang bertujuan menguasai sentra-sentra ekonomi yang tersebar melalui perusahaan-perusahaan BUMN yang dikendalikan oleh pemerintah pusat, yang mana hal itu terjadi tidak saja pada perusahaan BUMN yang merupakan milik Negara, namun juga Merambah kepada BUMD yang tersebar di seluruh daerah.
Kita tidak membayangkan jika pengembangbiakan intoleransi yang saat ini marak sehingga terjadi pola tarik menarik kepentingan kekuasaan yang terus terjadi dan menahan laju integritas dan loyalitas dari para patriot yang memiliki sikap nasionalisme itu justru menemui jalan buntu dan tercecer dari tujuannya untuk membangun dan mempertahankan sikap kecintaan terhadap bangsa dan negara ini.
Upaya dari para kelompok pembelot dan penyerobotan patok-patok ekonomi bangsa itu untuk menjadikan power bargaining demi memupuk gerakan ini secara terus menerus. Padahal disisi lain fakta sejarah dan pencatutan nama-nama tokoh bangsa juga bagian yang tak kalah penting yang menjadi sasaran mereka agar hilang dan terlupakan dari catatan sejarah yang tak lagi di ingat oleh para pelajar nantinya.
Tentu ada gerakan dan unsur kesengajaan yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu yang dengan sengaja mengarahkan gerakan ini serta bertujuan menghancurkan generasi muda bangsa nantinya. Lebih jauh dari perlakuannya itu, maka besar kemungkinan generasi muda kita akan mengalami disintegrasi bangsa pada akhirnya.
Apalagi terdapat gaya setengah hati dari kelompok politikus yang saat ini dengan sembarangan menjadikan lawan politik sebagai mitra untuk dirangkul sebagai koalisi dari pemerintahannya, baik ditingkat pusat mau pun daerah, yang pada niatannya agar secara bersama membangun pada kepemerintahan dan kawasannya, sungguh sebenarnya ini sikap yang baik dan terpuji.
Akan tetapi dibalik itu tentu terdapat hal yang menjadi persoalan, sebab mereka yang memiliki tujuan yang berbeda akan menjadi kekuatan untuk berbalik melawan pemerintah dan lambat laun pun perjuangannya akan semakin menjadi besar, sehingga pada akhirnya tidak lagi dapat ditandingi oleh kekuatan nasionalisme yang saat ini pun tidak lagi menyatu.
Semestinya ada yang memainkan peran yang berbeda pada situasi semacam ini, agar tidak semua komponen itu masuk pada instrumen perebutan kursi kekuasaan dan mencampur adukkan kepentingan politik dengan variabel keagamaan yang saat ini telah menjadi strategy yang tak terhalangi dan dilabelkan pada cara-cara yang boleh dimainkan.
Sebab jika tidak, kelembagaan kita akan terus terpapar dari seruan sikap intoleransi yang nantinya pasti akan menyeruak kepermukaan dan memakan korban dari runtuhnya nilai-nilai kebangsaan yang sejak dahulu telah terbangun. Walau kita semua tahu bahwa politik itu bertujuan untuk memperbaiki sendi kebangsaan dan memakmurkan rakyatnya, Sebab dengan politik siapa saja bisa berjuang untuk terciptanya kepatuhan akan hukum dan mensejahterakan masyarakat.
Akan tetapi tujuan itu harus selaras dengan destinasi akhir yaitu menjaga eksistensi NKRI dan Pancasila. Sehingga dalam kehidupan politik itu tidak diwarnai oleh niatan atau tujuan lain yang mementingkan kelompoknya. Jangan sampai akibatnya yang terjadi kemudian gerakan politik itu berubah menjadi sarana untuk menduduki dan menguasai negri ini oleh tangan-tangan haluan politik lain yang menentang NKRI dan merubah Pancasila itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar