Minggu, 19 Februari 2023

AGAMA HARUS MEMBERIKAN KOMITMENNYA PADA EKSISTENSI BUDAYA DAN NASIONALISME BANGSA

9/06/2022

AGAMA HARUS MEMBERIKAN KOMITMENNYA PADA EKSISTENSI BUDAYA DAN NASIONALISME BANGSA
Penulis : Andi Salim

Jika ada yang mengatakan bahwa negara harus berkomitmen terhadap eksistensi beragama sesungguhnya itu tidak dapat disangkal oleh karena negara harus menjadi fasilitator bagi ketersediaan dan kelangsungan agama di tengah masyarakat kita. Namun demikian hal itu pun harus sebaliknya, bahwa agama semestinya memiliki komitmen yang kuat bagi eksistensi negara bagi kelangsungan agama itu sendiri. Sebab tidak ada agama yang dapat tumbuh dan menjalankan syariatnya tanpa keberadaan negara sebagai wadahnya. Akan tetapi, negara dapat saja berkembang walau tanpa satu agama pun yang menyertainya.

Saat ini diberbagai media sosial begitu terasa kehadiran terorisme digital, sarananya tak lain adalah penggunaan Internet untuk melakukan tindakan intimidasi, provokasi serta kekerasan yang mengakibatkan kekhawatiran masyarakat yang disertai ancaman, bahkan menghilangkan eksistensi orang atau pihak lain, termasuk nyawa atau kerugian fisik dan non fisik yang signifikan untuk mendapatkan keuntungan politik melalui intimidasi serta kekerasan verbal dan non verbal yang dilancarkannya. Tentu saja hal ini bertentangan dengan undang-undang kebebasan dalam menyampaikan hak-hak konstitusi bagi setiap warga negara.

Apalagi jika kita menyimak analisanya yang menunjukan bahwa Cyber-terrorism merupakan bentuk transformasi teror yang dilakukan oleh teroris dengan menjadikan jaringan internet sebagai alat atau sasaran serangan. Jenis kejahatan ini bermetamorfosis menjadi kejahatan yang bersifat lintas negara. Sehingga berdasarkan laporan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), ada 370 tersangka terorisme di Tanah Air pada tahun 2021. Padahal, jumlah tersangka terorisme di tahun 2020 sebelumnya, sebanyak 232 tersangka. Ini artinya, ada kenaikan 59,48 persen. Dimana angka ini sungguh mengkhawatirkan kita semua tentunya.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menjelaskan, dari hasil penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terorisme ditemukan berbagai fenomena modus pengumpulan dana yang dilakukan kelompok teror di Indonesia. Jaringan yang mereka bangun pun sudah sedemikian meresahkan hingga melakukan serangkaian aksinya diberbagai daerah, seperti pada tahun 2013 kelompok Abu Roban melakukan berbagai perampokan di bank BRI, kantor pos, dan toko bangunan dan mini market. Bahkan tidak sampai disitu saja, mereka pun melakukan penggalangan dana dengan berbagai macam cara untuk membiayai aksinya.

Menurut Boy Rafly Amar Kepala BNPT, menjelaskan bahwa aktifitas di internet yang dilakukan oleh pihak teroris, sangat mudah dikerjakan dan malah lebih efektif dalam mendoktrin generasi muda untuk mendukung ideologi mereka yang kemudian ikut pula melakukan aksi teror. Seperti pada kasus wanita muda yang menyerang Mabes Polri pada tahun 2021 lalu. Diduga wanita tersebut ikut terpapar ideologi ISIS dari internet, dimana para teroris itu juga menggunakan internet dalam melakukan pendanaan untuk mendukung aksi terorisme. Hal ini tentu mengkonfirmasi bahwa keberadaan meraka nyata adanya.

Rusaknya environment budaya yang menunjang suatu kebangsaan atau kombinasi di antara itu, seperti kondisi fisik budaya yang mencakup peninggalan masa lampau sebagai identitas suatu bangsa serta lambang-lambang tradisi budaya dari sejak jaman dahulu ketika bangsa Indonesia masih terdiri dari berbagai kerajaan atau masa perjuangan kemerdekaan dari para penjajahan hingga pasca kemerdekaan sebagai wujud budaya Indonesia untuk nantinya agar generasi muda dapat menelusurinya melalui tiga aspek sebagai bentuk keberadaannya, yaitu gagasan atas munculnya budaya, aktifitas budaya dan artefak budaya.

Pentingnya itu semua tentu saja harus terjaga dan tidak boleh hilang oleh tangan-tangan perusak bangsa. Perlindungan itu demi eksistensi ketahanan nasionalisme bangsa indonesia yang justru dipertahankan melalui riwayat yang panjang serta bukti sejarah kebudayaan yang menyelimutinya. Termasuk pada aspek ritual dari serangkaian tradisi yang masih melekat ditengah masyarakat indonesia hingga saat ini. Apalagi dipahami bahwa masuknya ideologi transnasional yang justru menyasar kepada penghilangan budaya asli bangsa indonesia untuk digantikan oleh budaya asing hingga menciptakan kultur baru ditengah masyarakat.

Rendahnya pemahaman masyarakat untuk mengelola perbedaan menjadi sebab wujud perbedaan itu tidak harmonis, seperti permusuhan, pertentangan, bahkan kepada perlakuan yang ekstrem dan bersifat intimidatif. Hal itu sebagai akibat dari disparitas pemahaman individu, tingkat pendidikan, wawasan keilmuan, serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya, atau masuknya ideologi lain yang mempengaruhi struktur berfikir ditengah masyarakat kita. Indikator ini memperjelas bahwa keadaan nasionalisme kita semakin tergerus sebagai akibat dari rendahnya komitmen negara dan para pelaku agama untuk menjaga kelangsungan eksistensi bangsa indonesia.

Semoga tulisan ini bermanfaat.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...