Senin, 20 Februari 2023

APAKAH PERBEDAAN PENDAPAT ITU BENAR-BENAR MENJADI KEBAIKAN BAGI KITA SEMUA

27/04/2022

APAKAH PERBEDAAN PENDAPAT ITU BENAR-BENAR MENJADI KEBAIKAN BAGI KITA SEMUA
Penulis : Andi Salim

Jika terdapat banyak pihak yang berbeda pandangan dengan kebijakan pemerintah saat ini, hal itu semestinya dilihat sebagai upaya demokratis dalam memperoleh sudut pandang yang lebih spesifik dan mengesampingkan terjadinya pendapat tunggal semata. Munculnya pandangan yang berbeda pada sisi penerapan dari setiap kebijakan pemerintah tersebut sepatutnya dicermati dan ditelaah lebih jauh, apa dan bagaimana hal tersebut dikemukakan serta kemana arahnya. Kesadaran inilah yang sepatutnya diwaspadai guna mendapatkan kualitas kebaikan agar terus mencapai posisi yang lebih baik.

Kita selalu malas untuk menemukan sisi pandangan berbeda atau pendapat lain yang justru bertentangan dengan apa yang kita fikirkan, walau hal itu dihadirkan untuk sekedar didengarkan atau membacanya saja. Namun tertutup sikap seseorang dari masuknya sumber informasi lain, guna memperoleh objektifitas kebenaran sekecil apapun dari perspektif yang berbeda bukanlah hal yang diharamkan. Apalagi upaya dan kesediaan diri terhadap hal itu demi mengkoreksi kekeliruan yang mungkin saja ditimbulkan akibat sempitnya pemahaman dari serangkaian realitas pelaksanaan suatu program kebijakan.

Perbedaan pandangan itu biasanya timbul oleh karena didasari pada ekspektasi yang berbeda pula. Maka mulailah meletakkan harapan itu kepada pencapaian diri sendiri dan tidak menggantungkannya kepada orang lain atau pihak tertentu, apalagi hal-hal tersebut diluar kendali dan kewenangan yang kita miliki. perlu sikap yang bijak untuk mencermati arti kebaikan bersama, jangan hanya sekedar membahasakannya secara sederhana saja, namun dibalik itu, kita justru abai terhadap nilai-nilai kebaikan serta luput pula dari betapa sulitnya hal itu terbangun dan dikembangkan.

Era digitalisasi saat ini memang menjadikan perbedaan pandangan itu semakin terbuka luas, bukan saja terhadap posisi pemerintah, namun hal itu pun di alami oleh pemikiran agama untuk disandingkan antara ajaran agama yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pertentangan dan perdebatan dari aspek keyakinan masing-masing pun menyeruak kepermukaan sebagai isu yang hangat diperbincangkan dihampir semua media sosial. Jika sebelumnya cara beragama lebih didasari pada keyakinan semata, maka kini fitrah berfikir untuk menjangkau segala sesuatu secara rasional itu dipertanyakan efektifitasnya.

Aspek nilai-nilai suffering yang sering identik dengan tahan terhadap penderitaan yang dialami, kesengsaraan, duka, atau hal-hal lain yang dikaitkan dengan sisi religius. Tentu semakin perlu diungkap, untuk apa dan bagaimana pelaksanaan itu diperlukan. Termasuk ajakan untuk menolak dunia sebagai wahana kesenangan dan kesombongan, serta sifat ria yang harus ditumpas tuntas dari relung hati para umat sebagai pelaksana yang merupakan inti ajaran nilai-nilai kemuliaan agama tersebut. Namun disisi lain, hidup yang serba susah dan berkekurangan menjadi momok yang turut menghantui setiap umat agar hal itu dihindari, namun tetap pula harus sabar serta ikhlas sekiranya hal itu dialaminya.

Diakui atau tidak, banyak dari kita semua yang sulit menjadi bahagia dari menerima keadaan hidup yang serba kekurangan, apalagi kompleksitas kebutuhan yang terus meningkat dan berkembang di era sekarang ini. Kepatuhan akan sekat-sekat pada aturan agama sebagai bentuk perintah dan larangan pun harus dijunjung tinggi, sehingga batasan itu menjadi parameter usaha seseorang sebagai ukuran yang tidak boleh dilanggar. Kondisi semacam ini semestinya tidak lagi menjadi tabu untuk dipertanyakan, sebab ketidakbahagiaan pun sama membahayakannya terhadap wujud syukur yang sepatutnya diterima oleh siapapun.

Banyak yang menolak pemikiran sekularisme yang memandang bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat, sebagaimana kehidupan politik dan ekonomi. Bahkan pemikiran yang lebih ekstrem pun muncul bahwa paham sekularisme tidak hanya memandang bahwa agama harus dipisahkan dari urusan negara, namun juga menganggap bahwa agama harus ditinggalkan oleh manusia supaya merdeka dan tidak lagi terikat oleh aturan yang semata-mata tunduk pada aspek keyakinan semata. Hal itu dituangkan oleh pemikiran Karl Marx yang begitu terbuka untuk mendorong pemikiran bagi kesejahteraan umat manusia.

Kesimpulannya, bahwa pandangan atau pendapat yang berbeda itu harus disadari sebagai keseimbangan berfikir, kita tidak boleh menjadi anti pati atau malah menghalau segala perbedaan sekalipun bertentangan dengan pemikiran dan gagasan yang kita miliki. Kejujuran untuk mengakui kelemahan dan kekurangan diri sendiri adalah bagian dari sikap yang sportif terhadap wujud toleransi dari pribadi kita masing-masing. Memang mudah untuk mengucapkan bahwa perbedaan itu khasanah yang artinya kebaikan, namun sulit sekali menerima kebaikan itu walau sekedar second opinion semata.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...