Senin, 20 Februari 2023

PERUBAHAN PRILAKU MASYARAKAT MENYERET SURUTNYA BUDIDAYA KEJUJURAN DAN NASIONALISME

27/04/2022

PERUBAHAN PRILAKU MASYARAKAT MENYERET SURUTNYA BUDIDAYA KEJUJURAN DAN NASIONALISME
Penulis : Andi Salim

Benih kejujuran di indonesia layaknya bibit lobster yang telah habis terjual dikarenakan banyak yang meliriknya sebagai komoditi yang menguntungkan, disamping itu kejujuran pun dianggap penghalang bagi upaya kelompok lain dalam menyebarkan pahamnya untuk memasarkan ideologi lain selain Pancasila. Dari hal semacam ini, maka tak heran imbasnya yang berdampak pada semakin langkanya habitat nasionalisme bagi bangsa, dimana sadar atau tidak kita pun menjadi pihak yang telah hijrah dari tujuan semula, yang tidak lagi mandang penting untuk mencintai dan menyayangi bangsa ini seutuhnya.

Jika dahulu, khususnya era sewaktu Indonesia yang baru mengalami kemerdekaannya, mayoritas dari bangsa kita masih berada digaris atau bahkan dibawah garis kemiskinan. Namun terdapat kebanggaan tersendiri ketika melihat ada pejabat yang menjalani hidupnya secara sederhana, pengertian hidup sederhana itu dipahami sebagai keadaan yang serba pas-pasan atau malah sedikit kekurangan. Artinya, siapa pun yang menjadi pejabat atau aparatur negara dimasa itu tentu banyak yang merasakan kehidupan yang sedemikian rupa. Sebut saja Kapolri yang masyhur namanya, yaitu Jendral Hugeng, dengan jabatan tinggi yang didudukinya, namun tetap sederhana dalam menjalani kehidupannya.

Pemahaman yang sering mengidentikkan antara kejujuran yang menyebabkan seseorang menjadi hidup serba pas-pasan, serta disematkannya kejujuran dari seorang pejabat negara itu sebagai bentuk pengabdian dan pelayan publik semata, maka sudah barang tentu mereka di cap sebagai pengemban amanat kebangsaan atau memiliki sikap Nasionalisme yang tinggi tentunya. Sikap dan pendirian orang-orang semacam ini menjadi panutan dan sangat disegani baik kawan maupun pihak-pihak lain yang mencoba menggoyahkan sikapnya. Tak jarang pada tahapan realitas, seorang ulama dan tokoh masyarakat sekalipun menjadi hormat kepada mereka yang berpendirian semacam itu.

Sering didapati jika para pejabat itu menggeluti pekarangannya untuk bercocok tanam, seperti menanam sayuran atau buah-buahan. Walau dilahan yang sempit, namun cara itu mereka lakukan demi membantu kebutuhan yang harus dibeli dengan uang gaji yang tidak seberapa itu. Tidak jarang pula para istri pejabat itu pun banyak dijumpai sebagai sosok yang pandai menjahit agar pakaian yang dikenakan menjadi tahan lama dan semakin awet pula untuk dipakai, serta mereka menjadi pintar memasak dari bahan-bahan yang serba terbatas untuk dijadikan panganan dan lauk pauk guna memenuhi kehidupan sehari-harinya. Tentu saja penyesuaian itu pun dilakukan termasuk pada pertumbuhan putra-putrinya.

Jika dahulu aktifitas ibu-ibu pejabat tersebut digeluti oleh kegiatan PKK sebagai edukasi bagi penyesuaian penghasilan para istri Aparatur Negara, maka pada jaman sekarang ini, para istrinya justru lebih banyak mengisi kegiatan sebagai ajang adu gengsi untuk menampilkan siapa yang lebih kaya dan lebih berkuasa. Maka pakaian yang dikenakan pun harus matching / atau selaras antara pakaian atasan dan bawahan, bahkan sendal atau sepatunya pun demikian pula. Termasuk pada Perpaduan warna baju dan jilbab yang harus disesuaikan secara tepat. Pasalnya, jika salah memadukan warna baju atau pakaian serta hijab yang dikenakan, maka penampilan jadi terlihat tidak matching atau tidak stylish jadinya.

Tentu saja kebutuhan akan keuangan serta peningkatan sarana kehidupan menjadi hal yang tak terelakkan, para suami atau istri yang berkerja sebagai ASN itu pun berlomba-lomba mencari tambahan guna menunjang eksistensinya. Akan tetapi, bukannya bercocok tanam dari halaman rumahnya yang terbatas untuk mendapatkan tambahan lebih atau sekedar menekan biaya kebutuhan dapurnya, ternyata mereka justru mencari tambahannya ditempat-tempat kerja mereka dengan cara melakukan pungli atas layanan yang semestinya wajar tanpa kecuali, lalu menjadi sesuatu yang dimungkinkan untuk mendatangkan pundi-pundi tambahan dengan memberikan servis kemudahan dan percepatan penyelesaian layanan publik.

Jargon pelayanan yang semestinya JIKA BISA DIPERMUDAH MENGAPA HARUS DIPERSULIT, kini berganti menjadi JIKA BISA DIPERSULIT KENAPA HARUS DIPERMUDAH, sontak saja celah ini menjadi strategi busuk dari mereka yang haus akan tambahan penghasilan dari caranya yang merugikan masyarakat. Bahkan yang lebih mengherankan kita semua, bahwa mekanisme perijinan yang sesungguhnya mendatangkan keteraturan dan wujud tertib administrasi masyarakat agar segalanya dapat menjadi informasi bagi kebijakan pemerintah yang mudah mengontrol dan mengambil kebijakan dari program-program yang dibutuhkan, kini justru terhambat dan segalanya menjadi tidak pasti dan mengalami perlambatan.

Negara harus mengembalikan kejujuran itu sebagai nilai yang dihormati sehingga kejujuran tersebut dapat mendatangkan sikap Nasionalisme yang tinggi diatas keterbukaan dan strategi layanan publik yang dijalankan. Pemberian penghargaan dan pengabdian yang tinggi harus dilandasi pada keadaan dimana para penerima penghargaan itu hidup secara sederhana dan telah melakukan penyesuaian dirinya terhadap kedudukan yang telah atau pernah diembannya selama bertugas. Sehingga masyarakat tidak melihat bahwa kepintaran dan sikap kritis yang justru menjadi alasan kenapa penghargaan negara itu dapat diperoleh seseorang.

Presiden Joko Widodo pernah memberikan penghargaan Bintang Mahaputera Nararya kepada Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Hal itu dinilai Jokowi melalui pertimbangan yang matang melalui dewan tanda gelar dan jasa. Jokowi menyampaikan bahwa penghargaan tersebut diberikan meski pun Fadli Zon dan Fahri memiliki pandangan politik yang berbeda. "Ini bukan berarti kita ini bermusuhan dalam berbangsa dan bernegara. Ini lah yang namanya negara demokrasi," ujar Jokowi setelah memberikan penghargaan di Istana Negara, pada Kamis (13/8/20). Tanpa mengurangi rasa hormat dan dukungan kita kearah pemerintah saat ini, namun kita sangat menyayangkan, mengapa para pengkritik sampah itu justru memperoleh penghargaan dimana masih banyak yang jujur dengan sikap Nasionalismenya yang tinggi, justru tidak mendapat radar penghargaan tersebut.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...