Minggu, 19 Februari 2023

ATMOSFER NKRI JUSTRU TERTEKAN OLEH KONSERVATISME AGAMA

7/06/2022

ATMOSFER NKRI JUSTRU TERTEKAN OLEH KONSERVATISME AGAMA
Penulis : Andi Salim

Bertambahnya jumlah kelompok Islam baru yang hadir ditengah masyarakat, yaitu kiprah dari Islam garis keras yang saat ini berkontribusi pada menguatnya pertentangan antar agama dengan nasionalisme, serta munculnya konservatisme agama yang semarak di Indonesia bagaikan jalan aspal yang berlubang, Gagasan untuk mengembangkan Islam Indonesia yang moderat dan sejalan dengan nilai-nilai demokrasi liberal semakin tidak lagi memiliki peluangnya. Maka tidak heran jika wajah islam Indonesia saat ini lebih menampakkan dirinya pada wujud yang lebih berhaluan konservatif.

Tentu saja hal ini bertujuan untuk menekan nasionalisme, baik dari sisi ideology mau pun dasar hukum tata negara yang harus dikoreksi penerapannya di seluruh wilayah Indonesia. Kelompok Islam konservatif ini akan mendorong ideologi Islam baik secara normatif maupun legalisasinya, guna masuk kedalam bentuk instrumen undang-undang atau peraturan daerah yang sedapat mungkin di implementasikan melalui kompromi politik, sebab jika tidak maka para pemimpin itu akan dilabelkan sebagai golongan Thogut diatas mayoritas masyarakat dari para penganut Islam.

Aksi mereka dimulai melalui sarana pengajian di perkantoran, di masjid-masjid dan forum komunikasi BUMN yang pada akhirnya kita melihat dari maraknya penggunaan busana muslim, serta atribut dan simbol-simbol keagamaan dipercaya sebagai bukti meningkatnya minat partisipatif masyarakat yang tentu saja hal ini memiliki nilai positif bagi naiknya gelombang ketakwaan umat Islam kepada sang penciptanya. Walau dibalik itu, konservatisme agama membawa dampak pada tekanan yang berbeda, dan dipercaya sebagai pintu dari maraknya sikap intoleransi dan radikalisme yang ekstreem sebagai faktor negatifnya.

Walau kita telah memiliki ideology bangsa untuk menampung aspirasi masyarakat dari unsur kebhinekaan dan pluralisme yang ada, namun pertentangan antara mereka yang berdiri sebagai Pancasilais dengan para konservatisme Islam itu terus dihadap-hadapkan dan semakin dipertentangkan pula. Sehingga hasil kompromi yang dahulu telah disepakati oleh para pendiri bangsa, kini seakan tergoyahkan untuk kembali mengajak kepada perundingan baru dengan menyisipkan bahwa Pancasila tidak lagi relevan sebagai Azas tunggal.

Jika sudah demikian, maka agama akan dipandang sebagai kekuatan yang utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan dalam tata kehidupan masyarakat, karena ideology konservatif selalu menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional untuk mempertahankan kebiasaan dari masa lalunya, akibat dari itu, tentu akan banyak hal yang akan berbenturan dengan hukum positif dan Undang-undang yang saat ini telah berlaku. Maka, jika hal ini masih terus dibiarkan, akan berpengaruh pada penggunaan politik identitas yang tidak akan berhenti ditengah masyarakat.

Mungkin banyak diantara kita yang memiliki pandangan bahwa paham keagamaan yang konservatif, hanya dpt dilawan oleh paham keagamaan yg moderen dari penyesuaian keadaannya. Untuk itu kepedulian untuk memberikan efek perlawanan terhadap gerakan konservatif ini harus terus dibangun, sebab mengandalkan masuknya nilai nilai non agama adalah usaha yang dirasakan kurang tepat dan sia-sia saja nantinya. Sebab Islam punya standard rujukan yang jelas dimana Al Qur'an dan Sunnah sebagai pijakannya. Upaya itulah yang perlu dilakukan dari Internalisasi Islam untuk mendorong sekuat mungkin agar nilai-nilai kebangsaan agar lebih diutamakan.

Kita harus mengingat bahwa Rasulullah pernah mengampuni seluruh kaum Kafir Quraish yang tinggal di Mekkah dan melarang pasukannya melakukan pertumpahan darah. Pada 17 Ramadhan tahun 8 Hijriyah, pada saat itu Mekkah pun dibebaskan oleh kaum Quraisy Mekkah. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Fathu Makkah. Jika kita menyadari betapa banyak hal yang dapat dicontohkan dari nabi Muhammad Saw, demi menampilkan Islam yang sejuk dan ramah, kenapa masih ada pihak yang menyuguhkan wajah Islam itu kepada hal yang menakutkan dan bersikap intoleransi kepada kelompok atau agama lainnya. Bukankah Hubbul Wathon minal Iman adalah bagian dari sikap Ukhwah Wathoniah.

Ukhuwah wathaniyah sendiri merupakan ikatan persaudaraan yang dilandasi atas kesamaan kebangsaan dan negara. Lebih jauh dari itu, maka ukhuwah wathaniyah dapat pula menjadi ukhuwah basyariyah atau ukhuwah insaniyah, yaitu ikatan persaudaraan antar sesama manusia sebagai ciptaan Tuhan yang maha kuasa. Masing-masing dari ikatan persaudaraan ini banyak dijelaskan oleh ayat Al-Qur’an dan hadits dari Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...