Minggu, 19 Februari 2023

BAGAIMANA MEMBANGUN NASIONALISME KEBANGSAAN DITENGAH SURUTNYA BUDAYA


21/08/2022

BAGAIMANA MEMBANGUN NASIONALISME KEBANGSAAN DITENGAH SURUTNYA BUDAYA

Penulis : Andi Salim

Nasionalisme merupakan suatu sikap terhadap pemahaman bernegara dari masyarakat suatu bangsa yang memiliki keselarasan kebudayaan dan wilayah, serta memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga timbul rasa ingin bersatu dan mempertahankan negaranya, baik tekanan dari luar maupun dari dalam negerinya sendiri. Kesadaran anggota masyarakat dalam suatu bangsa ini, secara potensial dilakukan secara kesadaran bersama guna mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu sendiri. Hal ini menjadi penting bagi kemajuan dan strategi hadirnya penyesuaian sebuah bangsa di era digital saat ini.

Banyak faktor yang membuat nilai-nilai Nasionalisme suatu bangsa itu surut, salah satunya adalah disebabkan oleh apresiasi terhadap budaya daerah yang kehilangan kecintaannya. Selain kurang mampunya masyarakat dalam rnemaknai budaya secara kreatif dan kontekstual sebagai kearifan lokal, juga faktor pragmatisme oleh keserakahan dari sebagian elit masyarakat. Kepentingan subyektif diri ini yang mengantarkan mereka untuk memanfaatkan budaya daerah untuk ditunggangi. Maka dalam prakteknya, konsep pembangunan mulai mengalami banyak pergeseran dan perubahan yang lebih mengutamakan pendidikan dan ekonomi semata.

Fakta ini menimbulkan tantangan baru untuk melakukan pembaruan terhadap wawasan nasionalisme bangsa kita sendiri, agar apresiasi budaya sebagai faktor utama penunjang nasionalisme kebangsaan dapat kembali hadir ditengah masyarakat kita semua. Apalagi dibalik naiknya politik identitas dari sikap intoleransi yang meningkat terhadap semua instrumen kebangsaan yang kita miliki, betapa hal ini telah meresahkan banyak pihak, walau komitmen penegakkan terhadap intoleransi ini mendapat tantangan yang kuat, khususnya dari mereka yang lebih mengedepankan penerapan sikap fanatisme beragama secara berlebihan serta mempertahankan pemikiran yang konservatif.

Hal ini terlihat pada banyak kesempatan dari munculnya aksi sepihak yang berupaya menanamkan ideologi asing kedalam mayoritas muslim di indonesia, dimana kekhawatiran hal semacam ini pernah disampaikan oleh Soekarno selaku Proklamator bangsa ini yang menyampaikan kutipannya berbunyi : "Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini”. Dari ungkapan ini terlihat jelas bahwa adat istiadat dan budaya kita adalah satu-satunya benteng pertahanan bagi Nasionalisme bangsa ini yang sepatutnya kuat ditanamkan ke segenap warga negaranya.

Gerakan intoleransi itu tidak lagi dilakukan dalam skala kecil, walau perlawanan terhadap mereka datangnya dari berbagai organisasi nasional terutama dari organisasi keagamaan yang ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini pun nyata-nyata menolak gerakan Khilafah yang ingin menggantikan Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Termasuk yang disampaikan oleh FBR macan timur dari Gardu 106 Kramat jati - Jakarta, serta warga kota Cimahi Jawa Barat yang memunculkan Spanduk penolakannya terhadap kelompok Khilafah Muslimin atas respon konvoi mereka yang melakukan selebaran ajakannya.

Termasuk dari Ma'ruf Amin yang menyebutkan bahwa paham khilafah sudah tertolak di Indonesia. Menurutnya, Indonesia sejak awal sudah memiliki kesepakatan soal sistem negara yang diterapkan di republik ini, dalam ungkapannya beliau menyebutkan : "Tidak boleh ada sistem lain selain republik, karena itu saya bilang khilafah itu bukan ditolak, tapi tertolak, tertolak itu otomatis enggak bisa masuk," Karenanya, menurut Ma'ruf Amin, paham khilafah tidak mungkin diterapkan di Indonesia karena akan menyalahi dan merusak kesepakatan yang sudah ada sebelumnya. Sebutan kesepakatan ini tentu saja menjadi bantahan bagi pernyataan KH. Achmad Zen yang menyebutkan Soekarno sebagai pengkhianat.

Pernyataan senada pun disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD yang dikutip pada berita KumparanNews.com tanggal 16/6/22 yang memberikan pengarahan kepada para penjabat kepala daerah. Mahfud meminta para Pejabat kepala daerah agar peka terhadap permasalahan di tengah masyarakat. Dimana sekarang ini terasa ada penurunan kesadaran masyarakat mengenai ideologi Pancasila. Jika tidak ditanamkan dengan baik, dapat dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk menghidupkan kembali hal terlarang misalnya neo komunisme dan ramainya sistem khilafah. Fakta ini sesungguhnya memperjelas tentang penolakan terhadap keberadaan mereka.

Susupan terhadap sendi-sendi kebangsaan yang ingin menggantikan latar belakang sejarah berdirinya NKRI dan identitas keaslian bangsa indonesia, merupakan hal yang patut kita cermati. Tentu saja ada pihak-pihak yang sengaja mencari celah dari sikap fanatisme beragama itu berupaya menggeser dan menindih keaslian sejarah bangsa ini, bahkan tak jarang mereka pun menggantikan dan menyamarkan nama-nama pahlawan nasional agar menciptakan kebingungan ditengah masyarakat indonesia. Pentingnya fanatisme beragama memang harus kita akui, namun menyelaraskannya dengan nilai-nilai kebangsaan guna penerapan sikap bertoleransi kepada golongan lain menjadi tak kalah pentingnya. Khususnya demi terciptanya kecintaan tanah air dan bangsa.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...