BANGSA YANG TERBEBAS DARI MENTAL INFERIOR AKAN MAMPU BERSAING DALAM PERCATURAN TINGKAT DUNIA
Penulis : Andi Salim
Bangsa yang baik adalah bangsa yang memperoleh kemerdekaan, sebab bagaimana pun bangsa yang terjajah atau dibawah naungan bangsa lain meski memperoleh kesejahteraan dan kedudukan yang sejajar dengan bangsa bangsa-bangsa lain didunia tidaklah sebaik jika kepemerintahannya dikendalikan oleh bangsa sendiri. Ibarat burung, walau hidup di gurun tandus sekalipun mereka tetap memilih kebebasan dibandingkan berada disangkar emas sekalipun. Fakta ini menunjukkan bahwa harga kebebasan dari ikatan negara lain, termasuk Commontwealth of Nation atau Negara-Negara Persemakmuran yang merupakan suatu persatuan secara sukarela dengan melibatkan negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh pihak Britania Raya sekalipun.
Suatu bangsa hendaknya mampu berdamai dan menyelaraskan tujuannya dari segenap kepentingan yang ingin diwujudkan untuk tetap menjalin keutuhan serta sikap saling menghormati perbedaan ditengah kebhinekaan. Dimana bangsa tersebut memiliki kesadaran untuk terlibat kedalam ikatan persatuan tanpa menonjolkan sikap ego kelompok atau sektor dari masing-masing pihak, sehingga kedamaian yang diwujudkan menjadi ukuran pada penerapan toleransi yang baik dari setiap individu dan golongan yang dirasakan sama rata dan sama rasa disetiap wilayahnya. Perdamaian yang diwujudkan tersebut menimbulkan rasa aman bagi segenap masyarakat untuk memperoleh kenyamanan dan mewujudkan tingkat kebahagiaan penduduknya.
Bangsa yang baik pun tak terlepas dari kemampuannya untuk melakukan segala sesuatu dengan cara bertahap dan mengupayakan pembangunan melalui kemampuan dirinya sendiri, walau hal itu tidak sepenuhnya terbebas dari bantuan pihak lain, namun kehidupan suatu bangsa yang dapat menjalani hidup berbangsa dan bernegara pun sebaiknya dilakukan dengan cara-cara yang sederhana dengan berlandaskan kemampuan diri sendiri sedapat mungkin tanpa melibatkan pihak lain. Sebab ketergantungan dan pertolongan dari pihak lain tersebut hanya mendatangkan mental bangsa yang sering menjadi andalan seperti hutang atau bentuk ikatan pihak asing yang berbeda. Sehingga kesederhanaan menjadi terapan penting dalam membangun suatu bangsa.
Bangsa yang baik juga harus merencanakan program pembangunannya secara matang dan terukur, tidak melakukan pembangunan hanya berakhir dengan kesia-siaan, dimana masyarakatnya justru tidak memahami maksud dan tujuan serta kemanfaatan pembangunan tersebut, namun disisi lain program pemerintahnya justru memaksakan pembangunan tersebut untuk direalisasikan tanpa pendekatan kepada masyarakat tentang tujuan dan apa yang sebaiknya diwujudkan. Kenyataan ini sering terjadi oleh karenanya politik anggaran serta pengawasan legislasi yang merupakan perwakilan masyarakat untuk benar-benar mampu menjadi tumpuan aspirasi rakyat bagi tumbuhnya kekuatan ekonomi suatu bangsa.
Menjadi bangsa yang baik harus memiliki ketahanan nasional, sehingga dalam perspektif geopolitik, bentangan posisi geografis indonesia tentu menjadi negara yang memiliki bargaining power dan bargaining position yang strategis dalam kedudukan hubungan antar bangsa, baik dalam lingkup kawasan maupun global. Hal ini berangkat dari pemikiran bahwa faktor ruang merupakan inti dari geopolitik karena di sana merupakan wadah dari dinamika politik dan militer. Penguasaan ruang secara de facto dan de jure merupakan legitimasi dari kekuasaan politik suatu negara tentunya. Disinilah ideology bangsa kita akan teruji dari posisi tarik menarik kepentingan serta tindakan atas cermin kedaulatan yang dimiliki indonesia, baik masa lalu, saat ini dan di masa depannya kelak.
Bangsa yang baik akan terus-menerus mengkoreksi posisi keberadaannya terhadap negara-negara lain didunia. Apakah bangsa indonesia mengalami kemunduran atau memperoleh kemajuan bila dibandingkan dengan negara-negara lain, baik secara ekonomi, politik, sosial dan budaya, atau sisi lain yang justru diperlukan demi memperoleh akselerasi kemajuan dan mengikis disparitas kesenjangan antar bangsa agar bangsa kita mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain tanpa membawa mental InLander selaku masyarakat yang pernah terjajah pada era sebelum kemerdekaan dahulu. Bahkan Presiden Jokowi tidak ingin mental inferior, mental inLander, atau mental terjajah ini masih ada dan bercokol di dalam mentalitas bangsa kita.
Bangsa kita harus terus mengasah kepekaan terhadap dinamika internal dan global serta mampu membangun perilaku kooperatif dan kolaboratif untuk menyadari bahwa mereka hidup berdampingan dengan pihak lain yang perlu menjaga kelangsungan hidup bersama. Dimana mereka harus mampu memanfaatkan sumber daya untuk ke mandiriannya bukan sekedar untuk dirinya sendiri, namun menyadari bahwa mereka harus memperhatikan juga kelangsungan generasi masa depan sehingga mereka hanya akan menggunakan sumber daya secara bijaksana dan menjamin keberlanjutan bagi generasi setelahnya. Keadaan yang demikian menjadi kesadaran penting sebab kelangsungan berbangsa dan bernegara tidak selesai pada era generasinya saja.
Perenungan pada persoalan diatas hendaknya mendatangkan wilayah pemikiran dan kesadaran baru bagi kita semua, agar menumbuhkan kekuatan kolektif bersama, saling menyadari kepentingan bersama serta menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan sebagai kekuatan adaptasi pada perkembangan situasi saat ini, baik pada sisi nasional mau pun internasional, agar satu sama lain dapat saling menjaga kepentingan untuk tumbuh dan berkembang serta memberikan kesempatan bagi setiap bangsa-bangsa agar menjadi arif dan bijaksana pula. Sebab pola intervensi, determinasi apalagi dibumbui sikap represif merupakan cara-cara yang usang dan ditinggalkan oleh banyak negara dibelahan dunia manapun. Membangun sikap kolaboratif, parsitifatif serta interaktif dalam suasana kebaikan dari sisi kebangsaan adalah fitrah yang luhur bagi segenap bangsa didunia ini.
ini blog khusus untuk tulisan-tulisan dari Bapak Andi Salim, seorang tokoh toleransi di wilayah Gunung Sindur Rawa Kalong Bogor, sangat bagus untuk bacaan-bacaan opini dari beliau
Minggu, 19 Februari 2023
BANGSA YANG TERBEBAS DARI MENTAL INFERIOR AKAN MAMPU BERSAING DALAM PERCATURAN TINGKAT DUNIA
17/06/2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH
TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...
-
15/10/2022 BENTURAN KEPENTINGAN MENCIPTAKAN PERBEDAAN Penulis : Andi Salim Siapa yang tidak ingin sama dalam segala hal, terutama bagi pasa...
-
13/08/2022 INDONESIA DITENGAH PUSARAN KRISIS GLOBAL YANG MENGHANTUI DUNIA Penulis : Andi Salim Jika ingin menguasai suatu negara, cara yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar