01/08/2022
KITA HARUS SEPAKAT UNTUK TIDAK BERSEPAKAT DALAM SESUATU HAL
Penulia : Andi Salim
Banyak yang mengira, apa yang disampaikan oleh berbagai pembicaraan mengenai persoalan jilbab / hijab beserta hukumnya sudah menjadi terang benderang, bahwa pandangan mengenai hal ini pun sungguh beragam pula. Namun kita harus berpijak kepada para ahli tafsir yang tentu saja menjadi rujukan bagi kita semua, bahwa pendapat yang dikeluarkan mengenai sesuatu hal itu bersandar pada sanad-sanad dan dalil-dalilnya yang jelas dan tegas untuk mengambil kesimpulan atas beragamnya pandangan mengenai hal itu.
Apa yang disampaikan oleh Prof. DR. Qurais Shihab dan pendapat ulama lain yang mengatakan bahwa hal tersebut tidak secara tegas disebutkan sebagai hal yang wajib, tentu memiliki alasan tersendiri dari rujukan kitab dan petunjuk yang mereka peroleh. Sehingga petunjuk mengenai penggunaan jilbab ini dimaknai hanya sebagai bentuk himbauan saja bukan sebagai kewajiban bagi perempuan muslim untuk mengenakannya. Namun tentu saja bagi kalangan lain secara tegas ada yang berbeda pandangan dan menyatakan sebagai hal yang wajib.
Banyak diantara kita pun harus jujur bahwa ilmu agama yang kita peroleh hanya bersumber dari warisan orang tua serta para guru-guru yang tentu saja terbatas mengenai penguasaan dalil-dalil yang mereka ketahui, sehingga pemahaman agama yang saat ini kita dapatkan, apakah mencukupi atau kurang, kita sendiri pun kurang paham. Oleh karenanya saya bersandar pada mereka yang mendalami persoalan ini yang benar-benar sebagai ahli dalam menyampaikan dalil-dalil dari berbagai kitab-kitab yang dipelajarinya.
Ulasan yang disampaikan oleh DR. KH. Husein Muhammad yang menyebutkan bahwa apa yang disebut aurat wanita bukanlah rambut, lengan dan setengah betis dari seorang wanita. Pendapat ini tentu saja bukan datang dari pribadinya, melainkan dalil dan alasan yang kuat dalam menyampaikan hal tersebut. Agar umat islam Indonesia memperoleh penjelasan ini secara tegas dan memperoleh pemahaman serta pengetahuan yang dibutuhkan oleh kita semua demi menghormati pandangan yang berbeda-beda tersebut, serta tidak perlu memaksakan pendapat secara sepihak terhadap golongan manapun.
Sosok dari Dr. (Hc) KH. Husein Muhammad atau yang akrab disapa Buya Husein adalah salah satu tokoh yang aktif mengampanyekan pesan-pesan kesetaraan gender dalam Islam. Ia lahir di Cirebon pada tanggal 9 Mei 1953, putera pasangan Kiai Muhammad Asyarofuddin dan Ibu Nyai Ummu Salma Syatori. Sederet pengalaman beliau adalah Komisioner Komnas Perempuan Periode 2007-2009 dan 2009-2012. Dan Ketua Yayasan Fahmina Hingga saat ini. Termasuk salah satu pendiri Yayasan Fahmina. Serta Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon.
Pandangan yang senada pun datang dari Ibu Sinta Nuriyah, istri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang mengatakan bahwa perempuan muslim tidak wajib untuk memakai jilbab. Beliau pun menyadari bahwa masih banyak orang yang keliru mengenai kata jilbab dan hijab. Bahkan menurut beliau, hijab tidak sama pengertiannya dengan jilbab. Demikian pula pendapat dari tokoh perempuan islam Yenni Wahid yang merupakan putri beliau pun menyampaikan hal yang sama terhadap penggunaan hijab sebagaimana kerudung yang dikenakannya sehari-hari.
Lain lagi pendapat dari Buya Syakur yang mengatakan bahwa beberapa penjelasan tentang aurat menurut Buya Syakur Yasin yang beliau sebutkan bahwa aurat adalah kata sifat. Maka mustahil mendefinisikannya. Atau dalam bagian lain disebutkannya bahwa aurat pun sebagai sifat bagi perempuan dalam Quran Surat An-Nur Ayat 60:
وَٱلْقَوَٰعِدُ مِنَ ٱلنِّسَآءِ ٱلَّٰتِى لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَٰتٍۭ بِزِينَةٍ ۖ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Bahkan wanita Muslim Arab diizinkan untuk tidak memakai jilbab oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman yang menetapkan kebijakan itu semenjak beliau menggantikan posisi ayahnya dalam membuat kebijakan-kebijakan pemerintahannya saat ini. Sederet putri cantik Kerajaan Arab Saudi tampil ke publik dunia tanpa mengenakan hijab atau jilbab. Gaya berbusana mereka justru layaknya perempuan Barat yang tampil begitu membaur dengan dunia luar pada umumnya. Namun alangkah anehnya jika di Indonesia justru melawan arus dari mana agama islam itu berasal.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar