Kamis, 23 Februari 2023

MELALUI PEMIKIRAN SEGAR KITA WUJUDKAN KEDAMAIAN BANGSA

TOLERANSI INDONESIA

23/02/2023

MELALUI PEMIKIRAN SEGAR KITA WUJUDKAN KEDAMAIAN BANGSA
Penulis : Andi Salim
Berpikir adalah suatu keadaan logis yang dimiliki setiap manusia. Terlepas dari seberapa pentingnya persoalan yang menjadi fokus dari sebuah pemikiran. Pada dasarnya pikiran manusia dibagi menjadi dua faktor yaitu pikiran bawah sadar dan pikiran sadar. Pikiran sadar hanya memiliki pengaruh 12 persen terhadap perilaku manusia. Sedangkan pikiran bawah sadar justru lebih banyak mempengaruhi perilaku manusia hingga mencapai 88 persen dari setiap keputusannya. Pemikiran dan kesadaran positif adalah alat untuk merekonstruksi suatu keadaan. Hal itu dapat kita lihat dari banyaknya rangkaian peristiwa pada suatu kondisi dimana
Setiap orang mempunyai cara berpikir yang berbeda terhadap pemecahan suatu permasalahan. Setiap orang memiliki cara dan pola yang bisa dikelompokkan sebagai sumber pemecahan persoalannya. Sehingga segala kondisi yang dialaminya dapat dikendalikan walau masih terdapat hal-hal yang sepatutnya dikecualikan.
Hadirnya media sosial saat ini, tentu saja didalamnya terdapat dampak positif dan negatif yang berakibat bagi penggunaannya, berbagai sistem yang menunjangnya pun berbeda-beda pula termasuk dari cara penayangan serta beragam jenis fitur-fitur yang disediakan. Level penggunanya pun dibedakan secara bertingkat-tingkat sebagaimana kebutuhan atas tingkat usia, jenis kelamin dan profesi dari para penggunanya. Seperti perlindungan proteksi atas situs pornografi dan kekerasan umpamanya, maka telah disediakan regulasi agar hal itu tidak terjangkau oleh anak-anak dibawah umur yang belum memenuhi syarat usia sehingga tidak diperkenankan untuk mengkonsumsi tayangan yang disediakan, walau masih terdapat beberapa kelemahan dalam pengawasannya. Atau sederet hal lain sebagai upaya buah pemikiran atas ide dan gagasan dari penciptanya agar bagaimana menyediakan hal itu kearah positif serta menekan efek negatifnya pula.
Segalanya itu tidak datang begitu saja kecuali dari mereka yang berpikir secara keras. Sebab dari kemampuan berpikir manusialah berbagai bentuk peradaban ini semakin berkembang. Maka pada ulasan kali ini, penulis mencoba menghubungkan antara kemampuan pemikiran manusia dengan kondisi dari apa yang dihadapinya. Walau bagaimana pun, manusia acapkali mendapat tantangan untuk mengatasi permasalahannya serta menciptakan kemudahan bagi dirinya sendiri untuk mencapai sesuatu, sehingga aspek pemikiran manusia selalu menjangkau dari ketidaktahuannya menuju kompleksitas persoalan yang dihadapinya. Sedikitnya ada empat faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang, yaitu lingkungan keluarga, pergaulan dengan masyarakat, pendidikan, dan sistem kepercayaan atau keyakinan. Hingga pada akhirnya manusia memiliki bentuk-bentuk dasar berpikir sebagaimana yang kita temukan pada diri seseorang.
Bagi para Pemikir yang bergaya terstruktur, dimana orang dengan gaya berpikir seperti ini biasanya suka melakukan sesuatu secara teratur dan melakukan tahapan dari cara satu demi satu masalah yang diselesaikannya. Orang dengan tipikal seperti ini sering dijuluki sebagai sosok yang beraliran perfeksionis. Hal itu terlihat dari faktor ketelitian dan kepandaiannya dalam hal-hal yang berhubungan dengan kalkulasi serta sederet daftar yang mampu dibuatnya secara sistematis pula. Berbeda dengan pemikir yang berkarakter Fleksibel dimana orang dengan gaya berpikir seperti ini selalu mempertimbangkan segala sesuatu dengan seksama, serta cermat dalam membuat sebuah keputusan. Basis pemikirannya yang suka menggunakan perasaan dan emosi dalam mempertimbangkan sesuatu, merupakan ciri dari orang tersebut yang tidak terlalu suka dengan sesuatu yang serba teratur.
Sedangkan pemikir Rasional atau Logis, adalah orang dengan gaya berpikir logis biasanya orang dengan gaya berpikir seperti ini suka menyelidiki sesuatu, dari suatu keadaan atau kejadian guna menemukan jawaban dari sikapnya yang aktif bertanya atas kejadian yang diamatinya dengan detail dan terperinci. Mereka dengan gaya berpikir logis seperti ini juga mempunyai banyak ide dan gagasan, serta dapat melakukan penelitian sehingga sering didapati sangat rasional sekaligus mendekati fakta yang kongkrit yang sesungguhnya. Adapun pemikiran lain dari yang disebutkan diatas adalah mereka selaku pemikir Eksploratif. Orang dengan gaya berpikir semacam ini biasanya suka bereksperimen dan sering melakukan lompatan-lompatan berpikir. Sehingga terkesan tidak sistematis, logis yang terkesan menuangkannya secara acak. Mereka sangat berlawanan dengan orang yang punya gaya berpikir sistematis.
Orang dengan gaya berpikir eksploratif di atas, disinyalir akan mampu mencari tahu informasi yang ditemukannya secara gradual dan tidak terstruktur untuk mengambil sebuah kesimpulan terhadap suatu dugaan, prediksi sekaligus penilaian. Oleh karena mereka gemar melakukan pengamatan terhadap sesuatu dalam waktu yang tak terbatas hingga cenderung lebih bertitik tolak pada proses terjadinya sebab akibat dari suatu keadaan itu terjadi, dari pada hanya membicarakan hasilnya. Berbagai jenis dan corak gaya berfikir seseorang sebagaimana diungkapkan diatas, agar kita dapat memahami adanya berbagai opini dan pendapat dari cara pandang serta bagaimana mereka mengambil kesimpulan terhadap sesuatu dari objek yang diamatinya. Termasuk bagaimana kita menilai sebuah kebijakan dari cara pandang pengambil para kebijakan yang tentu saja memiliki respon yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Bagaimana pun setiap kebijakan yang diambil tentu mempertimbangkan berbagai faktor yang menyelimuti keadaannya. Akurasi pengambilan sebuah kebijakan akan diuji sejauh mana permasalahan yang ada dapat diselesaikan hingga presisi terhadap waktu, tempat dan keadaan serta efisien dan efektif pula dalam penyelesaian yang diharapkan. Apalagi terkait dengan kompleksitas masalah bangsa dan negara yang tentu saja membutuhkan para pemikir-pemikir yang tidak saja hebat tentu harus ahli pula, serta cakap dalam menentukan titik krusial persoalan negeri ini dibalik tarik menarik kepentingan yang tidak saja dari kalangan penguasa, birokrasi serta para pengusaha swasta yang mendorong kepentingannya melalui ekonomi dan politik, namun harus pula menampung serta mempertimbangkan pada aspek lain seperti budaya dan sosial secara keseluruhannya. Sehingga tidak ada point apapun yang tertinggal dari wujudnya yang terlihat sempurna pada politik legal dari pemerintah yang berkuasa.
Jika pada masa orde baru, mereka yang mengisi kursi menteri dan pejabat daerahnya terlihat pandai dan disegani hingga keberlangsungan rezim otoriter itu berlangsung hingga 32 tahun lamanya berkuasa. Akan tetapi pada masa pasca reformasi publik pun menikmati kebebasan berpendapat bahkan menerjang setiap tempat-tepat ibadah untuk menyampaikan pandangannya tanpa ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Belum lagi fasilitas teknologi informasi yang menyediakan ruang digital yang tidak terbatas, sehingga apa yang disampaikan seseorang dengan mudahnya dibaca oleh siapapun termasuk dari kalangan pelosok yang selama ini sunyi oleh pemberitaan politik dengan segala aspek kesenjangannya. Penggunaan pasal 28 menjadi multi tafsir ketika kritik diartikan sebagai pembungkaman, atau kritik dijadikan sarana penyampaian pendapat tanpa kesopanan dari orang-orang yang sengaja menghasut pihak lain untuk menjadi contoh bagi generasi muda Indonesia.
Tontonan atraksi keberanian bukan hal yang sulit lagi ditemukan. Arogansi terhadap klaim kebenaran seolah-olah menjadi milik Individu yang menafsirkan terhadap rasa suka atau tidaknya pada berbagai masalah apapun yang disandingkan dengan seleranya dalam merespon kebijakan pemerintah, dimana justru legitimasi kekuasaan pemerintah saat ini mendapat kepercayaan dari sebagain besar masyarakat Indonesia yang memilihnya. Apalagi para pelanggar hukum itu yang sengaja memecah belah bangsa ini dibalik tuduhan mereka kepada Jokowi yang disebutnya sebagai rezim anti islam / islamophobia yang tentu saja tudingan itu sama sekali tidak berdasar dengan segala alasannya. Namun faktanya, pihak aparat pun seakan-akan berpihak pada prinsip yang gamang untuk menegakkan suasana kedamaian dan kenyamanan yang menjadi hak segenap warga negara hingga mereka terus menerus dimaafkan melalui proses islah demi memberikan pengampunan agar penegakkan hukum tidak dilanjutkan. Inilah kenyataan betapa kita membutuhkan pemikir baru yang solutif dan komprehensif bagi bangsa dan negara ini kedepan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...