Senin, 20 Februari 2023

MENCERMATI INDONESIA LAYAKNYA NEGARA LAIN DI DUNIA

5/05/2022

MENCERMATI INDONESIA LAYAKNYA NEGARA LAIN DI DUNIA
Penulis : Andi Salim

Jika kita membicarakan kekuatan negara kita, maka sudah pasti kita akan membicarakan sumber daya alam yang merupakan kekayaan alam yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Sumber daya alam berperan penting dalam pemenuhan hajat hidup bangsa Indonesia untuk terus memperoleh hasilnya yang diperoleh, baik dari sektor energi mau pun hasil pertanian dan perkebunan, atau resources lain yang saat ini sedang dikembangkan guna menunjang pendapatan negara yang sekaligus dikontribusikan sebagai pembiayaan belanja negara serta pembangunan sarana dan prasarana nasional.

Berdasarkan data kependudukan nasional, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 273.879.750 jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk sebanyak 2.529.861 jiwa dibandingkan tahun 2020. Kondisi ini menggambarkan keuntungan dari populasi penduduk sebagaimana terungkap melalui hasil survei, penduduk Indonesia didominasi usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai 191,08 juta jiwa (70,72%). Jumlah itu jauh melampaui jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak 63,03 juta jiwa (23,33%), dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) sebanyak 16,07 juta jiwa (5,95%).

Sejarah catatan utang negara pun menghiasi perjalanan panjang bangsa ini, disamping tingkat rating korupsi yang dialaminya pun tidak pernah surut dari rezim pemerintahan yang silih berganti. Walau demi memberantasnya pemerintah telah melakukan upaya melekat dengan apa yang sering kita dengar sebagai Inspektorat disetiap kementrian dan lembaga serta daerah, termasuk keberadaan Kejaksaan dan Kepolisian serta di bangunnya lembaga pemberantasan khusus yang menangani korupsi yaitu KPK, namun keadaannya hanya sebatas menambah beban negara saja, dibalik tetap maraknya praktek korupsi yang menggerogoti anggaran negara tersebut.

Strategi berhutang pun seakan menjadi solusi atas defisit anggaran yang seolah-olah harus dimaklumi dari berbagai postur anggaran yang dibuat oleh kekuasaan lama untuk diestafetkan kepada rezim yang baru yang menyebabkan pencapaian APBN selanjutnya acapkali kekurangan sehingga harus menutupnya dengan kebijakan berhutang. Disamping itu, PDB nasional yang terus tertekan tentu saja menjadi alat pembanding yang tak berkesudahan, sebab selalu ada celah agar utang negara itu terlihat wajar dan masih diperkenankan dari 60% atas ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang membatasinya.

Padahal, jika kita Perbandingkan dengan negara lain, seperti Argentina, Sri Lanka dan Brazil yang memiliki kekayaan resources alam yang sama melimpahnya dengan tingkat populasi penduduk bahkan dirasakan lebih ramping dari negara kita, tentu hal ini semestinya diwaspadai secara ketat, bahwa negara kita tidak jauh berbeda dari posisi mereka, sehingga tidak sepatutnya pula kita berbangga diri. Apalagi ditengah ketidakpastian iklim politik yang mengejutkan dunia, atau setidaknya kasus pandemi covid-19 yang menguras energi pemerintah, serta cuaca ektrem yang tak menentu saat ini. Tentu saja segala prediksi dari pengamat politik dan ekonomi itu hanya serangkaian angan-angan yang dapat dijungkirbalikkan nantinya.

Rangkaian dari utang negara yang terus berkesinambungan dibalik stabilnya aktifitas korupsi yang merong-rong, serta agregat ekonomi yang ikut menentukan PDB nasional agar menjadi momok permakluman yang menakutkan bagi ketahanan masyarakat, sehingga didapatinya bahwa betapa keperkasaan bangsa Indonesia tetap tumbuh baik pada sektor pembangunan SDM dan sikap nasionalisme masyarakatnya yang teruji walau tanpa perawatan semestinya. Apalagi isu perpecahan pun tak pernah usai menghiasi layar kaca dinegeri ini, walau berbagai penangkapan teroris dari kalangan radikalisme yang ekstrem masih terus dilakukan.

Keunikan bangsa kita yang terus tangguh bila dibandingkan Argentina, Sri Langka dan Brazil yang telah terlebih dahulu bangkrut, bukan berarti kita boleh merasa aman, sebab percaya 100% kepada pemerintah memang menjadi hal yang kurang bijaksana, akan tetapi menolak semua kebijakannya pun malah semakin keliru. Sebab sudah hampir 8 tahun ini Jokowi membuktikan kerja-kerjanya yang telah menampar semua prediksi oposisi dan pembencinya sebagai ketangkasan kerja dan kekuatan defensif yang sanggup membuat bangsa ini terkejut-kejut, termasuk para pemimpin dunia yang dibuatnya ternganga pula.

Tidak hanya sampai disitu, pengendalian sikap dan pribadinya yang seolah-olah telah menyatu dalam setiap ketentuan dan UUD45 termasuk jiwa kepemimpinan yang mengakomodir namun tak mudah disetir, sehingga sosoknya dianggap representasi pemimpin dunia dengan mengemban Presidensi G20 saat ini, membuat pemimpin Adidaya dan Adikuasa harus mengapresiasi dirinya yang populer dan adaptif pada setiap persoalan yang berkembang. Jika beliau tidak lagi bersedia untuk melanjutkan kepemimpinan nasional dan akan berakhir pada tahun 2024 yang akan datang, tentu kita pun dibuatnya tercengang, betapa jabatan itu pun tak lagi menggiurkan untuk didudukinya.

Semoga tulisan ini bermanfaat
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...