Senin, 20 Februari 2023

UPAYA MENYANDINGKAN INDONESIA DENGAN NEGARA SRI LANKA

29/04/2022

UPAYA MENYANDINGKAN INDONESIA DENGAN NEGARA SRI LANKA
Penulis : Andi Salim

Dunia terhentakkan pada pemberitaan bahwa negara Sri Langka mengalami kebangkrutan, pamungkasnya ditengarai bahwa kondisi covid-19 yang menyebabkan negara tersebut luluh lantak, dari keterbatasan ruang gerak masyarakatnya, hingga volume eksport yang nyaris anjlok, bahkan pemasukan devisa negara yang mereka andalkan dari sektor pariwisata pun turun secara tajam. Al hasil, pendapatan negaranya ikut tergerus yang menyebabkan gagal bayarnya hutang negara mereka. Sinyal tersebut sebenarnya telah dirasakan sejak tahun 2012 silam, namun pemerintah mereka cenderung abai dalam mengantisipasi kondisi negaranya.

Hutang negara Sri Langka sebenarnya relatif lebih kecil, bahkan hanya kisaran 10% dari hutang negara kita yang sudah mencapai 7.014 Trilyun. Bahkan dari catatan terakhir saja, hutang Sri Langka tersebut hanya kisaran 51 Milyar Dollar atau setara 732 Trilyun. Namun dampak krisis yang dialaminya menciptakan keterpurukan secara menyeluruh, bahkan cadangan devisanya saja anjlok hingga 70% dalam dua tahun terakhir belakangan ini. Sehingga eksport hasil pertanian yang mereka andalkan tidak lagi ikut menyumbang surplus neraca pendapatan dibalik import barang-barang yang mereka butuhkan.

Semestinya kondisi ini tidak berdampak signifikan pada posisi ekonomi negara tersebut, bila hal itu di maintenance secara cermat. Sikap pemimpinnya yang sok heroik untuk memanjakan rakyatnya dengan memotong berbagai pajak, serta kebijakan subsidi layaknya pemberlakuan kebijakan negara venezuela yang sudah terlebih dahulu menemui jurang kebangkrutan yang sama, tidak memberikan gambaran pemikiran menemukan terobosan bagaimana mengambil kebijakan dalam strategi pertahanan ekonomi mereka. Akhirnya, para menterinya pun banyak yang mengundurkan diri dan yang tersisa hanya kroni dan keluarganya saja yang masih duduk sebagai penguasa dibalik tuntutan demontrasi agar mereka mundur.

Hutang adalah sesuatu yang dipinjam, baik berupa uang maupun benda. Seseorang atau badan usaha yang meminjam disebut debitur. Entitas yang memberikan hutang disebut kreditur. Hutang termasuk dalam katagori pembayaran yang ditangguhkan, pembayaran dapat dilakukan secara bertahap baik jangka pendek, jangka menengah atau pun jangka panjang. Hutang pun sering menjadi solusi bagi penyelesaian persoalan diberbagai sektor bidang yang membutuhkan modal guna mengolah potensi alam atau resources negara lain untuk memperoleh tambahan pendapatan suatu negara.

Bahkan hutang dimungkinkan walau sekedar membeli peralatan perang demi mengamankan suatu negara pun dapat saja menjadi solusi. Keputusan untuk mengambil pembayaran tempo dari kemampuan yang dimiliki suatu negara adalah strategi untuk memenuhi segala kekurangan yang harus dipenuhi, maka hanya dengan berhutanglah hal tersebut bisa diselesaikan. Akan tetapi, sama halnya dengan kemampuan meningkatkan sektor pendapatan, maintenance hutang pun tak kalah pentingnya untuk dikendalikan. Sehingga hutang bukanlah ancaman bagi mereka yang fokus dalam pengelolaan hutang yang dimilikinya.

Hutang terbagi pada 2 kebutuhan, apakah bersifat konsumtif atau produktif. Keadaan hutang pun harus dilihat, apakah jangka waktunya sesuai dengan kemampuan bayarnya atau malah menjadi terlambat dari jatuh tempo yang dialami pihak berhutang / debitur. Lalu sejauh mana efektifitas hutang tersebut dibutuhkan dan apa dampak yang dihasilkan melalui strategi berhutang tersebut. Sebab sebagai contoh saja, dalam sektor pertanian saja, berhutang demi mengolah tanah yang tidak produktif menjadi produktif tentu merupakan solusi yang baik. Akan tetapi kalkulasi akan hal itu harus pula dicermati khususnya pada time table, kapam menanam dan kapan pula memanennya.

Sering didapati kondisi berhutang justru menjadi bencana bagi perorangan atau bahkan negara, manakala maintenance akan hutang tidak mendapatkan porsi yang semestinya, sehingga membiarkannya pada siklus ketidakpastian untuk mengamankan hutang yang dimilikinya. Maka tak jarang keadaan itu menjadi malapetaka bagi mereka yang dirundung hutang sehingga menyebabkan hutang tersebut melilit hingga menyebabkan usaha atau bahkan negara sekalipun mengalami kebangkrutan. Jika sudah demikian, maka hutang yang semula diharapkan mendatangkan keuntungan, kini menjadi faktor yang dipersalahkan sebagai penyebab utama dari keadaan tersebut.

Indonesia memang memiliki hutang yang jauh lebih besar dari negara Sri Langka, hutang RI yang saat ini menyentuh angka 7014 Trilyun memang tidak dapat dipandang sebelah mata, namun keadaan Indonesia jauh diatas Sri Langka terutama sektor ekonomi, jumlah penduduk, PDB, potensi keadaan alamnya, serta SDM dan sumber-sumber lain yang dapat menjadi alat bayar bagi hutang yang disebut pihak tertentu sebagai keadaan yang sudah menggunung. Berbagai pernyataan pun ikut menyudutkan Jokowi sebagai penyebab tingginya hutang Indonesia saat ini. Bahkan penguasa lama yang justru melakukan pinjaman hutang pun semakin berani berbicara dipublik.

Walau kita paham bahwa hutang negara saat ini pun merupakan rangkaian warisan lama yang terjadi semasa kepemimpinan sebelumnya yang gemar memanjakan rakyat, layaknya kebijakan pemerintah venezuela dan Sri Langka, dimana demi mengamankan kekuasaannya, mereka memberikan subsidi untuk terus dibakar melalui sektor BBM sebagaimana pengakuan Jusuf Kalla beberapa tempo lalu. Indonesia masih beruntung, mendapati kepiawaian Jokowi untuk menjadikan hutang pada masa kepemimpinannya terhadap naiknya potensi pendapatan negara dari terbangunnya konektifitas darat, udara dan laut diberbagai kawasan di indonesia.

Dari hal itu, maka Jokowi pun membangun beberapa bandara baru, menambah jumlah pelabuhan, dan berbagai ruas jalan Tol serta infrastruktur lainnya di seluruh Indonesia. Disamping itu, secara cerdik pun Jokowi membangun sumber-sumber lain seperti Waduk bagi naiknya potensi pertanian yang selama ini kekeringan air, dan menggenjot partisipasi Usaha termasuk penambahan jumlah UKM dan UMKM diberbagai wilayah. Maka tak heran, jika beliau pun merasa bahwa kondisi ini harus diamankan dari gangguan yang datangnya dari manapun, termasuk dari Australia dan negara tetangga kita, dengan cara menaikkan posisi kekuatan militer Indonesia dimata Dunia.

Dari berbagai sektor, pemerintah saat ini terus di kritik, bahkan tak sedikit pula yang mengarah kepada privasi Jokowi selaku penguasa, termasuk mendanai para mahasiswa untuk melakukan demontrasi yang tidak jelas isu persoalan yang diangkat. Hal itu diakibatkan kecemburuan terhadap solusi Jokowi yang dirasakan mampu mengamankan indonesia serta menaikkan peringkat Indonesia dimata dunia, tentu saja jika tidak membuat Fitnah dan berita Hoaks, akan semakin sulit mendapatkan elektabilitas dan perhatian masyarakat, terutama kelompok sakit hati dan mantan penguasa yang saat ini gigit jari dari tajamnya kritik netizen kearah mereka yang selalu disandingkan dengan kinerja Jokowi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH

TAHUN POLITIK MEMPENGARUHI TURUNNYA KINERJA PEMERINTAH Penulis : Andi Salim 05/06/2023 Apa yang terbersit di pikiran masyarakat ketika memas...